Video

Rabbaniyah, Bekal dan Arah Jalan Kami

Sunday, November 30, 2008 0 comments


Rabbaniyah, Bekal dan Arah Jalan Kami

Risalah Dr. Muhammad Mahdi Akfi, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun,
November 2008

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam; pemilik segala sesuatu dan pemberi petunjuk kepadanya, dan salawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu para du’at, Imam para nabi dan Rasul; nabi Muhammad bin Abdullah .. Selanjutnya ..


Pada saat Islam menghadapi tentangan di pelbagai bidang dan di semua tahap, dan dunia berada pada keadaan yang mencemaskan sehingga memberikan kesan - tanpa ada keraguan di dalamnya– terhadap perjalanan dakwah dan para du’at. Muncul pertanyaan yang rasional: Apakah ada penyelesaian dan tempat kembali untuk mempertahankan dan menjaga tsawabit (prinsip-prinsip) kita tanpa menyebabkan kesan negatif terhadap dakwah dan para duat?
Pada hakikatnya, ketika suatu bencana terjadi di pelbagai tempat, maka akan muncul kekuatan dari cahaya Islam yang menyeru dan mengingatkan umat bahawa:


“Tidak ada tempat untuk lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja”. (At-Taubah:118),


dan tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti petunjuk-Nya,


“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (Thaha:123).


Oleh kerana itu, melalui peristiwa dan tentangan-tentangan yang dihadapi ini kami merupakan kesempatan yang besar untuk menghiasi diri dengan hiasan rabbaniyah; melalui pelbagai nilai, saranan dan ragamnya…Etika, perilaku dan bahkan realiti yang dirasakan langsung.


Imam Syahid Hassan al-Banna -semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya- menjelaskan akan hakikat dakwah Al-Ikhwah al-Muslimun, kemuliaan misi, tujuan dan saranan-saranannya; bahawa misinya adalah dakwah rabbaniyah, dan hal ini merupakan bahagian yang ingin kami tegaskan dan kami teguhkan dalam jiwa; sehingga dunia dan perhiasannya tidak mampu mengaburkan –baik dengan tipu daya dan rayuan-rayuannya- akan hakikat kami dan tabiat risalah kami:


“Ciri khusus dari karakter dakwah kami adalah rabbaniyah alamiyah: adapun yang dimaksud dengan rabbaniyah adalah kerana dasar utama yang menjadi tujuan utama adalah untuk memberikan kefahaman kepada manusia akan hakikat Tuhan mereka, dan untuk menyandarkan kekuatan hubungan ruhaniyah yang mulia sehingga dapat mensucikan jiwa mereka dari kejumudan kebendaan yang memperdayakan dan penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya menuju kebersihan dan keindahan jiwa insani. Dan kami, jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun menyeru dari lubuk hati kami yang paling dalam akan syiar kami : “Allah adalah tujuan kami”.


Jadi tujuan pertama dakwah kami adalah mengingatkan umat untuk sedar akan hubungannya yang erat kepada Allah dari hal-hal yang telah dapat melupakan Allah oleh mereka sehingga Allah melupakan mereka.
Allah berfirman :


“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang betaqwa”. (Al-Baqarah: 21).
Dan ini, pada hakikatnya kunci pertama untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang tertutup oleh adanya kejumudan dan kebendaan di hadapan manusia, sehingga mereka tidak mampu memberikan jalan dan cara penyelesaiannya. Dan tanpa kunci ini adalah maka tidak akan terjadi perbaikan” (risalah dakwatuna fi thaorin jadid).


Dari sini, kalian wahai al-ikhwan al-muslimun - sebagai pemimpin umat dan pemegang bendera dakwah – hendaknya menghiasi diri dengan sifat rabbaniyah dan berakhlak dengannya, dan melaksanakannya dalam jiwa kalian; sehingga terwujud sosok hamba rabbani, yang memahami akan perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, memahami syariat Allah dan wahyu-Nya, hingga mampu menguasai dalam jiwa dan mengajak umat menuju kepadanya; baik untuk dunia mahupun akhirat. Demikianlah kewajiban anggota Al-Ikhwan, sebagaimana Allah berfirman:


“Namun jadikanlah kalian orang-orang rabbani”. (Ali Imran:79)


Jika kita ingin mendapatkan nilai rabbani sebagaimana yang kita inginkan, maka
hendaknya yang pertama kita lakukan adalah merealisasikannya dalam:


- Diri kita terlebih dahulu, dengan merasakan akan firman Allah:


“Katakanlah, sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am: 162)


Dan firman Allah:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat ihsan (kebaikan)” (An-Nahl:128)


-Kemudian dalam rumah tangga kita:

“Dan jadikanlah rumah-rumah kalian kiblat dan dirikanlah solat, dan berikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang beriman”. (Yunus:87)


Lalu di tengah masyarakat kita dengan mempraktikkan akhlak mulia sehingga dapat membangkitkan umat menuju kebaikan yang telah digariskan oleh Allah SWT:


“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)


Makna rabbaniyah adalah meng-intisabkan diri kepada Tuhan, dan intisab ini tidak akan terwujud kecuali dengan menjadikan Allah, Tuhan semesta alam berada dan hadir dalam pelbagai keadaan; Dan Rabbaniyah itu sendiri tidak akan dapat hadir kecuali dengan hal-hal berikut; dengan beribadah kepada Allah melalui kefahaman yang menyeluruh terhadap ibadah tersebut; iaitu menjadikan hidup dan mati, gerak dan diam hanya untuk Allah SWT; tidak berbicara kecuali dengan apa yang diredhai Allah, tidak bekerja dan berbuat kecuali kerana Allah, dan tidak mengarahkan niat kita dalam ucapan dan perbuatan kecuali kerana Allah.


Yang Pertama adalah rabbaniyah

Wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun

Hendaknya kalian menjadikan rabbaniyah sebagai puncak amal dan keutamaan kalian, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya dalam pelbagai kekuatan dan usaha yang telah diberikan kepada kalian, merealisasikan sifat-sifat wali Allah dengan perilaku dan akhlak-akhlak mereka;


“Kerana Allah sebaik-baik pelindung dan Dialah Dzat yang Maha Rahim dari yang rahim”. (Yusuf:64)

Dan tidak menjadikan syaitan atas kalian sebagai jalan :


“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak akan mampu kalian (syaitan) kuasai dan tipu”. (Al-Isra:65).


Dan inilah yang kami inginkan dan kami usahakan untuk menuju kepadanya, dan ini sebagai kewajiban atas setiap individu yang menjadi jati diri dalam kehidupannya dan dalam lingkup tanggungjawabnya secara individu untuk bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh mewujudkan kewajiban rabbaniyah dan ubudiyah.


