Rabbaniyah, Bekal dan Arah Jalan Kami
Risalah Dr. Muhammad Mahdi Akfi, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun,
November 2008
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam; pemilik segala sesuatu dan pemberi petunjuk kepadanya, dan salawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu para du’at, Imam para nabi dan Rasul; nabi Muhammad bin Abdullah .. Selanjutnya ..
Pada saat Islam menghadapi tentangan di pelbagai bidang dan di semua tahap, dan dunia berada pada keadaan yang mencemaskan sehingga memberikan kesan - tanpa ada keraguan di dalamnya– terhadap perjalanan dakwah dan para du’at. Muncul pertanyaan yang rasional: Apakah ada penyelesaian dan tempat kembali untuk mempertahankan dan menjaga tsawabit (prinsip-prinsip) kita tanpa menyebabkan kesan negatif terhadap dakwah dan para duat?
Pada hakikatnya, ketika suatu bencana terjadi di pelbagai tempat, maka akan muncul kekuatan dari cahaya Islam yang menyeru dan mengingatkan umat bahawa:
“Tidak ada tempat untuk lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja”. (At-Taubah:118),
dan tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti petunjuk-Nya,
“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (Thaha:123).
Oleh kerana itu, melalui peristiwa dan tentangan-tentangan yang dihadapi ini kami merupakan kesempatan yang besar untuk menghiasi diri dengan hiasan rabbaniyah; melalui pelbagai nilai, saranan dan ragamnya…Etika, perilaku dan bahkan realiti yang dirasakan langsung.
Imam Syahid Hassan al-Banna -semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya- menjelaskan akan hakikat dakwah Al-Ikhwah al-Muslimun, kemuliaan misi, tujuan dan saranan-saranannya; bahawa misinya adalah dakwah rabbaniyah, dan hal ini merupakan bahagian yang ingin kami tegaskan dan kami teguhkan dalam jiwa; sehingga dunia dan perhiasannya tidak mampu mengaburkan –baik dengan tipu daya dan rayuan-rayuannya- akan hakikat kami dan tabiat risalah kami:
“Ciri khusus dari karakter dakwah kami adalah rabbaniyah alamiyah: adapun yang dimaksud dengan rabbaniyah adalah kerana dasar utama yang menjadi tujuan utama adalah untuk memberikan kefahaman kepada manusia akan hakikat Tuhan mereka, dan untuk menyandarkan kekuatan hubungan ruhaniyah yang mulia sehingga dapat mensucikan jiwa mereka dari kejumudan kebendaan yang memperdayakan dan penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya menuju kebersihan dan keindahan jiwa insani. Dan kami, jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun menyeru dari lubuk hati kami yang paling dalam akan syiar kami : “Allah adalah tujuan kami”.
Jadi tujuan pertama dakwah kami adalah mengingatkan umat untuk sedar akan hubungannya yang erat kepada Allah dari hal-hal yang telah dapat melupakan Allah oleh mereka sehingga Allah melupakan mereka.
Allah berfirman :
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang betaqwa”. (Al-Baqarah: 21).
Dan ini, pada hakikatnya kunci pertama untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang tertutup oleh adanya kejumudan dan kebendaan di hadapan manusia, sehingga mereka tidak mampu memberikan jalan dan cara penyelesaiannya. Dan tanpa kunci ini adalah maka tidak akan terjadi perbaikan” (risalah dakwatuna fi thaorin jadid).
