Rasulullah saw bersabda:
“Penghulu segala bulan adalah bulan Ramadhan dan penghulu segala hari adalah hari Jum’at” (Thabrani dan Baihaqi)
Ramadhan disebut juga dengan sayyidus syuhur atau penghulu segala bulan. Tentu saja, bukan tanpa alasan jika Ramadhan diberi kehormatan lebih mulia dari bulan-bulan lain. Secara sederhana, mungkin ramai dari kalangan kita tertanya-tanya, apakah keistimewaan bulan Ramadhan sehingga di angkat sebagai penghulu segala bulan.
Jika kita telusuri keistimewaan bulan Ramadhan, maka akan kita akui bahawa memang tepat sabda Rasulullah saw diatas yang mengatakan “Penghulu bulan-bulan adalah bulan Ramadhan”. Jika dilihat dari pelbagai sudut, bulan Ramadhan memberikan daya tarikan tersendiri berbanding bulan-bulan lainnya.
Suasana di bulan Ramadhan begitu indah, Allah SWT melalui lisan Rasul-Nya mengungkapkan bahawa di bulan Ramadhan, syaitan-syaitan di belenggu, pintu neraka ditutup dan pintu-pintu syurga di buka. Penjagaan Allah ini sungguh terasa dampaknya, sehingga selama Ramadhan, kita cenderung suka dan semangat untuk beramal soleh.
Jika di bulan-bulan biasa kita selalu saja ketemu alasan-alasan yang “cerdas” untuk meninggalkan amal soleh. Maka di bulan ini kita serasa terus haus untuk melakukan amal-amal tersebut. Kita sangat yakin bahawa ini adalah bulan untuk melipatgandakan catatan amal ibadah.
Jika kemudian selama bulan ini masih ditemukan kemaksiatan, kemungkaran atau kejahatan, itu adalah kerana hawa nafsu kita sendiri. Dalam hidup selain kita berhadapan dengan godaaan syaitan, kita juga berhadapan dengan godaan hawa nafsu ini. Kedua-duanya sama saja, mengajak kita masuk ke lubang kehinaan dan maksiat. Na’udzubillahi min dzalik.
Dari sisi rezeki duniawi selama bulan Ramadhan ini, pintu-pintu keberkahan Allah dibuka seluasnya, kerananya ada yang menyebut Ramadhan sebagai syahrul mubarak, bulan yang penuh keberkahan. Rezeki dimudahkan, urusan-urusan dilancarkan, kegembiraan-kegembiraan senantiasa diiringankan. Itu semua benar-benar terasa bagi kita. Rata-rata seiring kewajiban ibadah puasa, perbelanjaan isi rumah juga meningkat belanjanya. Di bulan puasa yang harusnya berdampak penghematan, keperluan belanja justru meningkat. Tapi semua itu dapat terpenuhi dengan baik.
Peluang perniaaan di bulan ini sangat tinggi, kewujudan usahawan ramadhan seperti cendawan, , permintaan kepada barang asas meningkat, permintaan buku-buku agama tinggi, semuanya seolah sepakat bahawa bulan Ramadhan ini adalah bulan keuntungan. Namun jangan sampai tidak beroleh keuntungan yang sebenar, pahala yang berlipat kali ganda di sisi Allah swt.
Berlaku juga di Ramadhan perkara atau peristiwa yang tidak indah, antaranya kita temui ada muslim yang masih melakukan maksiat, tidak berpuasa, tidak menutup aurat, tidak menunaikan solat, tidak berinfakdan bersedekah, mengunjungi tempat yang tidak soleh dan pelbagai lagi angkara. Itu bukan kerana tidak ada keberkahan bulan tersebut, namun lebih sebagai bentuk kedurhakaan manusia-manusianya yang sudah melampaui batas. Bukan kerana Ramadhannya, namun lebih sebagai dosa-dosa tangan-tangan manusia yang mengotori suasana khusyu’ Ramadhan.