Kewajiban-kewajiban

wahai Al-ikhwan Al-muslimun

Hendaknya kalian menyuburkan iman dalam jiwa kalian.. Kerana iman merupakan pengarah terhadap pelbagai keinginan pada setiap orang dalam hidupnya; di dunia dan di akhirat. Dan merupakan cara untuk melakukan pembaharuan diri dan mengukuhkanya dalam jiwa memiliki banyak model dan ragamnya. Dan yang paling utama adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah; melalui penegakkan kewajiban-kewajiban, memperbanyak ketaatan dan amal soleh; dan bertindak dengan penuh kejujuran; seperti yang diungkapkan dalam atsar:


“Jika hamba-Ku menghadap kepada-Ku dengan hatinya dan jiwanya maka Aku akan menerima hati-hati hamba-Ku dengan penuh kasih sayang dan rahmat”.


Dan jadikanlah Allah sebagai tujuan akhir dan misi tertinggi hidup kalian, dan jadikanlah Allah selalu hadir dalam hati kalian dan dihadapan kalian dan bahkan dalam pelbagai aktiviti dan perbuatan kalian, ikhlaskan niat dan amal kalian kerana-Nya, dan fahamilah akan hakikat yang Allah ciptakan untuk-Nya:


“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56);


Dan wujudkanlah dalam jiwa-jiwa kalian makna syiar kami “Allah adalah tujuan kami”, dan berusahalah untuk mewujudkannya dalam dunia nyata.


Hendaknya kalian selalu berada pada posisi yang paling tinggi, dan menjadikan tujuan kalian dalam hidup ini adalah untuk menggapai redha Allah, menjadikan semua pekerjaan kalian untuk mendapatkan kemenangan syurga Firdaus yang paling tinggi, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan misi yang mulia dan meraih keredhaan Allah, dan gunakanlah waktu dari setiap minit, setiap saat, dan setiap degupan jantung dengan baik, dengan menjadikannya sebagai tambahan dalam peningkatan iman,


“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (kerana) mencari kurnia dari Allah dan keredhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hashr:8)


Realisasikanlah ukhuwah di antara kalian dan terapkanlah dengan teguh, dimulai dari berlapang dada hingga itsar :


“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hashr:9)


Yang Kami inginkan adalah ukhuwah yang nyata yang dapat membantu untuk melakukan ketaatan dan perdekatan diri kepada Allah, memperkaya kerja dan mendorong untuk maju.
Bahawa rabbaniyah adalah unjuran kehidupan yang penuh dengan keimanan, kerana itu peliharalah diri untuk selalu menunaikan solat berjamaah dan pada saf pertama, khususnya solat fajar, Baca Qur’an dan menyemaklah serta tadabburkan lalu tunaikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Dan ketahuilah bahawa untuk berjalan menuju Allah adalah qiyamulail yang merupakan inti dari kemuliaan seorang mukmin dan bekalan yang hakiki dalam memikul amanah dakwah dan menghadapi ujian-ujiannya yang berat dan juga merupakan prasyarat dakwah menuju kejayaan, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa pada waktu sahur dan manfaatkan waktu-waktu yang terbaik tersebut untuk berserah diri kepada Allah. Dan ketahuilah bahawa qiyamulail juga merupakan sebaik-sebaik pembantu beban dakwah yang ada dihadapan kita semua


“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Al-Muzzammil:6)


Dan sibukkanlah hidup kalian dengan berzikir, tafakkur, puasa, ibadah nawafil (tambahan sunnah) dan silaturrahim, dan jadikanlah diri kalian orang yang terbaik di tengah keluarga dan kerabat serta masyarakat, taatlah kepada Allah saat bersama mereka dan persembahkanlah dari jiwa kalian qudwah hasanah untuk dakwah dan agama kalian, dan jadilah peribadi yang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat.


Wahai Al-Ikhwan Al-Muslimun dan wahai seluruh umat Manusia


Bahawa rabbaniyah merupakan saranan perbaikan bagi diri dan masyarakat, kerana itu orang-orang yang rabbani selalu memelihara kitab Allah, merekalah yang bertanggungjawab dihadapan Allah akan tugasnya dalam memelihara syari’ah, menyampaikan dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah

“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah:44).


Seorang Rabbani akan merasakan bahawa Allah akan bertanya kepadanya tentang syariah secara keseluruhan, dan tentang amanah umat secara bersamaan; kerana dirinya diminta untuk memelihara wahyu Allah, dan memelihara wahyu tidak hanya sekadar menghafalnya di dalam otak dan hati, namun memeliharanya secara konkrit sehingga dengan membawanya sebagai risalah, menghafalnya dan mengamalkannya sebagai amanah dan kerja yang harus dipertanggungjawabkan. Dan dari sinilah kita harus mengisi jiwa ini dengan jiwa rabbaniyah, sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan memenangkan agama dan mengembalikan umat pada kemuliaannya dan pada jati dirinya yang mulia.


Kita juga harus berhati-hati terhadap adanya kesalahan persepsi dan fikiran yang merosak yang selalu menyusup ke dalam hati kita dan pada sebahagian manusia; bahawa terlalu banyak kesibukan dan beban dakwah akan berakibat konflik dan bertentangan dengan Rabbaniyah dan ruhiyah dan mempengaruhi kesan negatif. Namun sebaliknya kita akan meraih kebaikan secara sempurna; bahawa pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat membersihkan ruh dan meninggikan sisi keimanan dan membantu perbaikan ibadah kepada Allah dan memberikan prestasi dari apa yang diamanahkan kepada kita serta mampu menentukan tujuan dari pelbagai rencana dan program.


Kita harus menyedari bahawa tidak akan terwujud atau kita tidak akan dapat meraih prestasi atau melakukan pekerjaan yang baik tanpa adanya keikhlasan kerana Allah dan menjadikan kerja seluruhnya untuk Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.


Kerana itu, langkah utama dalam menyelamatkan dunia dari kemusnahan tergantung pada kembalinya kita menuju nilai-nilai rabbani secara sungguh-sungguh dan konkrit, bekerja dengan giat untuk membela Islam dan menaikkan darjatnya. Dan dari sinilah kewajiban setiap jiwa yang memiliki kecemburuan dan keikhlasan untuk Islam dan untuk kembali kepada Allah di wujudkan.


“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (Adz-dzariyat:50)

Dan jadikanlah syiar kami selalu berkumandang dalam hidup ini:


“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha (kepadaku)”. (Thaha:84)


Dan tidak ada seorangpun yang mampu mendahulu kami untuk menuju Allah.


