Bulan Ramadhan dalam sejarahnya mengikat kita tentang peristiwa kemenangan-kemenangan besar yang menjadi titik awal perubahan dan karakter yang istimewa; bukan hanya bagi sejarah kaum muslimin saja, namun dalam sejarah umat manusia dan dunia, sejarah yang tidak datang tiba-tiba, namun berulang kali sebagai wahana motivasi berfikir, merenung dan belajar.
Tidak asing bagi kita bahawa puasa merupakan jihad, medan pertama adalah jiwa, jika mampu menguasainya maka terhadap orang lain akan lebih mampu, jika mampu memenangkannya maka terhadap musuh akan lebih mudah memenangkannya…puasa merupakan jihad terhadap jiwa yang melatih hingga ke tingkat kepemimpinan, kukuh terhadap daya tarik bumi dan syahwat yang mampu menghinakan pemiliknya dan meruntuhkan mereka, mengotori kesucian ruh mereka dan menutup dirinya dari darjat menuju Tuhan yang Maha Tinggi.
Tidaklah asing bagi mereka yang sibuk dengan kesucian jiwa dan ruh dan mampu menguasainya dapat menerima kelemahan dan rela pada kehinaan, padahal di sisi mereka dunia adalah kecil sementara akhirat sangatlah agung, seakan syurga menghiasi jiwanya dan berusaha melangkah menuju arahnya?
Allah SWT telah membimbing mereka dalam Qur’an-Nya, Allah berifrman:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (An-Nisa: 97)
Dengan persiapan jiwa ini maka orang yang berpuasa sibuk dengan perang mereka, kemenangan tentunya berpihak pada mereka berjalan bersama kenderaan mereka.
Perang Badr al-Kubra
Pada bulan Ramadhan tahun ke 2 H terjadi perang Badr al-kubra, setelah mendapat izin dari Allah atas orang-orang zalim yang telah mengusir mereka dan merampas harta mereka untuk membalas atas kezaliman mereka. Allah berfirman:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Kerana sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (iaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali kerana mereka berkata:
“Tuhan kami hanyalah Allah”. dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (iaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 39-41)
Perang badr merupakan rincian sejarah kaum muslimin dan pembentuk daulah yang baru…Allah SWT menyebutnya dengan hari Al-furqan yang mampu membezakan antara yang hak dan yang bathil?
“…Di hari Furqaan iaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas gala sesuatu. (Al-Anfaal: 41)
Bagaimana jadinya, sekiranya kaum muslimin pada hari itu kalah? Akankah daulah mereka (islam) dapat tegak? Betapa banyak dari umat manusia yang mengalami kerugian jika pada hari itu daulah islam hancur, tidak ada lagi bendera kebenaran?? Sungguh pada hari itu Rasulullah saw berdiri menghadap Allah sambil berdoa dengan sangat memelas dan memperbanyak do’a:
“Ya Allah jika Engkau hancurkan kelompok ini maka tidak ada lagi yang menyembah di bumi ini..” adapun para sahabat yang bernazar mengorbankan jiwa mereka dan menimbang neraca keadilan sehingga ada di antara mereka yang berkata kepada rasulullah saw:
“Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, jika dibentangkan dihadapan kami lautan, lalu engkau menyeberanginya maka kami akan ikut menyeberanginya bersama engkau, dan tidak ada seorangpun diantara kami yang membelot..”.
Mereka berjumlah 300 dan beberapa orang tidak memiliki apa-apa kecuali 2 ekor kuda berhadapan dengan jumlah tiga kali ganda, Nabi saw mensifati mereka dalam doanya:
“Ya Allah mereka adalah pejalan kaki maka berikanlah kepada mereka kenderaan, dalam keadaan miskin namun berikanlah kekayaan, dan dalam keadaan lapar berikanlah kepada mereka makanan”.
Namun mereka tidak merasa kalah dengan jumlah yang sedikit dan perlengkapan yang terbatas bahkan sangat bersemangat dalam meraih kemenangan akan kebenaran dengan penuh keikhlasan, dan ideologi yang membangkitkan…maka tidak asing jika kemenangan mereka merupakan kemuliaan dari kelemahan mereka di muka bumi ini, sehingga di masa depan mendapatkan yang terbaik untuk dunia mereka, harga diri bagi para duat kebenaran dan berusaha mencapai jalan mereka walaupun harus menghadapi kekuatan jahat dan melemparkan mereka dalam satu panah…
Penaklukan Andalusia
Pada bulan Ramadhan tahun 92 H merupakan awal kemenangan kaum muslimin dan penaklukan Andalus, dipimpin oleh panglima gagah berani Thariq bin Ziyad yang baru masuk Islam beberapa tahun dan menjadikan diri tidak ada beza antara anak-anaknya dengan satu jenis atau fanatik – salah seorang pemimpin terkemuka dalam sejarah.