Dari sini, kalian wahai al-ikhwan al-muslimun - sebagai pemimpin umat dan pemegang bendera dakwah – hendaknya menghiasi diri dengan sifat rabbaniyah dan berakhlak dengannya, dan melaksanakannya dalam jiwa kalian; sehingga terwujud sosok hamba rabbani, yang memahami akan perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, memahami syariat Allah dan wahyu-Nya, hingga mampu menguasai dalam jiwa dan mengajak umat menuju kepadanya; baik untuk dunia mahupun akhirat. Demikianlah kewajiban anggota Al-Ikhwan, sebagaimana Allah berfirman:
“Namun jadikanlah kalian orang-orang rabbani”. (Ali Imran:79)
Jika kita ingin mendapatkan nilai rabbani sebagaimana yang kita inginkan, maka
hendaknya yang pertama kita lakukan adalah merealisasikannya dalam:
- Diri kita terlebih dahulu, dengan merasakan akan firman Allah:
“Katakanlah, sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am: 162)
Dan firman Allah:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat ihsan (kebaikan)” (An-Nahl:128)
-Kemudian dalam rumah tangga kita:
“Dan jadikanlah rumah-rumah kalian kiblat dan dirikanlah solat, dan berikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang beriman”. (Yunus:87)
Lalu di tengah masyarakat kita dengan mempraktikkan akhlak mulia sehingga dapat membangkitkan umat menuju kebaikan yang telah digariskan oleh Allah SWT:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)
Makna rabbaniyah adalah meng-intisabkan diri kepada Tuhan, dan intisab ini tidak akan terwujud kecuali dengan menjadikan Allah, Tuhan semesta alam berada dan hadir dalam pelbagai keadaan; Dan Rabbaniyah itu sendiri tidak akan dapat hadir kecuali dengan hal-hal berikut; dengan beribadah kepada Allah melalui kefahaman yang menyeluruh terhadap ibadah tersebut; iaitu menjadikan hidup dan mati, gerak dan diam hanya untuk Allah SWT; tidak berbicara kecuali dengan apa yang diredhai Allah, tidak bekerja dan berbuat kecuali kerana Allah, dan tidak mengarahkan niat kita dalam ucapan dan perbuatan kecuali kerana Allah.
Yang Pertama adalah rabbaniyah
Wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun
Hendaknya kalian menjadikan rabbaniyah sebagai puncak amal dan keutamaan kalian, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya dalam pelbagai kekuatan dan usaha yang telah diberikan kepada kalian, merealisasikan sifat-sifat wali Allah dengan perilaku dan akhlak-akhlak mereka;
“Kerana Allah sebaik-baik pelindung dan Dialah Dzat yang Maha Rahim dari yang rahim”. (Yusuf:64)
Dan tidak menjadikan syaitan atas kalian sebagai jalan :
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak akan mampu kalian (syaitan) kuasai dan tipu”. (Al-Isra:65).
Dan inilah yang kami inginkan dan kami usahakan untuk menuju kepadanya, dan ini sebagai kewajiban atas setiap individu yang menjadi jati diri dalam kehidupannya dan dalam lingkup tanggungjawabnya secara individu untuk bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh mewujudkan kewajiban rabbaniyah dan ubudiyah.
Kewajiban-kewajiban
wahai Al-ikhwan Al-muslimun
Hendaknya kalian menyuburkan iman dalam jiwa kalian.. Kerana iman merupakan pengarah terhadap pelbagai keinginan pada setiap orang dalam hidupnya; di dunia dan di akhirat. Dan merupakan cara untuk melakukan pembaharuan diri dan mengukuhkanya dalam jiwa memiliki banyak model dan ragamnya. Dan yang paling utama adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah; melalui penegakkan kewajiban-kewajiban, memperbanyak ketaatan dan amal soleh; dan bertindak dengan penuh kejujuran; seperti yang diungkapkan dalam atsar:
“Jika hamba-Ku menghadap kepada-Ku dengan hatinya dan jiwanya maka Aku akan menerima hati-hati hamba-Ku dengan penuh kasih sayang dan rahmat”.
Dan jadikanlah Allah sebagai tujuan akhir dan misi tertinggi hidup kalian, dan jadikanlah Allah selalu hadir dalam hati kalian dan dihadapan kalian dan bahkan dalam pelbagai aktiviti dan perbuatan kalian, ikhlaskan niat dan amal kalian kerana-Nya, dan fahamilah akan hakikat yang Allah ciptakan untuk-Nya:
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56);
Dan wujudkanlah dalam jiwa-jiwa kalian makna syiar kami “Allah adalah tujuan kami”, dan berusahalah untuk mewujudkannya dalam dunia nyata.
Hendaknya kalian selalu berada pada posisi yang paling tinggi, dan menjadikan tujuan kalian dalam hidup ini adalah untuk menggapai redha Allah, menjadikan semua pekerjaan kalian untuk mendapatkan kemenangan syurga Firdaus yang paling tinggi, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan misi yang mulia dan meraih keredhaan Allah, dan gunakanlah waktu dari setiap minit, setiap saat, dan setiap degupan jantung dengan baik, dengan menjadikannya sebagai tambahan dalam peningkatan iman,
“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (kerana) mencari kurnia dari Allah dan keredhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hashr:8)
Realisasikanlah ukhuwah di antara kalian dan terapkanlah dengan teguh, dimulai dari berlapang dada hingga itsar :
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hashr:9)
Yang Kami inginkan adalah ukhuwah yang nyata yang dapat membantu untuk melakukan ketaatan dan perdekatan diri kepada Allah, memperkaya kerja dan mendorong untuk maju.