Allahu Akbar, walillahil hamdu.
Dan solawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW , keluarga dan sahabatnya, dan pujian hanya milik Allah , Tuhan semesta alam.

Penterjemah:
Abu Ahmad

Kenali Dr Mustafa As-Siba'ie (Siri 2)

Thursday, November 27, 2008 0 comments

Tahun 1933 Mushthofa As Sibaai' melanjutkan pendidikannya di Al Azhar. Sampai di Mesirpun jiwa kepahlawanannya tidak menyusut, bahkan bersama sahabat-sahabat Mesirnya beliau ikut serta berunjuk rasa menentang penjajahan Inggeris, demikian halnya ketika sahabat-sahabat Iraqnya mengadakan tunjuk perasaan menentang penjajahan Inggeris beliau tidak ketinggalan, sehingga beliau ditangkap oleh pemerintah Inggeris saat itu. Tiga bulan beliau meringkuk dalam sel penjara Mesir, Syeikh Azhar ketika itu, Musthofa Al Maraghi ikut campur tangan dalam berusaha mengeluarkan As Sibaai' dari penjara, tapi kemudian beliau dipindahkan ke penjara Palestin selama empat bulan lamanya, setelah itu beliau dibebaskan dengan jaminan.


Musthofa As Sibaai' selanjutnya tidak diizinkan kembali ke Mesir, padahal beliau sedang mempersiapkan pengajian doctor falsafahnya. Pemerintah penjajahan Inggeris melarang As Sibaai masuk Mesir kerana beliau dianggap sebagai pemicu gerakan anti Inggeris, bahkan dianggap sebagai biang keladi revolusi bangsa Mesir terhadap Inggeris. Hal tersebut terjadi tahun 1940.


Tahun 1949, As Sibaai' baru dapat menyelesaikan pengajian kedoktorannya yang cukup dikenali dikalangan ulama saat ini "As Sunnah Wamakanatuha Fi At Tasyri'" (Kedudukan Sunnah dalam Syariah* ) .Dalam tesisnya tersebut As Sibaai' menyanggah habis pandangan kaum Orientalis tentang kedudukan As Sunnah dalam Syariat Islam. Disamping beliaupun menulis buku khusus tentang orientalis dengan judul "Alistisyraq Wal Mustasyriqun" Orientalisme dan kaum Orientalis.


Dalam masa pendidikannya di Al Azhar itulah beliau berhubungan dengan Imam Hasan Al Banna pengasas gerakan Ikhwanul Muslimun. Bahkan hubungan beliau berlanjutan sampai setelah kepulangan beliau ke Suriah. Tahun 1942 berdirilah Ikhwanul Muslimun Suriah dibawah pimpinan beliau. Sehubungan dengan pendirian Ikhwanul Muslimun Suriah, Hasan Al Banna mengirim utusan khususnya Dr Said Rhamadhan (menantu Hassan Al Banna) . Di tahun pertama setelah berdirinya Ikhwanul Muslimun tercatat 100 ribu orang lebih anggota.


Sebelum dibentuknya Ikhwanul Muslimun Suriah, amal da'wah di Suriah digerakkan oleh lembaga-lembaga da'wah yeng kemudian bersatu setelah dibentuknya Ikhwanul Muslimun. Diantara lembaga tersebut adalah; "Jamiyyah Subbanul Muslimin" Damaskus pimpinan Dr Muhammad Mubarak, "Darul Arqom", dan "Jamiyyah Al Ikhwan Muslimun" yang diterajui oleh Assyaikh Mahmud Utsman atas usulan Imam Hasan Al Banna.


Jiwa patriotik dan semangat jihad Dr Musthofa As Sibaai' menggerakkan beliau untuk membawa pasukan Ikhwanul Muslimun dalam Jihad Palestin 1948 melawan Zionisme Yahudi bersama pasukan Ikhwan Iraq yang dipimpin oleh Muhammad Mahmud Showwaf dan Ikhwan Mesir yang dipimpin oleh Abdurahman Al Banna, serta Ikhwan Jordan .


Tapi perjuangan Ikhwan yang dilandasi oleh aqidah dan tanggung jawab atas "Ardul mubarak" di khianati oleh para pemimpin Arab saat itu, bahkan para mujahid Ikhwan Mesir langsung disumbat ke penjara sesampainya mereka ke tanah air, yang mereka sisakan diluar tahanan hanya Imam Hasan Al Banna, dan dalam keadaan seperti itulah para musuh Islam menghabisi Asy Syahid Al Imam, dengan harapan besar bahwa dengan ditamatkan riwayat Al Imam Syahid punah pulalah gerakan da'wah Ikhwanul Muslimun. "Wamakaru wamakarollah" Mereka berbuat makar dan Allah membalas makar mereka.

Kenali Dr Mustafa As-Siba'ie (Siri 1)

Monday, November 24, 2008 0 comments

Dr Mustafa As-Siba'ie dilahirkan di Hims, Suriah, Syria pada tahun 1915 dari keluarga ulama. Ayah dan datuk beliau adalah khatib masjid raya Hims, jabatan khatib tesebut telah turun temurun semenjak ratusan tahun lamanya. Ayah beliau Husni As Sibai terkenal sebagai seorang mujahid yang gigih menentang penjajahan, beliau berjuang dengan harta dan jiwanya dalam menghadapi penjajahan Perancis.


Sebagaimana halnya beliaupun adalah merupakan pengasas lembaga-lembaga kebajikan Islam dan sosial sehingga hal tersebut cukup mempengaruhi pertumbuhan dan pendidikan putera beliau Musthofa As Sibaai'. Kehidupan yang sulit dan keras dalam suasana penjajahan juga mempengaruhi petumbuhan beliau, terutama memupuk sikap patriotik dan penentangan terhadap penjajah dan kuncu-kuncunya.



Semenjak muda Musthofa As Sibaai' selalu menghadiri majlis ilmu ayahnya, dan hal tersebut memupuk keulamaan dan kefaqihan beliau dalam menyelesaikan masalah-masalah fiqhiyyah, khususnya fiqih komparatif. Sehingga dalam waktu yang tidak lama beliau terhitung sebagai ulama serta faqih, dan hal itulah yang mendorong beliau untuk terjun langsung dalam medan jihad dan "islah" reformasi serta membanteras bid'ah.



Dr Musthofa As Sibaai' melangsungkan perkahwinan di Dimasq, ketika beliau meminang calon isterinya pihak peminang memaklumkan kepada pihak keluarga wanita bahawa; Mushtofa As Sibaai adalah seorang aktivis da'wah, dan kebanyakan waktunya akan terpenuhi untuk kepantingan da'wah. Hal tersebut diungkapkan agar pihak keluarga wanita memakluminya sebelum pinangan diterima, dan akhirnya keluarga wanita menerima hal tersebut.