Ketika Thariq dan pasukannya berhasil menginjakkan kakinya di bumi Eropah mereka mulai mencetak sejarah baru terhadap dunia, Eropah mengakui Islam dan kebudayaannya yang memindahkannya dari keterbelakangan dan kejumudan menuju dunia yang luas dari kemajuan dan cahaya.
Sejarawan Eropah Gustave Lopon berkata: “ Jika kita kembali pada abad ke 17 M maka akan kita dapati bahawa kebudayaan Islam di Sepanyol menakjubkan sekali, bahawa pusat kebudayaan Eropah saat itu sedang nazak yang digodam oleh para penguasa yang jahat yang hanya mementingkan diri dan bangga dengan kemewahan namun tidak mahu membaca…sehingga kejumudan terus menimpa Eropah selama beberapa tahun tanpa mereka rasakan, wajah Eropah tidak tampak memiliki kecendrungan pada ilmu kecuali pada abad ke 11 dan 12 M; yang mana hal tersebut tampak ditengah mereka berkeinginan menghilangkan kejahilan yang menimpa mereka, sehingga mereka mengalihkan wajah mereka menuju arab – kaum muslimin yang merupakan pemimpin mereka-“.
Salah seorang pemimpin Andalusia abad ke 4 H atau 10 M, iaitu Ibrahim bin Ya’qub At-Thurtusyi, seorang warga Jaliqiyah di Utara Sepanyol menjadi jauh dari hukum kaum muslimin, beliau berkata bahawa mereka:
“Warga yang jauh dan merendahkan akhlak, tidak mencuci baju mereka sejak mereka memakainya hingga terlepas dari mereka, mereka menganggap bahawa kotor yang menempel dari keringat mereka memberikan kenikmatan pada jasad mereka dan memberikan kebaikan bagi badan mereka!!”
Begitulah situasi mereka disaat kaum muslimin berada dipuncak ketinggian kebudayaan di Andalusia, sehingga mengarahkan anak-anak mereka dari beberapa negeri Eropah untuk menjadi pelajar dan menimba ilmu dari kaum muslimin kemudian kembali kepada mereka menjadi duta kebudayaan dan membangun kemuliaan…semua ini didapat pada lembaran-lembaran pada para pendahulu yang berpuasa yang mampu menaklukkan Andalusia dan menaklukkan dunia menuju ufuk fajar baru.
Perang Ain Jalut
Pada bulan Ramadahan tahun 658 H terjadi perang Ain Jalut; kaum muslimin di Mesir dan Syam berhasil mengalahkan kerajaan Mongolia yang sentiasa melakukan kerosakan dan menyebarkan kematian di daerah Asia Tengah dan Asia Timur, melakukan pembantaian yang mengerikan pada setiap penduduknya, dan bahkan sengaja menggunakan kenderaan kuda mereka untuk menginjak-injak ratusan ribu mayat manusia dari kaum muslimin, sehingga sungai Dahlah penuh oleh buku-buku yang membawa kebangkitan dan meninggikan kebudayaan dunia…bahkan kerana penuhnya buku-buku mengakibatkan air sungai berubah menjadi kehitam-hitaman.
Di Baghdad mereka membunuh khalifah Abbasiyah yang terakhir, membantai jutaan manusia hanya dalam beberapa hari, ditambah dengan ramai korban yang terbunuh tanpa belas kasih sayang dalam penaklukkan mereka yang hitam, mereka juga membunuh di “Moro” sebanyak 700 ribu jiwa… dan sebagaimana cubaan itu melanda negeri Islam hingga meluas ke daratan timur Eropah dan mengancam seluruh penduduk dunia, sedangkan kejayaan kaum muslimin adalah untuk mereka dan kemenangan umat Islam atas mereka adalah menyelamatkan manusia seluruhnya dan untuk kebudayaan masnusia secara keseluruhan; di mana saja mereka berada.