Bahawa rabbaniyah adalah unjuran kehidupan yang penuh dengan keimanan, kerana itu peliharalah diri untuk selalu menunaikan solat berjamaah dan pada saf pertama, khususnya solat fajar, Baca Qur’an dan menyemaklah serta tadabburkan lalu tunaikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Dan ketahuilah bahawa untuk berjalan menuju Allah adalah qiyamulail yang merupakan inti dari kemuliaan seorang mukmin dan bekalan yang hakiki dalam memikul amanah dakwah dan menghadapi ujian-ujiannya yang berat dan juga merupakan prasyarat dakwah menuju kejayaan, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa pada waktu sahur dan manfaatkan waktu-waktu yang terbaik tersebut untuk berserah diri kepada Allah. Dan ketahuilah bahawa qiyamulail juga merupakan sebaik-sebaik pembantu beban dakwah yang ada dihadapan kita semua
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Al-Muzzammil:6)
Dan sibukkanlah hidup kalian dengan berzikir, tafakkur, puasa, ibadah nawafil (tambahan sunnah) dan silaturrahim, dan jadikanlah diri kalian orang yang terbaik di tengah keluarga dan kerabat serta masyarakat, taatlah kepada Allah saat bersama mereka dan persembahkanlah dari jiwa kalian qudwah hasanah untuk dakwah dan agama kalian, dan jadilah peribadi yang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat.
Wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun dan wahai seluruh umat Manusia
Bahawa rabbaniyah merupakan saranan perbaikan bagi diri dan masyarakat, kerana itu orang-orang yang rabbani selalu memelihara kitab Allah, merekalah yang bertanggungjawab dihadapan Allah akan tugasnya dalam memelihara syari’ah, menyampaikan dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah
“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah:44).
Seorang Rabbani akan merasakan bahawa Allah akan bertanya kepadanya tentang syariah secara keseluruhan, dan tentang amanah umat secara bersamaan; kerana dirinya diminta untuk memelihara wahyu Allah, dan memelihara wahyu tidak hanya sekadar menghafalnya di dalam otak dan hati, namun memeliharanya secara konkrit sehingga dengan membawanya sebagai risalah, menghafalnya dan mengamalkannya sebagai amanah dan kerja yang harus dipertanggungjawabkan. Dan dari sinilah kita harus mengisi jiwa ini dengan jiwa rabbaniyah, sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan memenangkan agama dan mengembalikan umat pada kemuliaannya dan pada jati dirinya yang mulia.
Kita juga harus berhati-hati terhadap adanya kesalahan persepsi dan fikiran yang merosak yang selalu menyusup ke dalam hati kita dan pada sebahagian manusia; bahawa terlalu banyak kesibukan dan beban dakwah akan berakibat konflik dan bertentangan dengan Rabbaniyah dan ruhiyah dan mempengaruhi kesan negatif. Namun sebaliknya kita akan meraih kebaikan secara sempurna; bahawa pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat membersihkan ruh dan meninggikan sisi keimanan dan membantu perbaikan ibadah kepada Allah dan memberikan prestasi dari apa yang diamanahkan kepada kita serta mampu menentukan tujuan dari pelbagai rencana dan program.
Kita harus menyedari bahawa tidak akan terwujud atau kita tidak akan dapat meraih prestasi atau melakukan pekerjaan yang baik tanpa adanya keikhlasan kerana Allah dan menjadikan kerja seluruhnya untuk Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Kerana itu, langkah utama dalam menyelamatkan dunia dari kemusnahan tergantung pada kembalinya kita menuju nilai-nilai rabbani secara sungguh-sungguh dan konkrit, bekerja dengan giat untuk membela Islam dan menaikkan darjatnya. Dan dari sinilah kewajiban setiap jiwa yang memiliki kecemburuan dan keikhlasan untuk Islam dan untuk kembali kepada Allah di wujudkan.
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (Adz-dzariyat:50)
Dan jadikanlah syiar kami selalu berkumandang dalam hidup ini:
“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha (kepadaku)”. (Thaha:84)
Dan tidak ada seorangpun yang mampu mendahulu kami untuk menuju Allah.
Allahu Akbar, walillahil hamdu.
Dan solawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW , keluarga dan sahabatnya, dan pujian hanya milik Allah , Tuhan semesta alam.