Kehidupan As-Siba'ie

Masa kanak-kanak dan pertumbuhan beliau dibawah asuhan orang tuanya yang dikenal sebagai ulama Hims, beliau senantiasa menghadiri majlis ilmu ayahnya, bahkan ayahnya selalu mendorong beliau agar mempelajari ilmu Syariah.



Di zaman muda Sibaai' tak sama dengan pemuda-pemuda lainnya, diusia mudanya dia aktif dengan kegiatan-kegiatan menentang penjajahan. Diusianya yang ke enambelas (Tahun 1931) pertama kalinya, beliau ditangkap oleh penjajah Perancis kerana mengkoordinasikan kawan-kawannya dalam menyebarkan risalah yang mengkritik tindakan penjajahan Perancis.



Musthofa As Sibaai' tidak lemah dengan pengalaman pertamanya dimasukan ke dalam penjara, beliau ditangkap untuk kedua kalinya oleh pihak Perancis kerana khutbah jumaat beliau di masjid raya Hims dianggap menggugah ruh jihad dan perjuangan warga Hims melawan penjajah Perancis.Dalam sejarah penentangannya menentang penjajahan Perancis, perjuangan beliau tidak hanya dengan "kalam" sahaja tapi beliau juga memimpin rakan-rakannya mengadakan penentangan bersenjata menentang Perancis, seperti terjadi pada tahun 1945.

Al Banna Menjelaskan Al Ikhwan dan Kegiatan Amalnya

Thursday, November 20, 2008 0 comments


Pemikiran Ikhwanul Muslimin telah tersebar di lebih dari lima puluh wilayah di Mesir. Di setiap wilayah tersebut, Ikhwan, mendirikan projek-projek amal dan lembaga-lembaga sosial. Anda, dapat menyaksikan, di Ismailiyah telah dibangun masjid dan markas Ikhwanul Muslimin. Juga dibangun lembaga pendidikan Islam Hira' untuk anak-anak, dan sekolah untuk kaum ibu muslimah dalam rangka memberi keilmuan kepada mereka bagaimana mendidik putera puterinya
.
Di Syibrakhit juga didirikan masjid Ikhwan, gelanggang olahraga, dan ma'had (lembaga pendidikan) Hira' dalam satu kompleks. Di sebelah kompleks yang besar itu dibangun gedung latihan yang diperuntukkan bagi siswa-siswa ma'had yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan. Jam'iyah ini membekali mereka dengan pelbagai keterampilan. untuk mencetak tenaga trampil yang berwawasan dan pekerja yang bermoral.

Di Mahmudiyah Al-Buhaira didirikan projek seperti itu juga, Di sana dibangun fabrik tenun untuk memproduk karpet, sajadah, dan yang semacamnya, di sebelah ma'had Tahfidzul Qur'an yang bertempat di markas lkhwanul Muslimin. Ma'had Tahfidul Qur'an telah mengeluarkan ramai alumni, padahal waktu tertubuhnya belum terlalu lama. Lihatlah, para penghafal Qur'an yang bermunculan dalam waktu yang relatif singkat, di mana hanya sedikit saja dari lembaga pendidikan yang ada yang dapat menghasilkan serupa itu.

Rasanya tidak perlu saya tuliskan satu persatu, yang jelas bahawa setiap cabang Ikhwanul Muslimin hampir di seluruh wilayah Mesir telah mendirikan pelbagai projek sosial, dari Adfoo hingga Iskandariyah.

Di banyak yayasan Ikhwan, kita dapati lembaga yang menangani kerja sosial di bidang peguambela. Dengan izin Allah, ikhwan dapat menyelesaikan pelbagai kes dengan segera, yang jika ditangani oleh lembaga undang-undang pemerintah akan memerlukan waktu yang lama.
Ada lagi lembaga yang bergerak di bidang santunan sosial, khususnya kepada para fakir miskin di hari-hari raya. Itu semua untuk meringankan beban mereka di satu sisi dan untuk ikut membentengi mereka dari upaya licik kelompok kristenisasi di sisi yang lain.

Banyak juga lembaga ikhwan yang aktif di bidang; penerangan dan kaunseling yang bergerak di tempat-tempat yang belum atau tidak tersentuh oleh aktiviti tersebut, seperti warung-warung kopi, markas-markas umum, tempat-tempat pesta, dan majlis-majlis upacara kematian.

Di banyak tempat, khususnya daerah perkampungan, Ikhwan juga mendirikan lembaga yang bergerak di sektor pelayanan umum, seperti: pembangunan masjid, pembersihan jalan, penentangan gejala gengsterism, pengadaan khidmat kesihatan bergerak, dan usaha usaha lain yang mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat, baik untuk urusan dunia mahupun agamanya.

Di tempat lain didirikan pula lembaga yang bekerja untuk memerangi tradisi yang rosak dan kebodohan yang bermaharajalela, terutama di tempat-rempat yang jauh dari lingkungan ilmiah. Pada saat yang sama didirikan pula lembaga untuk menghidupkan sunah dan kewajiban agama yang secara praktik telah banyak dilupakan orang, meskipun secara teori masih banyak diketahui seperti mengumpulkan zakat biji-bijian yang disimpan di tempat khusus lalu membahagikannya dengan sepengetahuan jamaah kepada orang-orang yang berhak menerimanya (tanpa tujuan mempengaruhi), sebagaimana yang dilakukan Ikhwan di wilayah Barambal beberapa waktu yang lalu.

Di Kairo didirikan pula majalah mingguan lkhwanul Muslimin yang disusuli kemudian dengan berdirinya percetakan milik Ikhwan. Semua itu dapat terwujud dalam kurun waktu kurang dari setahun.

Jam'iyatul Ikhwan juga memberi perlindungan kepada kaum fakir miskin dari pengaruh misionari akhir-akhir ini. Maka rumah-rumah Ikhwan pun menjadi tempat tinggal mereka, lembaga-lembaga latihan Ikhwan memberi bimbingan kepada mereka, dan sekolah-sekolah Ikhwan pun siap mendidik mereka. Para pengurus lembaga memberi peringatan kepada masyarakat akan bahayanya para misionaris yang sesat itu yang selalu mengelabui mereka dengan aqidahnya dan sibuk menyesatkan orang-orang yang lemah dan fakir miskin.

Itulah beberapa amal nyata aktiviti Ikhwanul Muslimin. Saya tidak perlu lagi menyebutkan pelbagai majlis ta'lim ceramah, diskusi, serta kunjungan dan jalinan ukhwah, yang semua ini biasanya dikenal dengan istilah dakwah bil lisan. Kami pernah mengatakan bahawa kami telah lelah berbicara dan telah bosan berpidato. Kini tinggallah kami berbuat sesuatu yang nyata.