Tentunya kepimpinan kaum muslimin dan pemimpin mereka al-mudzaffar Qutz menyedari bahawa mereka menorehkan sejarah yang baik baginya setelahnya, dan umat berganding bahu di belakang para pemimpin menggerakkan para ulama besar yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang rabbani Al-‘Iz bin Abdussalam, mereka menghidupkan nilai-nilai jihad dan erti dari menggapai syuhada, mengingatkan akan akarnya yang menjadi pilihan Allah SWT ,
. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran: 110)
dan firman Allah:
“Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (Al-Baqarah: 143)
Ketika keadaan semakin kritis dan genting dalam sejarah umat dan alam, dengan gagah sang panglima Qutz melangkah dan sambil menunggang kuda beliau berteriak:
“Wa Islamaah”, mengharap syahadah. Maka ditorehkanlah baginya kehidupan dan bagi umatnya dan nilai-nilai kemajuan dan pembangunan, bukan untuk kejumudan dan kehancuran.
Demikianlah tiga contoh dari kemenangan-kemenangan besar dalam bulan Ramadhan, yang diraih oleh orang yang berpuasa, dicetak oleh para pemilik ruh (jiwa) yang suci dan darah yang bersih, menghadirkan untuk manusia dan umat sesuatu yang terbaik, menjaga kemurnian hadharah dan prestasi-prestasi terbaik, sehingga mereka dapat berpindah ke hadapan dengan langkah yang lebih maju dan darjat yang paling tinggi.
Sesungguhnya Ramadhan merupakan bulan Quran dan puasa memberikan kita dari sisi lain ketika kita melihat para pemilik kurnia yang tiada taranya, bukan hanya atas kaum muslimin saja namun juga kepada alam seluruhnya… bahkan kepada manusia di mana saja mereka berada.
Apakah umat Islam sekarang menyedari kebaikan-kebaikan yang ada di tangan mereka dan kemuliaan yang ada dalam sejarah mereka? Tidaklah mungkin umat manusia yang bingung dapat menghadirkan petunjuk dan arahan?? Apakah mereka menyedari akan keterbelakangan mereka dari peranan yang diinginkan Islam terhadap mereka sehingga kerugian yang besar membayar harga yang besar oleh mereka dan selain mereka, mereka melebarkan peluang untuk kekuatan penghancur dan jahat yang menjadikan kehidupan lebih banyak kesengsaraan dan kesedihan, menjadikan manusia berada pada keburukan dan rendah dalam kehidupan tanpa petunjuk, tidak kebahagiaan kecuali hanya kecelakaan di dalam akhirat, dan tidak mampu meninggikan bangunannya kecuali hanya berada direruntuhan mimpi orang yang hina dan rendahan??
Dan hanya kepada Allah kita berharap menjadikan bulan kita ini sebagai proses kebangkitan umat untuk memainkan peranannya yang dibebankan dengannya dalam memakmurkan dunia dan memuliakan manusia serta membahagiakan alam…
“…dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya:. (Yusuf: 21)
Selawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya… dan akhir doa kami bahawa segala puji hanya mulik Allah Tuhan semesta alam.
Risalah dari Dr. Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Al-Ikhwan Al-Muslimun,
“Tuhan kami hanyalah Allah”. dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (iaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 39-41)
Perang badr merupakan rincian sejarah kaum muslimin dan pembentuk daulah yang baru…Allah SWT menyebutnya dengan hari Al-furqan yang mampu membezakan antara yang hak dan yang bathil?
“…Di hari Furqaan iaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas gala sesuatu. (Al-Anfaal: 41)
Bagaimana jadinya, sekiranya kaum muslimin pada hari itu kalah? Akankah daulah mereka (islam) dapat tegak? Betapa banyak dari umat manusia yang mengalami kerugian jika pada hari itu daulah islam hancur, tidak ada lagi bendera kebenaran?? Sungguh pada hari itu Rasulullah saw berdiri menghadap Allah sambil berdoa dengan sangat memelas dan memperbanyak do’a:
“Ya Allah jika Engkau hancurkan kelompok ini maka tidak ada lagi yang menyembah di bumi ini..” adapun para sahabat yang bernazar mengorbankan jiwa mereka dan menimbang neraca keadilan sehingga ada di antara mereka yang berkata kepada rasulullah saw:
“Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, jika dibentangkan dihadapan kami lautan, lalu engkau menyeberanginya maka kami akan ikut menyeberanginya bersama engkau, dan tidak ada seorangpun diantara kami yang membelot..”.
