Bismillah dan segala puji hanya milik Allah, dan selawat dan salam atas Rasulullah saw, beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya..
Ada diantara Umat Islam ketika mendapatkan kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan selalu menggunakan kesempatan yang berharga tersebut untuk mendapatkan kemenangan dan dua kebaikan; dunia dan akhirat, dan tidak ketinggalan untuk dapat menanamkan pelaburan terhadap apa yang telah Allah gelarkan kepada mereka menuju sebab-sebab kebaikan, kerana itu Anda akan mendapati mereka pada bulan Ramadhan yang penuh kebaikan; pada siang harinya memakmurkannya dengan puasa dan pada malam harinya dengan qiyam, sentiasa menjaga waktu; berlumba dalam berdzikir, membaca Al-Qur’an dan pelbagai ketaatan lainnya, memenuhi panggilan Rasulullah saw:
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, di dalamnya terdapat kebaikan yang meliputi kalian kerana Allah (ada di dalamnya), maka turunlah rahmat, berguguran segala kesalahan dan dosa, di dalamnya doa dikabulkan, maka Allah melihat semangat berlumba kalian, dan para malaikat sangat dekat dengan kalian, maka perlihatkan di hadapan Allah yang terbaik dari jiwa-jiwa kalian, kerana sesungguhnya celaka bagi siapa yang diharamkan di dalamnya rahmat Allah SWT” (Thabrani)Dan Ikhwanul Muslimin memberikan tahniah (ucapan selamat) kepada umat Islam yang berada di segenap penjuru dunia di Timur dan Barat akan hadirnya bulan yang mulia ini, mengajak mereka untuk memanfaatkan darinya sebagai madrasah satu bulan menuju ketaqwaan. Kerana itu disini saya ingin menyampaikan beberapa pelajaran, semoga dapat memberikan manfaat kepada kita:
1. Ramadhan: bulan puasa (menahan diri) dari pelbagai kemaksiatan
Para pemilik azimah yang kuat tentunya menyedari bahawa puasa merupakan tarbiyah yang sangat berharga dan mulia, ia merupakan pusat pelatihan yang lembut akan sifat kesabaran dan menahan amarah, dan bahawasanya puasa bukan hanya pada satu tujuan menahan diri dari rasa dahaga dan lapar semata, namun termasuk hal-hal yang mengiringinya akan kekuatan keinginan dan kehendak, kemuliaan akhlaq dan perilaku serta kesucian jiwa, menjauhkan dominasi syahwat, mengekang jiwa amarah bissu (selalu mengajak pada yang buruk) menuju jiwa yang muthmainnah (yang tenang); dengan lain perkataan bahawa puasa merupakan perisai dan penjaga dari terjerumusnya jiwa pada perbuatan maksiat, pemelihara dari hal-hal yang dapat menyakitinya; dari nafsu syahwat dan kejahatan lainnya dari pelbagai ucapan dan perbuatan yang tidak layak, sekalipun orang lain memusuhinya dengan ucapan atau perbuatannya, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Nabi saw:
“Dan puasa adalah perisai, kerana itu jika salah seroang dari kalian berpuasa maka jangan berkata kotor dan berteriak, jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajak berkelahi maka katakanlah saya sedang berpuasa”. (Nasa’i)
Dan juga disebutkan dalam hadits Nabi saw yang lainnya:
“Tingkatkanlah puasa; sesungguhnya puasa bukan hanya dari menahan dari makan dan minum saja, namun ia merupakan saranan menahan diri dari maksiat, dan jika salah seorang dari kalian berpuasa, lalu ada yang mengejeknya atau mencelanya, maka cukuplah ia mengatakan: saya sedang berpuasa”. (Muttafaq alaih)
Dan Nabi saw juga bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, memahami batasan-batasannya, dan menjaga hal-hal yang harus dijaga maka akan berguguran kesalahan yang sebelumnya”. (di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Dan jika tidak mencapai hal demikian maka Allah sama sekali tidak akan melihat puasanya dan tidak akan menerimanya, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi saw:
“Betapa banyak –atau berapa banyak dari- orang yang berpuasa, nasibnya dari puasanya hanya menahan lapar dan haus belaka, dan betapa banyak –atau berapa banyak dari- orang yang menunaikan qiyam, nasib dari qiyamnya hanyalah rasa letih saja”. (Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Dan Nabi saw juga bersabda:
“Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan ucapan kotor dan dia melakukannya, maka Allah sama sekali tidak memerlukan darinya meninggalkan makan dan minumnya”. (Bukhari).