Anda barangkali terkejut ketika mengetahui bahawa Ikhwanul Muslimin, dalam melakukan kerja besar ini, tidak meminta bantuan dana dari pemerintah mahupun pihak lain, kecuali 500 junaih (mata wang Mesir) yang pernah disumbangkan oleh Koperasi Terusan Suez untuk membantu pembangunan masjid dan sekolah di Ismailiyah.

Banyak orang beranggapan, sebahagian anggapan adalah perbuatan dosa dan berkata tentang Ikhwan dengan sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu. Namun, semua itu tidak menjadi masalah bagi kami dan cukuplah bagi kami bahawa Allah swt. mengetahuinya. itu semua kerana limpahan taufik dan hidayah-Nya dan bahawa harta itu adalah harta khusus anggota Ikhwan, yang diberikan dengan hati yang tulus ikhlas. Maka diberkatilah harta itu dan datanglah buahnya setiap saat dengan seizin Tuhannya, Cukuplah kami katakan kepada setiap orang dan semua pihak di mana pun ia berada dengan terus-terang bahawa Ikhwanul Muslimin tidak membiayai projek-projeknya selain dengan sumbangan para anggotanya. Dengan begitulah mereka tampil dan semakin percaya diri. Sementara para anggota mendapatkan kenikmatan tersendiri dengan pengorbanan di jalan Allah itu.

Barangkali anda juga hairan ketika mengetahui bahawa sumbangan kewangan kepada lkhwanul Muslimin bersifat sukarela, bukan paksaan, sehingga barangsiapa tidak mampu memberikannya kepada jamaah tidak dikurangi sedikit pun hak-hak ukhuwahnya. Meskipun hal ini jelas-jelas tertuang dalam teks Anggaran Dasar jamaah, namun para anggota Ikhwan senantiasa berlumba-lumba untuk berkorban di jalan Allah jika diseru untuk itu. Dengarlah sebuah kisah di tengah pembangunan masjid di wilayah islamiyah Ketika salah satu ketua kelompok jamaah memberikan himbauannya kepada anggota untuk berinfaq, berdirilah salah seorang dari mereka yang pekerjaannya adalah buruh fabrik. Ia berjanji akan menyumbang 1.5 junaih (mata wang Mesir) tiga hari kemudian. Akan tetapi, ia hanyalah buruh fabrik yang miskin, dari mana ia mendapatkan wang sebanyak itu? Sebenarya ia ingin meminjam dahulu, namun khuatir pembayarannya tertunda. Ia ingin mengadakan wang dengan segera tetapi tidak dengan cara demikian. Ia pun berfikir keras, namun tidak kunjung mendapatkan jalan untuk itu. Yang boleh dilakukan kini hanyalah menjual basikalnya, satu-satunya yang biasa digunakan untuk ke tempat kerja yang berjarak sekitar 6 kilometer, Benarlah, akhirnya diwujudkannya jalan fikiran itu. Tepat pada hari yang dijanjikan ia menyerahkan wangnya. Dengan demikian ia menghimpun dua kebajikan: menepati janji dan bersedekah.

Di kemudian hari sang ketua melihat bahawa al-akh yang kerjanya buruh tadi sering terlambat datang di majlis ta'lim Isya'. Ia tidak mengetahui alasannya, dan jika bertanya pun tidak dijawabnya. Akhirnya ia diberi tahu oleh salah seorang kawan dekatnya yang mengetahui persoalannya. Ia memberitahu ketua bahawa al-akh tadi menjual basikalnya untuk melunasi janji infaq pembangunan masjid. Oleh kerananya, setiap pagi ia berjalan kaki dan terlambat mengikuti pengajian. Mendengar ini terkejutlah sang ketua dan para ikhwan yang lain. Mereka kemudian membuat keputusan untuk mengganti sumbangan infaqnya. dan mengganti basikal lamanya dengan basikal yang baru agar ia senantiasa mengenang balasan kesetiaannya pada janji.

Dengan jiwa semacam inilah, jiwa yang memiliki ikatan kuat dengan para assabiqunal awwalun (para pendahulu) dari kalangan tokoh-tokoh Islam yang menjadi mercu suar umat, fikrah Ikhwanul Muslimin bangkit dan berkembang. Sukseslah pelbagai projek kerja dakwah yang dirancangkan. Mereka adalah kaum fakir miskin yang dermawan, mereka sedikit hartanya tetapi murah hati. Dengan sedikit harta benda yang dimiliki mereka berderma dengan sesuatu yang banyak, diberkatilah harta ini oleh Allah melimpahruahlah kebajikan yang diperoleh akhirnya.

Dengan demikian, mudah-mudahan saya telah menyingkap beberapa hal yang masih samar di mata sebahagian orang yang menuduh bahawa di balik keberhasilan dakwah Ikhwan ada persekongkolan dengan pelbagai pihak dan ada sikap tunduk terhadap kepentingan-kepentingan peribadi. Namun alhamdulillah, Ikhwan bersih dari itu semua.

Itulah beberapa baris tulisan yang berisi sebahagian kisah jihad Ikhwanul Muslimin secara operasional, yang kami paparkan kepada orang-orang yang ingin menimbangtara Ikhwan dengan penanda aras yang biasa dipakai oleh pelbagai yayasan dan projek sosial pada umumnya. Ikhwan berusaha menjadikan lembaran-lembaran tulisan ini sebuah buku yang berisi data pelbagai kegiatan sosial yang ditunaikan dengan hati yang tulus kerana Allah swt. Dengan demikian, mudah-mudahan mereka berfikir kembali untuk memberikan dukungan kepada jamaah itu, yang senantiasa menapaki jalannya menuju tujuan yang diimpikan, yang hanya bersandar dan berharap kepada Tuhannya. masih ada lembaran-lembaran lain yang akan kami sampaikan, insya Allah.

APAKAH KITA PARA AKTIVIS?

0 comments


Kami telah menjawab pertanyaan “Kepada Apa Kita Menyeru Manusia?” yang dilontarkan oleh banyak orang berkali-kali, pada risalah yang lalu. Mereka senantiasa bertanya setiap diseru untuk mendukung jam’iyyah Ikhwanul Muslimin dengan pertanyaan: “Kepada apa jam’iyyah Ikhwanul Muslimin menyeru?” saya terpaksa menjawab dan menjelaskan dasar-dasar dakwah ini-pada risalah yang lalu-dengan jawaban yang kiranya dapat memenuhi hajat orang-orang yang bertanya tersebut, tanpa ada yang ragu-ragu lagi. Kalau tidak salah, saya telah memberi jawaban secara global-dengan membahas dasar-dasar dakwah ini-pada tulisan yang pertama, kemudian saya merincinya pada uraian selanjutnya. Dengan demikian, rasanya tidak ada lagi alasan bagi orang yang ingin mengenal hakikat dakwah Ikhwanul Muslimin, baik secara global mahupun rinci, untuk mengatakan: tidak tahu!