Mereka berjumlah 300 dan beberapa orang tidak memiliki apa-apa kecuali 2 ekor kuda berhadapan dengan jumlah tiga kali ganda, Nabi saw mensifati mereka dalam doanya:
“Ya Allah mereka adalah pejalan kaki maka berikanlah kepada mereka kenderaan, dalam keadaan miskin namun berikanlah kekayaan, dan dalam keadaan lapar berikanlah kepada mereka makanan”.
Namun mereka tidak merasa kalah dengan jumlah yang sedikit dan perlengkapan yang terbatas bahkan sangat bersemangat dalam meraih kemenangan akan kebenaran dengan penuh keikhlasan, dan ideologi yang membangkitkan…maka tidak asing jika kemenangan mereka merupakan kemuliaan dari kelemahan mereka di muka bumi ini, sehingga di masa depan mendapatkan yang terbaik untuk dunia mereka, harga diri bagi para duat kebenaran dan berusaha mencapai jalan mereka walaupun harus menghadapi kekuatan jahat dan melemparkan mereka dalam satu panah…
Penaklukan Andalusia
Pada bulan Ramadhan tahun 92 H merupakan awal kemenangan kaum muslimin dan penaklukan Andalus, dipimpin oleh panglima gagah berani Thariq bin Ziyad yang baru masuk Islam beberapa tahun dan menjadikan diri tidak ada beza antara anak-anaknya dengan satu jenis atau fanatik – salah seorang pemimpin terkemuka dalam sejarah.
Ketika Thariq dan pasukannya berhasil menginjakkan kakinya di bumi Eropah mereka mulai mencetak sejarah baru terhadap dunia, Eropah mengakui Islam dan kebudayaannya yang memindahkannya dari keterbelakangan dan kejumudan menuju dunia yang luas dari kemajuan dan cahaya.
Sejarawan Eropah Gustave Lopon berkata: “ Jika kita kembali pada abad ke 17 M maka akan kita dapati bahawa kebudayaan Islam di Sepanyol menakjubkan sekali, bahawa pusat kebudayaan Eropah saat itu sedang nazak yang digodam oleh para penguasa yang jahat yang hanya mementingkan diri dan bangga dengan kemewahan namun tidak mahu membaca…sehingga kejumudan terus menimpa Eropah selama beberapa tahun tanpa mereka rasakan, wajah Eropah tidak tampak memiliki kecendrungan pada ilmu kecuali pada abad ke 11 dan 12 M; yang mana hal tersebut tampak ditengah mereka berkeinginan menghilangkan kejahilan yang menimpa mereka, sehingga mereka mengalihkan wajah mereka menuju arab – kaum muslimin yang merupakan pemimpin mereka-“.
Salah seorang pemimpin Andalusia abad ke 4 H atau 10 M, iaitu Ibrahim bin Ya’qub At-Thurtusyi, seorang warga Jaliqiyah di Utara Sepanyol menjadi jauh dari hukum kaum muslimin, beliau berkata bahawa mereka:
“Warga yang jauh dan merendahkan akhlak, tidak mencuci baju mereka sejak mereka memakainya hingga terlepas dari mereka, mereka menganggap bahawa kotor yang menempel dari keringat mereka memberikan kenikmatan pada jasad mereka dan memberikan kebaikan bagi badan mereka!!”
Begitulah situasi mereka disaat kaum muslimin berada dipuncak ketinggian kebudayaan di Andalusia, sehingga mengarahkan anak-anak mereka dari beberapa negeri Eropah untuk menjadi pelajar dan menimba ilmu dari kaum muslimin kemudian kembali kepada mereka menjadi duta kebudayaan dan membangun kemuliaan…semua ini didapat pada lembaran-lembaran pada para pendahulu yang berpuasa yang mampu menaklukkan Andalusia dan menaklukkan dunia menuju ufuk fajar baru.