Dan dari sini, imam Jabir bin Abdullah menasihati kita dengan ungkapannya:
“Jika Anda berpuasa, maka hendaknya telinga, mata, lisan juga ikut berpuasa dari dusta dan hal-hal yang diharamkan, tinggalkan sesuatu yang menyakiti peribadi, dan jadikanlah dirimu teduh dan tenang pada saat berpuasa, dan jangan jadikan saat tidak berpuasa dan pada saat berpuasa dirimu sama”.
Merenunglah bersama saya bagaimana jadinya situasi dunia sekiranya puasa yang diinginkan Allah dapat terwujud dalam kehidupan umat manusia seluruhnya, atau pada kehidupan umat Islam itu sendiri..!!
Niscaya akan mampu membersihkan jiwa dari pelbagai kotoran dan keburukannya, mencetaknya pada akhlaq yang mulia dalam melintasi jalan kehidupan selama satu tahun penuh, masanya hanya 30 hari; mampu memberikan ke dalam hati dengan bekal kesabaran, keteguhan, azam, dan kekuatan kehendak, mewujudkan akan makna dan nilai taqwa yang dijadikan oleh Allah sebagai tujuan utama pada kewajiban yang penuh berkah ini:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)
Oleh itu, adakah yang mahu menyedari akan makna ini dari para pemilik hati yang beriman dan hidup, mempelajari akan perilaku para solihin dahulu, mengisi dunia dengan cahaya, kedamaian dan keberkahan, menyebarkan di dalamnya akhlaq yang bersih dan murni, nilai-nilai kebenaran, keadilan dan persaudaraan, sehingga dapat mewujudkan akan kemenangan, kemuliaan dan kejayaan?!
Dan apakah ada yang memperhatikan nilai-nilai ini oleh mereka yang menjadikan ghirah mereka memenangkan kebatilan, ucapan palsu, melontarkan aib kepada orang yang tidak berdosa, menekan orang-orang shalih, sehingga mereka mau menarik dan meninjau ulang perbuatan dan sikap mereka, memperbaiki langkah dan manuver mereka, membentangkan tangan mereka untuk bekerja sama dengan para mukhlisin; sehingga dapat mewujudkan kepada umat hal-hal yang layak dengannya dari pelbagai kedudukan dan kemuliaan di muka bumi ini?!!
2. Ramadhan; bulan kesatuan dan kebersamaan
Kesatuan merupakan syiar umat ini
“Sesungguhnya umat ini (Islam) adalah umat yang satu”. (Al-Anbiya:92)
dan syariat Islam yang suci selalu mengajak umat akan kesatuan dengan pelbagai cara, dan jika ditinjau pada pelbagai ibadah yang telah diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya akan memahami dengan yakin bahawasanya kesatuan ibadah dan keikhlasan ubudiyah kerana Allah merupakan inti untuk mewujudkan kesatuan umat;
Sesungguhnya puasa memberikan peranan yang sangat besar akan hal tersebut, kerana seluruhnya dimulai dari berpuasa; diawali dengan azan pada saat fajar, berbuka pada saat Maghrib, seluruhnya bergerak dalam rangka menghidupkan malam harinya dengan qiyam, ditambah pula dengan tuntutan puasa dalam penyatuan perasaan dan fikrah (wawasan).
Imam Ar-Rafi’I berkata: “Puasa merupakan saranan pemaksaan diri untuk bersikap miskin yang diwajibkan atas umat manusia; guna menyamakan perasaan di perut mereka, baik orang mereka yang memiliki harta sebanyak satu juta dinar sekalipun, atau orang yang memiliki wang hanya satu qirs saja, atau juga orang yang sedikitpun tidak memiliki wang… pemaksaan diri untuk bersikap miskin yang bertujuan untuk memberikan perasaan jiwa kemanusiaan dengan cara konkrit dan utuh bahawa setelah kehidupan ini ada dibelakangnya kehidupan lainnya, bukan sia-sia, dan hal ini akan sempurna pada saat manusia berada dalam satu perasaan, bukan berpecah belah, saling bersimpati dan empati serta mengasihi bukan bertelagah kerana mengikuti dominasi hawa nafsu yang beragam jumlahnya.
Dengan inilah umat manusia diposisikan pada keadaan jiwa yang satu, jiwa yang menyatu dari penjuru timur hingga barat, menampilkan dalam satu jenis insaniyah akan kesatuan suara ruhiyah, mengajarkan akan rahmat dan menyeru kepada-Nya, sehingga dapat menebarkan dari keadaan lapar ini kepada fikrah tertentu iaitu kebersamaan dalam kebenaran”.
