Hadith Tsulasa*’: Renungan tentang Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa sahaja yang menghidupkan & meneruskan perjuangan dakwahnya hingga hari kiamat.
Saudara & saudari yang mulia. Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah, assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya’ban, kita hentikan slot kajian kita tentang Al-Qur’anul Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka slot baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.
Ramadhan adalah bulan ruhi, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafus-soleh mengucapkan selamat tinggal sesame mereka & bertemu semula ketika solat hari raya. Kerena mereka rasakan ini adalah bulan untuk menggandakan ibadah, bulan untuk melaksanakan puasa dan qiyam dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.
Saudara & saudari sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk meneruskan pengajian Selasa ini pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur’an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apatahlagi, ramai di antara kita yang melaksanakan solat tarawih dan memanjangkannya, serta mengejar & mengambil pelunag untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi saw. Sekali dalam setahun.
Nabi saw. mempunyai sifat dermawan, dan sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau. Beliau lebih dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an ini terus berlangsung sampai pada tahun ketika Rasulullah saw dipanggil menghadap kepada Ar-afiq Al-A’la (Allah swt.), maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau dua kali. Ini merupakan isyarat bagi Nabi saw. bahwa tahun ini merupakan tahun terakhir beliau hidup di dunia.
Saudara & saudari sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafa’at untuknya. ‘Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat. ” (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani)
Wahai saudara & saudari, dalam diri saya terdetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Kerana kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.
Saudara & saudari sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu kesannya yang paling terasa adalah wujudnya pertemuan ini kerana Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam satu tempoh masa, maka bukan bererti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan kerana Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majlis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa ia akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita biasa berjumpa kembali setelah masa percutian ini (kuliah selasa malam yang biasa Hassan al Banna sampaikan di’cutikan’ sempena meraikan ramadhan), insyaAllah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan solat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini selama minggu-minggu tersebut, maka saya ingin Anda semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih tinggi, iaitu hubungan dengan Allah swt., yang merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi dirinya, di dunia maupun akhirat.
Kerana itu, saudara & saudari sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. Pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya sendiri. “Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. la untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.”
Ini mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan solat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak solat sebagai hak bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan zikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai hak bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan menangis kerana takut kepada Allah, maka ia ingin banyak rnenangis kerana Allah sebagai memberi hak bagi dirinya. Adapun puasa, dalamnya tidak terkandung apa pun selain larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak masa kerana bermunajat kepada Allah swt. Dan berdiri di hadapan-Nya, khusus-nya ketika melaksanakan solat tarawih.
Saudara& saudari sekalian, hendaklah sentiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa kerana melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)
Saudara & saudari, pada akhir ayat ini Anda mendapati: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)
Dengan penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini dalam rangka mentaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut disyukuri. “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.” (Al-Baqarah: 185)
Kemudian, lihatlah kesan dari semua ini. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah; 186)
Saudara & saudari, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini. Allah swt. telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang sangat istimewa. Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw. bersabda, “Jika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan akan dibelenggu, kemudian datang seorang penyeru dari sisi Allah Yang Mahabenar swt “Wahai pencari kejahatan, berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!”
Saudara & saudari, pintu-pintu surga dibuka, kerana manusia berlumba-lumba melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat. Syaitan-syaitan dibelenggu, kerana manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga syaitan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karnia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.
Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Kerana itu, Allah swt. menyebutkannya dalam kitab-Nya.” (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)
Ada kaitan antara turunnya Al-Qur’an dengan bulan Ramadhan. Kerana puasa ertinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakiki dalam diri manusia. Ini bererti bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerana itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.
Pada kesempatan ini, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas.
Saudara & saudari yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:
1. Perbaiki Aqidah
Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia mampu mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahawa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhirat, agar setiap jiwa dihisab tentang apa sahaja yang telah dikerjakan dan ditinggalkannya. Jika kita menamati ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, nescaya kita mendapati bahawa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah,
“Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)
Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun,
“Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)
Allah swt. juga berfirman “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)
Allah swt. juga berfirman,
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)
Allah swt. Berfirman lagi,
“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4)
Saudara & saudari, ayat-ayat ini menjelaskan hari akhirat dengan pen-jelasan yang jitu yang mampu mengetuk dan melembutkan hati yang keras.