Ada lagi pertanyaan yang terbaki, yang banyak dilontarkan orang ketika diajak memberikan dukungan kepada jamaah ini; yang beraktiviti siang dan malam tanpa mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari siapapun, kecuali dari Allah swt. semata. Mereka tidak pula menyandarkan langkah-langkahnya kecuali kepada dukungan dan pertolongan-Nya, kerana ‘tidak ada kemenangan kecuali dari sisi-Nya’. Pertanyaan tersebut, yang sering dilontarkan dengan nada sinis, adalah: Apakah jamaah ini merupakan jamaah aktif, dan anggotanya para aktivis?


Orang yang bertanya ini adalah salah satu dari orang-orang dengan kategori berikut:


- Mungkin ia adalah sosok pengumbar hawa nafsu yang perangainya destruktif, yang ketika melontarkan pertanyaan ini tidak memiliki kepentingan kecuali untuk membuat kekacauan ditubuh jamaah dan prinsip pemikirannya, serta para pendukungnya yang tulus. Ia tidak menganut agama jika dengan itu tidak mendapatkan keuntungan peribadi. Ia tidak peduli dengan urusan orang lain, kecuali jika urusan itu memberikan kemanfaatan bagi dirinya.
- Mungkin ia pribadi yang lalai akan dirinya sendiri dan-begitu juga-terhadap orang lain. Ia tidak memiliki tujuan hidup, tidak memiliki prinsip pemikiran, dan tidak pula aqidah.

- Mungkin ia adalah sisik yang hobinya bersilat lidah dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang indah-indah agar dianggap oleh para pendengarnya sebagai orang ‘berisi’, meski kenyataannya ‘tong kosong berbunyi nyaring’ dengan perilakunya, ia ingin membersitkan kesan dibenak kalian bahawa dirinya adalah sosok pencinta amal. Ia senantiasa berusaha membersitkan kesan itu, namun tidak pernah menemukan jalan. Ia menyedari betul kebohongan dirinya dengan lontaran kata-katanya itu, dan itu semua ia lakukan sekedar untuk menutupi kelemahan dirinya.


- Mungkin ia seorang yang tengah berupaya untuk melemahkan semangat orang-orang yang menyeru dakwah, agar dengan lemahnya semangat itu ia punya alasan untuk menapik seruannya, untuk merespon secara dingin, dan akhirnya berpaling dari amal jama’i.



Golongan yang manapun dari mereka itu, jika anda menemuinya dijalan lalu anda jelaskan padanya manhaj amal yang produktif, anda tuntun mata-telinga, akal pikiran, dan tangannya menuju jalan yang benar, niscaya mereka akan berpaling juga dalam keadaan bingung, jiwanya goncang, bibirnya gemetar untuk mengucapkan kata-katanya, geraknya meragukan, dan diamnya pun tampak salah tingkah. Ia lalu menyampaikan kata-kata ‘maafnya’ dan meminta kesempatan di waktu yang lain saja. Akhirnya, ia pun menghindar darimu dengan seribu satu alasan. Itu semua dilakukan setelah ia-dengan gigihnya berdiskusi denganmu berlama-lama, dan setelah itu engkau lihat, ia merintangi jalan dengan congkaknya.



Perumpamaan mereka itu seperti sepotong cerita bahawa ada seseorang yang dengan semangatnya menghunus pedang, tombak, dan senjata lainnya. Setiap malam ia pandangi senjata-senjata itu dengan gerakan geram kerana tidak kunjung menemui musuhnya untuk menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya. Suatu saat, isterinya ingin menguji kesungguhannya. Dibangunkanlah ia pada tengah malam seraya memanggilnya dengan nada meminta bantuan, “Bangunlah, kuda-kuda perang telah bersedia di pintu rumah kita.” Seketika ia terbangun dalam keadaan gemetaran dan wajahnya pucat sambil bergumam ketakutan, “Kuda perang, kuda perang …” Hanya itu yang ia ucapkan, tidak lebih. Ia bahkan tidak berusaha untuk membela diri. Tatkala waktu pagi tiba, hilanglah akal sihatnya kerana ketakutan yang amat sangat dan terbanglah pula semangatnya, padahal ia belum terjun ke medan perang secara nyata dan belum menjumpai seorang musuh pun.



Allah swt. berfirman yang bermaksud:



“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, ‘Marilah kepada kami.’ Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pengsan kerana akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam., sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan . mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Ahzab: 18-19)



Untuk orang-orang seperti ini kita tidak perlu memberi komentar. Kita tidak perlu menjawab mereka, kecuali dengan kata-kata, “Semoga keselamatan atas kalian dan kami tidak memerlukan orang-orang jahil.” Bukan untuk mereka kita menulis dan bukan kepada mereka kita berbicara. Kita telah lama berharap kebaikan untuk mereka dan kita telah tertipu oleh mulut manisnya suatu waktu, lalu terbukalah “silapmata” mereka dan terserlahlah apa yang ada di sebalik kata-katanya itu. Kita melihat beragam sosok dan kelompok mereka yang membuat hati ini semakin tidak cenderung kepadanya dan tidak sekali-kali akan menyerahkan urusan kepada mereka, meskipun sedikit.



Ada lagi kelompok lain: sedikit jumlahnya, tetapi besar kesungguhannya; tetapi diberkati dan dilindungi oleh Allah. Mereka bertanya kepadamu dengan pertanyaan serupa ketika diajak untuk mendukung dan bergabung dengan jamaah ini, namun dengan hati yang tulus. Mereka adalah orang-orang yang hatinya telah dipenuhi dengan kerinduan untuk beramal, sehingga kalau saja mengetahui jalan untuk itu, mereka pasti terjun bersama. Mereka adalah para mujahid, namun tidak kesempatan menjumpai medan jihad yang dapat membuktikan kepahlawananya. Mereka telah banyak berinteraksi dengan pelbagai kelompok dan telah pula mengkaji pelbagai lembaga dan organisasi dakwah, namun itdak menjumpai sesuatu yang memuaskan hatinya. Jika saja mereka menjumpai apa yang mereka inginkan di sana, mereka pasti menempati posisi di barisan pertama dan menjadi sebahagian dari para aktivis yang tekun.