Penterjemah:
Abu Ahmad
Risalah Dr. Muhammad Mahdi Akfi, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun,
November 2008
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam; pemilik segala sesuatu dan pemberi petunjuk kepadanya, dan salawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu para du’at, Imam para nabi dan Rasul; nabi Muhammad bin Abdullah .. Selanjutnya ..
Pada saat Islam menghadapi tentangan di pelbagai bidang dan di semua tahap, dan dunia berada pada keadaan yang mencemaskan sehingga memberikan kesan - tanpa ada keraguan di dalamnya– terhadap perjalanan dakwah dan para du’at. Muncul pertanyaan yang rasional: Apakah ada penyelesaian dan tempat kembali untuk mempertahankan dan menjaga tsawabit (prinsip-prinsip) kita tanpa menyebabkan kesan negatif terhadap dakwah dan para duat?
Pada hakikatnya, ketika suatu bencana terjadi di pelbagai tempat, maka akan muncul kekuatan dari cahaya Islam yang menyeru dan mengingatkan umat bahawa:
“Tidak ada tempat untuk lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja”. (At-Taubah:118),
dan tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti petunjuk-Nya,
“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (Thaha:123).
Oleh kerana itu, melalui peristiwa dan tentangan-tentangan yang dihadapi ini kami merupakan kesempatan yang besar untuk menghiasi diri dengan hiasan rabbaniyah; melalui pelbagai nilai, saranan dan ragamnya…Etika, perilaku dan bahkan realiti yang dirasakan langsung.
Imam Syahid Hassan al-Banna -semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya- menjelaskan akan hakikat dakwah Al-Ikhwah al-Muslimun, kemuliaan misi, tujuan dan saranan-saranannya; bahawa misinya adalah dakwah rabbaniyah, dan hal ini merupakan bahagian yang ingin kami tegaskan dan kami teguhkan dalam jiwa; sehingga dunia dan perhiasannya tidak mampu mengaburkan –baik dengan tipu daya dan rayuan-rayuannya- akan hakikat kami dan tabiat risalah kami:
“Ciri khusus dari karakter dakwah kami adalah rabbaniyah alamiyah: adapun yang dimaksud dengan rabbaniyah adalah kerana dasar utama yang menjadi tujuan utama adalah untuk memberikan kefahaman kepada manusia akan hakikat Tuhan mereka, dan untuk menyandarkan kekuatan hubungan ruhaniyah yang mulia sehingga dapat mensucikan jiwa mereka dari kejumudan kebendaan yang memperdayakan dan penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya menuju kebersihan dan keindahan jiwa insani. Dan kami, jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun menyeru dari lubuk hati kami yang paling dalam akan syiar kami : “Allah adalah tujuan kami”.
Jadi tujuan pertama dakwah kami adalah mengingatkan umat untuk sedar akan hubungannya yang erat kepada Allah dari hal-hal yang telah dapat melupakan Allah oleh mereka sehingga Allah melupakan mereka.
Allah berfirman :
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang betaqwa”. (Al-Baqarah: 21).
Dan ini, pada hakikatnya kunci pertama untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang tertutup oleh adanya kejumudan dan kebendaan di hadapan manusia, sehingga mereka tidak mampu memberikan jalan dan cara penyelesaiannya. Dan tanpa kunci ini adalah maka tidak akan terjadi perbaikan” (risalah dakwatuna fi thaorin jadid).