2. Pengaturan Ibadah
Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43) “…diwajib-kan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183) “…mengerjakan haji adalah kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali-Imran: 97) Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah.
3. Pengaturan Akhlak
Mengenai pengaturan akhlak, Anda biasa membaca firman Allah swt.
“Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 7-8)
“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11)
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar kerana mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),’ maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 19-24)
Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangatlah keras.
“Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (Ar-Ra’d: 25)
Inilah peraturan-peraturan tersebut, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat.
Saudara & saudari tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada kita. Insya Allah kita akan mendapatkan manfaat darinya.
Buat akhirnya, kuntuman salawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.
Video
Labels:
Imam Syahid Syaikh Hasan Al-Banna,
Ramadhan Kareem
Renungan Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna
Abu Ridhwan
Tuesday, September 9, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
- Abu ‘Ashim Hisyam bin Abdul Qadir ‘Uqdah (1)
- As-Syahid Dr. Abdul Aziz Al-Rantisi Dalam Kenangan (1)
- Asy Syahid Syeikh Yusof Hawasy (1)
- Bicara Abu Riduan (Moderator) (6)
- Dr. Muhammad Badi’ Abdul Majid Saamy (7)
- Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar (1)
- Iltizam (7)
- Imam Syahid Syaikh Hasan Al-Banna (29)
- Imam Syahid Syeikh Sayyid Qutb (6)
- Ir. Muhammad Khairat Syatir (2)
- Kenyataan IM (4)
- Khutbah (1)
- Komentar (2)
- Muhammad al-Ma'mun al-Hudhaibi (1)
- Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun (22)
- Palestin Di Hati (8)
- Pandangan Tokoh dan Ulama (3)
- Ramadhan Kareem (4)
- Risalah Dakwah Ikhwan (4)
- Silibus Halaqah (7)
- Syeikh Abbas Asisi (4)
- Syeikh Abdul Hamid Al Bilali (1)
- Syeikh Abul A’la Maududi (7)
- Syeikh Ahmad Saiful Islam Al Banna (1)
- Syeikh as-Syahid Dr. Abdullah Azzam (1)
- Syeikh Dr Ali Abdul Halim Mahmud (2)
- Syeikh Dr. Abdul Karim Zaidan (1)
- Syeikh Dr. Abdullah Nasih `Ulwan (5)
- Syeikh Dr. Fathi Yakan (12)
- Syeikh Dr. Hammam Said (1)
- Syeikh Dr. Majdi AlHilali (1)
- Syeikh Dr. Mustafa al-Siba'iyy (1)
- Syeikh Dr. Musthofa As-Sibaai' (2)
- Syeikh Dr. Sayyid Nuh (2)
- Syeikh Dr. Yusuf Qaradawi (9)
- Syeikh Hamzah Abbas Mansour (1)
- Syeikh Hasan Al-Hudaibi (3)
- Syeikh Jumaah Amin Abdul Aziz (1)
- Syeikh Muhammad Abdul Hamid Ahmad (1)
- Syeikh Muhammad Abdullah al Khatib (1)
- Syeikh Muhammad Ahmad Ar-Rasyid (3)
- Syeikh Muhammad Al-Ghazali (2)
- Syeikh Muhammad Mahdi Akif (17)
- Syeikh Muhammad Qutb (2)
- Syeikh Mustafa Masyhur (19)
- Syeikh Sa'id Hawwa (1)
- Syeikh Sayyid Sabiq (1)
- Syeikh Umar Tilmisani (1)
- Tafsir Al Quran (1)
- Tarbiyah Ikhwan (6)
- Tawakkul Karman (1)
- Tokoh (1)
- Tokoh Ikhwan (2)
- Yusuf Thala’at (1)
- Zaynab Al Ghazali (2)
Tarbiyah Pewaris
0 comments:
Post a Comment