Dari sisi ibadah juga tidak ketinggalan, bahkan merupakan target yang diinginkan, Allah mewajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa selama sebulan penuh. Ini adalah aktiviti ibadah fizik dan ruhiyah yang tidak ringan, mungkin saja, sebagai pengimbang dari beban ibadah yang tidak ringan itu, Allah tebarkan keberkahan-keberkahan di seluruh penjuru bulan ini. Dan itulah yang kita syukuri dan senantiasa kita rindukan. Andai seluruh bulan seperti Ramadhan, cukup bagi kita untuk membangun kehidupan bermasyarakat yang tegak di atas harmoni. Namun Allah berbuat seperti apa yang Dia Kehendaki.
Setidaknya ini adalah saat berharga bagi kita untuk meraih kemajuan-kemajuan yang bererti di segala bidang. Dalam lapangan ilmu, akhlak mulia, kedewasaan diri, usaha ekonomi, prestasi belajar, kepekaan jiwa bahkan kebeningan hati kita. Ini adalah saat yang tepat untuk meraih kebaikan.
Dengan bulan ini, Allah hendak menjamu kita dengan jamuan istimewa. Jamuan itu adalah serangkaian ibadah-ibadah yang efektif untuk meningkakan kualiti diri kita di hadapan-Nya. Dan tentu saja, semuanya dikembalikan pada diri tiap-tiap orang. Allah tidak hendak memaksa, sebab ibadah-ibadah itu maslahat atau mudharatnya akan kembali pada diri kita sendiri.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambanya.” (Fushilat:46).
Ramadhan ini adalah saat yang sangat berharga. Maka janganlah disia-siakan. Tidak mustahil, kalau kita tidak lagi akan berjumpa pada bulan yang penuh rahmat dan berkah ini, pada tahun mendatang.
Dan pada saat yang baik ini banyak-banyaklah melakukan renungan untuk mengetahui sejauhmana kita telah melangkah dalam hidup ini. Setidaknya ini adalah masa yang tepat untuk bertanya pada diri sendiri, “Dari mana kita berawal dan akan kemana kita melangkah?” Mudah-mudahan dengan muhasabah diri itu, kita temukan sesuatu yang berharga dari bulan ini, iaitu hikmah ketakwaan.
“Penghulu segala bulan adalah bulan Ramadhan dan penghulu segala hari adalah hari Jum’at” (Thabrani dan Baihaqi)
Ramadhan disebut juga dengan sayyidus syuhur atau penghulu segala bulan. Tentu saja, bukan tanpa alasan jika Ramadhan diberi kehormatan lebih mulia dari bulan-bulan lain. Secara sederhana, mungkin ramai dari kalangan kita tertanya-tanya, apakah keistimewaan bulan Ramadhan sehingga di angkat sebagai penghulu segala bulan.
Jika kita telusuri keistimewaan bulan Ramadhan, maka akan kita akui bahawa memang tepat sabda Rasulullah saw diatas yang mengatakan “Penghulu bulan-bulan adalah bulan Ramadhan”. Jika dilihat dari pelbagai sudut, bulan Ramadhan memberikan daya tarikan tersendiri berbanding bulan-bulan lainnya.
Suasana di bulan Ramadhan begitu indah, Allah SWT melalui lisan Rasul-Nya mengungkapkan bahawa di bulan Ramadhan, syaitan-syaitan di belenggu, pintu neraka ditutup dan pintu-pintu syurga di buka. Penjagaan Allah ini sungguh terasa dampaknya, sehingga selama Ramadhan, kita cenderung suka dan semangat untuk beramal soleh.
Jika di bulan-bulan biasa kita selalu saja ketemu alasan-alasan yang “cerdas” untuk meninggalkan amal soleh. Maka di bulan ini kita serasa terus haus untuk melakukan amal-amal tersebut. Kita sangat yakin bahawa ini adalah bulan untuk melipatgandakan catatan amal ibadah.
Jika kemudian selama bulan ini masih ditemukan kemaksiatan, kemungkaran atau kejahatan, itu adalah kerana hawa nafsu kita sendiri. Dalam hidup selain kita berhadapan dengan godaaan syaitan, kita juga berhadapan dengan godaan hawa nafsu ini. Kedua-duanya sama saja, mengajak kita masuk ke lubang kehinaan dan maksiat. Na’udzubillahi min dzalik.