Dari sini, kalian wahai al-ikhwan al-muslimun - sebagai pemimpin umat dan pemegang bendera dakwah – hendaknya menghiasi diri dengan sifat rabbaniyah dan berakhlak dengannya, dan melaksanakannya dalam jiwa kalian; sehingga terwujud sosok hamba rabbani, yang memahami akan perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, memahami syariat Allah dan wahyu-Nya, hingga mampu menguasai dalam jiwa dan mengajak umat menuju kepadanya; baik untuk dunia mahupun akhirat. Demikianlah kewajiban anggota Al-Ikhwan, sebagaimana Allah berfirman:
“Namun jadikanlah kalian orang-orang rabbani”. (Ali Imran:79)
Jika kita ingin mendapatkan nilai rabbani sebagaimana yang kita inginkan, maka
hendaknya yang pertama kita lakukan adalah merealisasikannya dalam:
- Diri kita terlebih dahulu, dengan merasakan akan firman Allah:
“Katakanlah, sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am: 162)
Dan firman Allah:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat ihsan (kebaikan)” (An-Nahl:128)
-Kemudian dalam rumah tangga kita:
“Dan jadikanlah rumah-rumah kalian kiblat dan dirikanlah solat, dan berikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang beriman”. (Yunus:87)
Lalu di tengah masyarakat kita dengan mempraktikkan akhlak mulia sehingga dapat membangkitkan umat menuju kebaikan yang telah digariskan oleh Allah SWT:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)
Makna rabbaniyah adalah meng-intisabkan diri kepada Tuhan, dan intisab ini tidak akan terwujud kecuali dengan menjadikan Allah, Tuhan semesta alam berada dan hadir dalam pelbagai keadaan; Dan Rabbaniyah itu sendiri tidak akan dapat hadir kecuali dengan hal-hal berikut; dengan beribadah kepada Allah melalui kefahaman yang menyeluruh terhadap ibadah tersebut; iaitu menjadikan hidup dan mati, gerak dan diam hanya untuk Allah SWT; tidak berbicara kecuali dengan apa yang diredhai Allah, tidak bekerja dan berbuat kecuali kerana Allah, dan tidak mengarahkan niat kita dalam ucapan dan perbuatan kecuali kerana Allah.
Yang Pertama adalah rabbaniyah
Wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun
Hendaknya kalian menjadikan rabbaniyah sebagai puncak amal dan keutamaan kalian, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya dalam pelbagai kekuatan dan usaha yang telah diberikan kepada kalian, merealisasikan sifat-sifat wali Allah dengan perilaku dan akhlak-akhlak mereka;
“Kerana Allah sebaik-baik pelindung dan Dialah Dzat yang Maha Rahim dari yang rahim”. (Yusuf:64)
Dan tidak menjadikan syaitan atas kalian sebagai jalan :
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak akan mampu kalian (syaitan) kuasai dan tipu”. (Al-Isra:65).
Dan inilah yang kami inginkan dan kami usahakan untuk menuju kepadanya, dan ini sebagai kewajiban atas setiap individu yang menjadi jati diri dalam kehidupannya dan dalam lingkup tanggungjawabnya secara individu untuk bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh mewujudkan kewajiban rabbaniyah dan ubudiyah.
Kewajiban-kewajiban
wahai Al-ikhwan Al-muslimun
Hendaknya kalian menyuburkan iman dalam jiwa kalian.. Kerana iman merupakan pengarah terhadap pelbagai keinginan pada setiap orang dalam hidupnya; di dunia dan di akhirat. Dan merupakan cara untuk melakukan pembaharuan diri dan mengukuhkanya dalam jiwa memiliki banyak model dan ragamnya. Dan yang paling utama adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah; melalui penegakkan kewajiban-kewajiban, memperbanyak ketaatan dan amal soleh; dan bertindak dengan penuh kejujuran; seperti yang diungkapkan dalam atsar:
“Jika hamba-Ku menghadap kepada-Ku dengan hatinya dan jiwanya maka Aku akan menerima hati-hati hamba-Ku dengan penuh kasih sayang dan rahmat”.
Dan jadikanlah Allah sebagai tujuan akhir dan misi tertinggi hidup kalian, dan jadikanlah Allah selalu hadir dalam hati kalian dan dihadapan kalian dan bahkan dalam pelbagai aktiviti dan perbuatan kalian, ikhlaskan niat dan amal kalian kerana-Nya, dan fahamilah akan hakikat yang Allah ciptakan untuk-Nya:
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56);
Dan wujudkanlah dalam jiwa-jiwa kalian makna syiar kami “Allah adalah tujuan kami”, dan berusahalah untuk mewujudkannya dalam dunia nyata.
Hendaknya kalian selalu berada pada posisi yang paling tinggi, dan menjadikan tujuan kalian dalam hidup ini adalah untuk menggapai redha Allah, menjadikan semua pekerjaan kalian untuk mendapatkan kemenangan syurga Firdaus yang paling tinggi, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan misi yang mulia dan meraih keredhaan Allah, dan gunakanlah waktu dari setiap minit, setiap saat, dan setiap degupan jantung dengan baik, dengan menjadikannya sebagai tambahan dalam peningkatan iman,
“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (kerana) mencari kurnia dari Allah dan keredhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hashr:8)
Realisasikanlah ukhuwah di antara kalian dan terapkanlah dengan teguh, dimulai dari berlapang dada hingga itsar :
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hashr:9)
Yang Kami inginkan adalah ukhuwah yang nyata yang dapat membantu untuk melakukan ketaatan dan perdekatan diri kepada Allah, memperkaya kerja dan mendorong untuk maju.