Kelompok ini telah hilang dan sedang dinanti kedatangannya. Saya yakin sepenuhnya, jika saja seruan ini terdengar olehnya dan sampai di hatinya, mereka pasti akan menjadi salah satu dari dua golongan: golongan aktivis atau paling tidak golongan simpatisan; dan tidak mungkin menjadi yang ketiga. Mereka, kalaupun tidak mendukung fikrah ini, tidak akan pernah sekali-kali menjadi musuhnya. Untuk kelompok inilah kita menulis, kepada merekalah kita berbicara, dan bersama merekalah kita saling memahami. Allah swt. sendirilah yang memilih tentara-tentaranya dan menyeleksi para aktivis dakwah-Nya.



“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Al-Qashash:56)



Mudah-mudahan kita sepakat akan apa-apa yang kita inginkan. Allah swt. berfirman dengan kebenaran dan hanya Dialah petunjuk jalan.

WAHAI MANUSIA, SIAPAKAH KAMU

Wednesday, November 19, 2008 0 comments

“ Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (dengan berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu dan menyempurnakan kejadian kamu dan menjadikan (susunan tubuh) kamu seimbang dalam bentuk apa sahaja yang dikehendaki. Dialah yang menyusun tubuhmu. “
(Surah Al Infitar : ayat 6 – 8)


1. Adapun orang-orang yang beriman mengatakan:-

Kamu adalah merupakan satu penciptaan Allah s.w.t, suatu tiupan suci dari sisi Allah s.w.t. Allah s.w.t menjadikan kamu dengan kekuasaanNya. Ditiup Nya ke dalam diri kamu dengan roh dari sisiNya. Dimuliakan kamu dari seluruh makhluk Nya yang lain. Seluruh malaikat telah sujud kepadamu. Allah s.w.t telah mengajar kepadamu segala sesuatu. Diletakkan di bahu kamu amanah, lantas kamu pikul. Dilimpahkan ke atas kamu nikmat-nikmat dari sisiNya baik yang zahir maupun batin. Dijadikan untuk kamu seluruh isi langit dan bumi. Dimuliakan kamu dengan setinggi-tinggi kemuliaan. Diciptakan kamu dengan sebaik-baik penciptaan. Dipersiapkan kamu dengan sesempurna persiapan. Diberikan kepadamu pendengaran, pengelihatan dan hati. Dijelaskan kepadamu dengan dua jalan (buruk dan baik) dan ditunjukkan kamu dua persimpangan. Dipermudahkan kepada kamu dalam membuat pilihan terhadap jalan-jalan tersebut. Dengan izinNya dan penciptaanNya, kamu dapat terapung di air dan terbang di udara bahkan dapat memecahkan atom-atom. Dengan fikiran dan kemampuan kamu, kamu dapat melampaui lapisan-lapisan awan dan langit (serta bumi).

Lantaran itu adakah lagi penciptaan dan kejadian yang lebih mulia, lebih suci dan lebih agung dari penciptaan Rabbani ini?.

Seterusnya hidup kamu yang singkat di dunia ini tidak akan berhenti setakat itu sahaja, kamu akan dihidupkan dan dibangkitkan kembali. Kamu akan dihimpunkan semula, kamu akan menempuh hidup baru dengan penuh kemuliaan di dalam satu negeri yang penuh dengan kenikmatan dan kebaikan, dengan syarat kamu mengerti rahsia kamu dijadikan dan seterusnya pula kamu beramal dengan penuh keikhlasan semata-mata kerana Allah s.w.t, Al Ma’bud, Al Khaliq. Firman Allah s.w.t:-

Terjemahannya:


“ Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk pengabdian kepadaKu. Aku tiak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan “
(Surah Az Dzariyat ayat 56 – 57)

Kematian yang dibimbangi dan ditakuti itu tidak lain melainkan hanyalah satu perpindahan daripada hidup di dunia ini kepada kehidupan yang satu lagi. Firman Allah s.w.t:-



Terjemahannya:


“ Dan tiadalah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan mainan belaka. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan jika mereka mengetahui. “
(Surah Al Ankabuut ayat 64)

Jasad kamu tidak lain adalah seolah-olah satu sangkar dan jiwa kamu terkurung di dalamnya. Seolah-olah dalam satu pakaian terhadap jiwa kamu, sehingga sampai kepada satu ketika dimana kamu menemui kematian. Semoga Allah s.w.t merahmati orang-orang yang Arif yang berkata:-
Akulah burung dan inilah sangkarku (jasadku)
Bila ku terbang darinya, tinggallah ia terkatung-katung,
Pakaian adalah masa,
Kini ku merindui peluang
Dapat ku bertemu Allah dengan sebenarnya
Jangan kau kira maut itu adalah kesudahan,
Bahkah hanya dari sini (dunia) ke sana (akhirat)

2. Sebaliknya orang-orang Materialis dan suka membantah akan berkata:

Kamu wahai manusia, hanyalah satu genggaman tanah, berasal dari setitik mani yang terperangkap di dalam rahim. Dengan masa, lama kelamaan kamu akan luput dan fana. Tidak ada apa-apa lagi selepas itu. Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh. Demikianlah kata orang yang terdahulu dari mereka. Firman Allah s.w.t:-


“ Dan mereka berkata : Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia sahaja, kita mati dan kita hidup tiada yang dapat membinasakan kita melainkan masa dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga sahaja . “
(Surah Al Jathiyah : ayat 24)


Orang-orang yang terkemudian dari mereka pula berkata ‘ Diri kamu hanyalah adunan unsur-unsur bumi dan kehidupan kamu adalah peredaran sistem-sistem fisiologi semata-mata. Segala sentimen, perasaan dan kewujudan, juga fikiran dan kudrat, bahkan keazaman dan kemahuan hanyalah kesan dari adunan unsur-unsur bumi dan natijah dari percampuran tanah dan air. Kehidupan itu hanyalah pusiangan hari-hari tertentu yang dapat kamu mengambil kesempatan untuk kamu berseronok-seronok dan berfoya-foya.

Sesungguhnya dunia ini adalah makan dan minum dan tidur. Bila ini semua luput maka selamat tinggallah dunia.

Wahai saudara, itulah permasalahan hidup yang sebenarnya jika kamu perhatikan dengan betul-betul. Jika kamu renungkan dengan betul-betul, kamu tidak akan tergolong ke dalam golongan orang-orang yang lalai dan leka dengan kewujudan mereka, yang tidak mengambil berat terhadap kewajipan insaniyah mereka. Kamu akan menjadi orang-orang yang sedar terhadap matlamat hidup kamu dan jalan mana yang kamu harus tempuhi.