Dari sisi rezeki duniawi selama bulan Ramadhan ini, pintu-pintu keberkahan Allah dibuka seluasnya, kerananya ada yang menyebut Ramadhan sebagai syahrul mubarak, bulan yang penuh keberkahan. Rezeki dimudahkan, urusan-urusan dilancarkan, kegembiraan-kegembiraan senantiasa diiringankan. Itu semua benar-benar terasa bagi kita. Rata-rata seiring kewajiban ibadah puasa, perbelanjaan isi rumah juga meningkat belanjanya. Di bulan puasa yang harusnya berdampak penghematan, keperluan belanja justru meningkat. Tapi semua itu dapat terpenuhi dengan baik.
Peluang perniaaan di bulan ini sangat tinggi, kewujudan usahawan ramadhan seperti cendawan, , permintaan kepada barang asas meningkat, permintaan buku-buku agama tinggi, semuanya seolah sepakat bahawa bulan Ramadhan ini adalah bulan keuntungan. Namun jangan sampai tidak beroleh keuntungan yang sebenar, pahala yang berlipat kali ganda di sisi Allah swt.
Berlaku juga di Ramadhan perkara atau peristiwa yang tidak indah, antaranya kita temui ada muslim yang masih melakukan maksiat, tidak berpuasa, tidak menutup aurat, tidak menunaikan solat, tidak berinfakdan bersedekah, mengunjungi tempat yang tidak soleh dan pelbagai lagi angkara. Itu bukan kerana tidak ada keberkahan bulan tersebut, namun lebih sebagai bentuk kedurhakaan manusia-manusianya yang sudah melampaui batas. Bukan kerana Ramadhannya, namun lebih sebagai dosa-dosa tangan-tangan manusia yang mengotori suasana khusyu’ Ramadhan.
Dari sisi ibadah juga tidak ketinggalan, bahkan merupakan target yang diinginkan, Allah mewajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa selama sebulan penuh. Ini adalah aktiviti ibadah fizik dan ruhiyah yang tidak ringan, mungkin saja, sebagai pengimbang dari beban ibadah yang tidak ringan itu, Allah tebarkan keberkahan-keberkahan di seluruh penjuru bulan ini. Dan itulah yang kita syukuri dan senantiasa kita rindukan. Andai seluruh bulan seperti Ramadhan, cukup bagi kita untuk membangun kehidupan bermasyarakat yang tegak di atas harmoni. Namun Allah berbuat seperti apa yang Dia Kehendaki.
Setidaknya ini adalah saat berharga bagi kita untuk meraih kemajuan-kemajuan yang bererti di segala bidang. Dalam lapangan ilmu, akhlak mulia, kedewasaan diri, usaha ekonomi, prestasi belajar, kepekaan jiwa bahkan kebeningan hati kita. Ini adalah saat yang tepat untuk meraih kebaikan.
Dengan bulan ini, Allah hendak menjamu kita dengan jamuan istimewa. Jamuan itu adalah serangkaian ibadah-ibadah yang efektif untuk meningkakan kualiti diri kita di hadapan-Nya. Dan tentu saja, semuanya dikembalikan pada diri tiap-tiap orang. Allah tidak hendak memaksa, sebab ibadah-ibadah itu maslahat atau mudharatnya akan kembali pada diri kita sendiri.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambanya.” (Fushilat:46).
Ramadhan ini adalah saat yang sangat berharga. Maka janganlah disia-siakan. Tidak mustahil, kalau kita tidak lagi akan berjumpa pada bulan yang penuh rahmat dan berkah ini, pada tahun mendatang.
Dan pada saat yang baik ini banyak-banyaklah melakukan renungan untuk mengetahui sejauhmana kita telah melangkah dalam hidup ini. Setidaknya ini adalah masa yang tepat untuk bertanya pada diri sendiri, “Dari mana kita berawal dan akan kemana kita melangkah?” Mudah-mudahan dengan muhasabah diri itu, kita temukan sesuatu yang berharga dari bulan ini, iaitu hikmah ketakwaan.