Betapa saat ini umat Islam sangat memerlukan akan nilai-nilai yang agung ini, oleh kerana telah dicabik-cabik dari perilaku musuh dan berlimpah ruahnya kebodohan, bergelumangnya tangan-tangan yang penuh dosa yang tidak pernah berhenti –sekalipun kadang mahu juga menyerah walau hanya sesaat- dari menumpahkan darah yang mulia di pelbagai tempat dari tubuh-tubuh umat Islam; baik di Palestin sebagai jantung Arab dan nadi umat Islam, di Yaman tempat yang penuh iman dan hikmat, di Iraq sebagai bumi sejarah dan peradaban, di Sudan yang mulia, di Benua Afrika; Somalia, Afghanistan, Pakistan, Turkistan Timur dan lain-lainnya di pelbagai tempat umat Islam yang sedang menderita.
Kerana itulah, Ikhwanul Muslimin menjadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai harapan dan tanda akan munculnya cita-cita bagi umat Islam dan bagi bangsa Arab untuk saling bersama dan bantu membantu dengan menyatukan visi dari pelbagai permasalahan yang dihadapi, dengan menghentikan darah yang mengalir dan mengubati luka yang menganga, mengislah perpecahan yang telah mencerai beraikan anak-anak bangsa yang berada dalam satu negeri, dan memisahkan antara anak-anak yang berada dalam satu negara dan satu umat.
Dan Ikhwanul Muslimin juga menyeru kepada seluruh pemilik jiwa yang merdeka dan para pembuat keputusan untuk dunia Islam; untuk senantiasa memberi sumbangan semampunya dalam rangka melakukan perbaikan dan islah antara manusia dan umat yang sedang bertikai, mendekatkan lagi orang-orang yang telah terpisah dan berjauhan, bekerja keras untuk menentukan sikap Arab dan Islam yang satu demi mengembalikan umat akan kewibawaannya, kemuliaannya dan kewujudannya dihadapan seluruh umat manusia.
3. Ramadhan; bulan penuh cita-cita dan penghapus keputus asaan
Pada bulan yang penuh berkah ini telah banyak kemenangan-kemenangan besar dalam sejarah umat yang diraih; dimulai dari hari al-furqan, penaklukan kota Mekah, hingga kemenangan pada hari ke sepuluh pada bulan Ramadhan atas Zionis, kebebasan berkehendak umat Islam dari melepaskan rasa takut, putus asa, dan menyerah. Hal ini diketahui oleh kerana adanya kesabaran sebagai hasil dari puasa, dan bahawasanya kesabaran merupakan kunci kejayaan, dan seiring dengan kesulitan ada dua kemudahan Allah SWT menurunkan atas Nabi-Nya di kota Mekah:
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. (Al-Qomar:45)
maka Umar bin Khattab bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasul apa yang dimaksud dengan golongan itu? hal itu sebelum Badr, Nabi saw bersabda: maka ketika terjadi pada hari Badr dan Quraisy mampu dikalahkan, saya melihat ke Rasulullah saw pada bekas-bekas mereka terhunus dengan pedang, maka dia berkata: “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”., dan pada saat itu adalah terjadi perang Badar.
Sekumpulan orang-orang Quraisy tidak pernah menduga jika kelompok mereka akan mundur kebelakang, dan Mekah Al-Mukarramah akan di taklukkan oleh para Muhajirin dan Anshar, dan bahawasanya kalimat (agama) Allah akan naik menjadi tinggi dan mulia setelah Nabi saw bersembunyi di Gua, namun orang-orang beriman yang setia terus menunggu akan realisasi dan perwujudan janji-janji Allah berupa kemenangan; meyakini akan realisasi semua itu setelah Nabi saw berkata:
“Sungguh agama ini akan sampai sebagai sampainya malam dan siang, sehingga masuk ke Baitul Madar, sehingga Allah memuliakan Islam dengannya dan menghinakan kekufuran”. (Thabrani)
Sebagaimana kebanyakan dari kaum Salibis tidak menyangka bahawa mereka akan keluar dari Syam, kemudian keluar dari Baitul Maqdis, setelah mereka menguasainya dalam kurun waktu yang panjang dan lama, namun Salahudin dan orang-orang yang berada dibelakangnya dari para perajurit iman sangat percaya akan cita-cita yang kuat untuk dapat membersihkan Baitul Maqdis dan pusat kota Syam dari pelbagai bekas permusuhan, dan hal tersebut mampu terwujud pada bulan Ramadhan.