Perang Ain Jalut
Pada bulan Ramadahan tahun 658 H terjadi perang Ain Jalut; kaum muslimin di Mesir dan Syam berhasil mengalahkan kerajaan Mongolia yang sentiasa melakukan kerosakan dan menyebarkan kematian di daerah Asia Tengah dan Asia Timur, melakukan pembantaian yang mengerikan pada setiap penduduknya, dan bahkan sengaja menggunakan kenderaan kuda mereka untuk menginjak-injak ratusan ribu mayat manusia dari kaum muslimin, sehingga sungai Dahlah penuh oleh buku-buku yang membawa kebangkitan dan meninggikan kebudayaan dunia…bahkan kerana penuhnya buku-buku mengakibatkan air sungai berubah menjadi kehitam-hitaman.
Di Baghdad mereka membunuh khalifah Abbasiyah yang terakhir, membantai jutaan manusia hanya dalam beberapa hari, ditambah dengan ramai korban yang terbunuh tanpa belas kasih sayang dalam penaklukkan mereka yang hitam, mereka juga membunuh di “Moro” sebanyak 700 ribu jiwa… dan sebagaimana cubaan itu melanda negeri Islam hingga meluas ke daratan timur Eropah dan mengancam seluruh penduduk dunia, sedangkan kejayaan kaum muslimin adalah untuk mereka dan kemenangan umat Islam atas mereka adalah menyelamatkan manusia seluruhnya dan untuk kebudayaan masnusia secara keseluruhan; di mana saja mereka berada.
Tentunya kepimpinan kaum muslimin dan pemimpin mereka al-mudzaffar Qutz menyedari bahawa mereka menorehkan sejarah yang baik baginya setelahnya, dan umat berganding bahu di belakang para pemimpin menggerakkan para ulama besar yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang rabbani Al-‘Iz bin Abdussalam, mereka menghidupkan nilai-nilai jihad dan erti dari menggapai syuhada, mengingatkan akan akarnya yang menjadi pilihan Allah SWT ,
. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran: 110)
dan firman Allah:
“Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (Al-Baqarah: 143)
Ketika keadaan semakin kritis dan genting dalam sejarah umat dan alam, dengan gagah sang panglima Qutz melangkah dan sambil menunggang kuda beliau berteriak:
“Wa Islamaah”, mengharap syahadah. Maka ditorehkanlah baginya kehidupan dan bagi umatnya dan nilai-nilai kemajuan dan pembangunan, bukan untuk kejumudan dan kehancuran.
Demikianlah tiga contoh dari kemenangan-kemenangan besar dalam bulan Ramadhan, yang diraih oleh orang yang berpuasa, dicetak oleh para pemilik ruh (jiwa) yang suci dan darah yang bersih, menghadirkan untuk manusia dan umat sesuatu yang terbaik, menjaga kemurnian hadharah dan prestasi-prestasi terbaik, sehingga mereka dapat berpindah ke hadapan dengan langkah yang lebih maju dan darjat yang paling tinggi.
Sesungguhnya Ramadhan merupakan bulan Quran dan puasa memberikan kita dari sisi lain ketika kita melihat para pemilik kurnia yang tiada taranya, bukan hanya atas kaum muslimin saja namun juga kepada alam seluruhnya… bahkan kepada manusia di mana saja mereka berada.
Apakah umat Islam sekarang menyedari kebaikan-kebaikan yang ada di tangan mereka dan kemuliaan yang ada dalam sejarah mereka? Tidaklah mungkin umat manusia yang bingung dapat menghadirkan petunjuk dan arahan?? Apakah mereka menyedari akan keterbelakangan mereka dari peranan yang diinginkan Islam terhadap mereka sehingga kerugian yang besar membayar harga yang besar oleh mereka dan selain mereka, mereka melebarkan peluang untuk kekuatan penghancur dan jahat yang menjadikan kehidupan lebih banyak kesengsaraan dan kesedihan, menjadikan manusia berada pada keburukan dan rendah dalam kehidupan tanpa petunjuk, tidak kebahagiaan kecuali hanya kecelakaan di dalam akhirat, dan tidak mampu meninggikan bangunannya kecuali hanya berada direruntuhan mimpi orang yang hina dan rendahan??
Dan hanya kepada Allah kita berharap menjadikan bulan kita ini sebagai proses kebangkitan umat untuk memainkan peranannya yang dibebankan dengannya dalam memakmurkan dunia dan memuliakan manusia serta membahagiakan alam…
“…dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya:. (Yusuf: 21)
Selawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya… dan akhir doa kami bahawa segala puji hanya mulik Allah Tuhan semesta alam.
Risalah dari Dr. Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Al-Ikhwan Al-Muslimun,
0 comments:
Post a Comment