Bahawa rabbaniyah adalah unjuran kehidupan yang penuh dengan keimanan, kerana itu peliharalah diri untuk selalu menunaikan solat berjamaah dan pada saf pertama, khususnya solat fajar, Baca Qur’an dan menyemaklah serta tadabburkan lalu tunaikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Dan ketahuilah bahawa untuk berjalan menuju Allah adalah qiyamulail yang merupakan inti dari kemuliaan seorang mukmin dan bekalan yang hakiki dalam memikul amanah dakwah dan menghadapi ujian-ujiannya yang berat dan juga merupakan prasyarat dakwah menuju kejayaan, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa pada waktu sahur dan manfaatkan waktu-waktu yang terbaik tersebut untuk berserah diri kepada Allah. Dan ketahuilah bahawa qiyamulail juga merupakan sebaik-sebaik pembantu beban dakwah yang ada dihadapan kita semua
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Al-Muzzammil:6)
Dan sibukkanlah hidup kalian dengan berzikir, tafakkur, puasa, ibadah nawafil (tambahan sunnah) dan silaturrahim, dan jadikanlah diri kalian orang yang terbaik di tengah keluarga dan kerabat serta masyarakat, taatlah kepada Allah saat bersama mereka dan persembahkanlah dari jiwa kalian qudwah hasanah untuk dakwah dan agama kalian, dan jadilah peribadi yang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat.
Wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun dan wahai seluruh umat Manusia
Bahawa rabbaniyah merupakan saranan perbaikan bagi diri dan masyarakat, kerana itu orang-orang yang rabbani selalu memelihara kitab Allah, merekalah yang bertanggungjawab dihadapan Allah akan tugasnya dalam memelihara syari’ah, menyampaikan dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah
“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah:44).
Seorang Rabbani akan merasakan bahawa Allah akan bertanya kepadanya tentang syariah secara keseluruhan, dan tentang amanah umat secara bersamaan; kerana dirinya diminta untuk memelihara wahyu Allah, dan memelihara wahyu tidak hanya sekadar menghafalnya di dalam otak dan hati, namun memeliharanya secara konkrit sehingga dengan membawanya sebagai risalah, menghafalnya dan mengamalkannya sebagai amanah dan kerja yang harus dipertanggungjawabkan. Dan dari sinilah kita harus mengisi jiwa ini dengan jiwa rabbaniyah, sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan memenangkan agama dan mengembalikan umat pada kemuliaannya dan pada jati dirinya yang mulia.
Kita juga harus berhati-hati terhadap adanya kesalahan persepsi dan fikiran yang merosak yang selalu menyusup ke dalam hati kita dan pada sebahagian manusia; bahawa terlalu banyak kesibukan dan beban dakwah akan berakibat konflik dan bertentangan dengan Rabbaniyah dan ruhiyah dan mempengaruhi kesan negatif. Namun sebaliknya kita akan meraih kebaikan secara sempurna; bahawa pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat membersihkan ruh dan meninggikan sisi keimanan dan membantu perbaikan ibadah kepada Allah dan memberikan prestasi dari apa yang diamanahkan kepada kita serta mampu menentukan tujuan dari pelbagai rencana dan program.
Kita harus menyedari bahawa tidak akan terwujud atau kita tidak akan dapat meraih prestasi atau melakukan pekerjaan yang baik tanpa adanya keikhlasan kerana Allah dan menjadikan kerja seluruhnya untuk Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Kerana itu, langkah utama dalam menyelamatkan dunia dari kemusnahan tergantung pada kembalinya kita menuju nilai-nilai rabbani secara sungguh-sungguh dan konkrit, bekerja dengan giat untuk membela Islam dan menaikkan darjatnya. Dan dari sinilah kewajiban setiap jiwa yang memiliki kecemburuan dan keikhlasan untuk Islam dan untuk kembali kepada Allah di wujudkan.
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (Adz-dzariyat:50)
Dan jadikanlah syiar kami selalu berkumandang dalam hidup ini:
“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha (kepadaku)”. (Thaha:84)
Dan tidak ada seorangpun yang mampu mendahulu kami untuk menuju Allah.
Allahu Akbar, walillahil hamdu.
Dan solawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW , keluarga dan sahabatnya, dan pujian hanya milik Allah , Tuhan semesta alam.
Penterjemah:
Abu Ahmad
0 comments:
Post a Comment