Sementara itu, bulan Ramadhan dan puasa beroperasi sesuai dengan fungsinya pada umat yang sedang berlumuran dosa, dan masih saja (madrasah 30 hari ini) mengeluarkan orang-orang yang merdeka yang tidak peduli dengan apa yang dihadapi dalam rangka menyebarkan agama mereka dan mengembalikan kemuliaan negerinya, berusaha menghentikan kejahatan dengan tangan mereka dan lisan mereka, sekalipun mereka harus menghadapi kezaliman dari kerabat dekat mereka dan anak bangsa mereka sendiri dan dari pemimpin diktator dan sebahagian para penulis yang setia kepada mereka.
Dan kezaliman dari kerabat dekat lebih keras gigitannya
Terhadap jiwa daripada yang dilakukan oleh orang lain
Dan masih saja madrasah Ramadhan ini mampu mengeluarkan para pahlawan yang berani melawan dan menggetarkan musuh; seperti batalion al-qassam, brigade al-quds, batalion al-aqsha, dan yang lainnya dari para mujahidin yang tidak pernah putus akan cita-cita dan angan-angan umat yang berada bersama mereka walau hanya satu hari dalam mewujudkan kemenangan dan kejayaan, dan bahawasanya mereka adalah merupakan janji baru seiring dengan adanya daurah (pelatihan) baru pada madrasah shaum ini; bagi meningkatkan jiwa dan ruh sehingga dapat memancar sinar dan lebih ceria; memperkukuh kehendak dan azam pada jiwa yang penuh dengan perasaan tsiqah dan cita-cita akan kemenangan yang mulia.
“Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: “Bila itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”. (Al-Isra:52)
ًMadrasah 30 hari Ramadhan masih membentangkan para pecintanya dan pendaftarnya akan pelajaran yang bermanfaat, dan bagi kita ada yang akan kembali sebahagiannya insya Allah.
Pesanan untuk para penduduk Gaza yang tegar
Saya sampaikan ucapan selamat kepada kalian semua, dan saya sampaikan selamat kepada bangsa kami Palestin di dalam dan di luar negaranya dengan bulan yang mulia ini, dan saya berharap Allah senantiasa memberikan untuk kalian dan kepada seluruh umat yang dizalimi akan adanya kebaikan, kemudahan dan jalan keluar, menyatukan kalimat dan kekuatan kalian di negara yang bebas dan merdeka dan yang beribukota Al-Quds As-Syarif.
Betapa banyak kita telah mengalami penistaan dan penyiksaan atas seluruh orang yang merdeka dan memiliki kecemburuan dari pelbagai peristiwa yang terjadi dan mengenaskan di Rafah, dan kita berharap seandainya senjata dibuat untuk menghilangkan fitnah yang diarahkan kepada pasukan zionis, seandainya darah umat Islam yang mengalir menjadi sebahagian dari pengorbanan akan kemenangan atas penjajahan serta jaminan untuk menyatakan negara yang merdeka pada seluruh tanah dan negeri Palestin, namun syaitan dari manusia dan jin tetap mengabaikan ini kecuali terus menebarkan fitnahnya dan membangunkan tidur mereka, sementara itu, Allah dan orang-orang yang beriman juga enggan menoleh kecuali dengan berusaha memutus serangan dan permusuhan mereka dan menghancurkan di tempatnya semula.
Dan saya ingin menyampaikan kepada anak-anak bangsa yang mujahid dan tegar untuk tidak menerima percampuran kertas-kertas dan kerancuan hakikat sebenarnya atas mereka, berusaha memerdekakan jiwa mereka, dan tidak menjadikan itu semua kecuali kerana Allah dan Rasul-Nya sebagai pemimpin, membebaskan misi-misi mereka, dan hal itu tidak akan terjadi kecuali dalam rangka berkhidmah pada qadhiyah pembebasan negeri mereka, menghadapi kan musuh yang tidak hanya terbatas pada zionis saja namun juga pada orang-orang yang bersekutu dengan mereka dan berperang bersama mereka, teliti dan bersungguh ketika berada di medan jihad yang sebenarnya, yang tidak terbatas pada bumi yang dirampas begitu saja dan menyeluruh pada seluruh daerah dan negeri hingga pada logik syariat, akal dan dialog, sehingga musuh tidak akan pernah dapat bersuara lagi, tidak menghinakan pecinta mereka dan teman-teman mereka.
Sepanjang tahun semoga umat Islam berada dalam ribuan kebaikan.
Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah.
Selawat dan salam atas Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga dana para sahabat semua.
Risalah dari Dr. Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul
8 Ramadhan 1430H