Seperkara yang inginku nasihatkan kamu:-

Ambilah peluang untuk bersendirian seketika diwaktu malam atau siang. Pergunakanlah ia untuk merenung dengan sedalam-dalamnya terhadap kehidupan individu dan jamaah. Apabila kamu telah mencapai hakikat pandangan yang pertama tadi, iaitu pandangan orang-orang yang beriman, kamu akan dapat menyedari dimanakah kamu yang sebenarnya. Sesungguhnya kamu akan dapat meningkatkan dirimu kepada matalamat sebenarnya, seterusnya kamu menuju Allah s.w.t Yang Maha Agung. Kamu akan mensucikan dirimu dengan mengingatiNya, mentaatiNya, muraqabah kepadaNya dan sentiasa takutkanNya. Sesiapa yang mengenali dirinya nescaya ia akan mengenali Tuhannya, Janganlah kamu merasa anih jika terdapat orang yang memilih pandangan kedua, pandangan orang-orang yang sesat, kerana di sana ada dua jalan iaitu Jalan Fitnah atau jalan Hidayah. Firman Allah s.w.t:


Terjemahannya:

“ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasiq. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka dari mengerjakannya, Kami katakan kepadanya : Jadilah kamu kera yang hina “
(Surah Al ‘Araaf : ayat 165 – 166)
Semoga Allah s.w.t menunjukkan kepada kita sebaik-baik jalan dan petunjuk yang lurus.
Wallah hu a’lam

Situasi Umat Semasa: Menuntut Perubahan

Thursday, November 13, 2008 0 comments


Diantara Sunnatullah dalam kehidupan adalah adanya kebinasaan dan kehancuran suatu umat akibat penyimpangan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh umat tersebut, sebagaimana Allah SWT berfirman:


وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا

“Dan Kami binasakan orang-orang sebelum kalian oleh kerana kezhaliman mereka” (Yunus:13)


Dan yang paling parah dari jenis ketidakadilan adalah kezaliman dari pemimpin sesebuah bangsa; mengabaikan hak-hak mereka dan menghilangkan kehormatan mereka, dan membiasakan mereka dalam kehidupan yang hinaan dan dina; sehingga membuat bangsa tersebut lemah tidak bersemangat untuk hidup; dan membuat musuh mudah menguasai dan menjajahnya, Allah SWT berfirman:


وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا


“Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka”. (Al-Kahfi:59)


وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْماً آخَرِينَ


“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang teIah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya)”. (Al-Anbiya:11)


Dan diantara akibat dari ketidakadilan dan kemaksiatan adalah bercambahnya tindakan kerosakan di pelbagai sisi dan bidang; politik, ekonomi dan sosial, yang mengarah pada rosaknya keharmonian negara dan keengganan masyarakat dalam bekerja dan berkerjaya, hilangnya kehormatan dan sensitiviti; semua itu dapat mempengaruhi hilang kekuatan negara dan kewujudannya, keteguhan dan kestabilannya dalam menghadapi cabaran; baik dalaman maupun luaran, terutama di dunia yang tidak mahu menghargai orang lain kecuali yang memiliki kekuatan dan kekayaan.


Kerana itulah; kezhaliman, kerosakan, kemaksiatan dan penyimpangan merupakan penyebab jatuhnya umat-umat terdahulu; Berapa banyak peradaban yang pada awalnya maju dan kuat kemudian runtuh dan hilang, laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh sebelumnya. Allah SWT berfirman:


فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ


“Betapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi”. (Al-Hajj:45)


Dan dari seluruh peradaban yang ada di muka bumi ini, ketika telah dikuasai oleh pelbagai jenis penyimpangan, kemaksiatan dan kejahatan, maka akan menyeretnya kepada kebinasaan dan kepunahan; seperti halnya kaum nabi Nuh; yang telah melakukan penyimpangan dengan berbuat sombong terhadap orang-orang miskin dan lemah; sehingga mereka tenggelam dan hancur. Begitupun kaum ‘Ad (kaum nabi Saleh), yang telah mengingkari nikmat Allah dan berlaku sombong dan menyimpang terhadap ayat-ayat Allah. Kaum nabi Luth; yang menyimpang dari nafsunya yang hina dan kotor. Penduduk negeri Madyan, (Kaum nabi Syua’ib); yang melakukan penyimpangan dalam ekonomi, bersifat kikir dan berlaku curang dalam melakukan timbangan dan niaga. Lalu Fir’aun; yang dengan kekuasaannya merasa bebas melakukan kezhaliman dan penindasan, menyesatkan bangsa dari menyembah Allah dan menjadikan mereka hamba manusia serta tidak mahu percaya terhadap ayat-ayat Allah yang disampaikan melalui nabi-Nya, sehingga dengan angkuh dia berkata: “Akulah Tuhan kalian yang tinggi, hingga akhirnya Allah mengazabnya dengan ditenggelamkan dalam lautan beserta orang-orang yang bersamanya ditenggelamkan oleh Allah, Allah berfirman:


فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى


“Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia”. (An-Nazi’at: 25)


Bahawa dunia Arab dan dunia Islam saat ini sedang mengalami krisis yang sangat serius; telah menghegemoni tanpa ada spenyelesaian yang pasti untuk keluar darinya walau pada tingkat paling rendah sekalipun agar dapat meningkatkan pembangunan, kesatuan dan kemerdekaan, dan menyebabkan kegagalan dalam meningkatkan standard hidup yang lebih layak; seperti layaknya bangsa dan negara lain. Dan yang perlu disedari adalah, bahawa hal tersebut terjadi oleh kerana kemaksiatan, kezaliman dan kekejaman yang dipraktikkan oleh regim kuku besi para pemimpin Arab dan negara Islam itu sendiri, yang menerapkan gaya kepemimpinan dengan menggunakan kekuatan senjata dan wang, dan bahkan ada yang berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan cara kekerasan dan kekejaman, penindasan dan kemaksiatan.


Kerana itu pula, kemaksiatan dan kekejaman dalam segala bentuk dan manifestasinya adalah sesuatu yang buta, berjalan melawan roda sejarah dan peradaban manusia secara natural; kerananya ia berhenti pada jalan yang bertentangan seperti kemerdekaan dan kemampuan untuk memilih, melumpuhkan potensi dalam berkreativiti dan berfikir, memfungsikan akal dan fitrah yang bersih sebagaimana yang telah Allah SWT anugerahkan kepada manusia, lalu menjadikannya sebagai tawanan yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.


Ketika seseorang kehilangan kebebasannya maka ia akan kehilangan segala bentuk keindahan hidup; kehilangan kebanggaan dan martabat dirinya, kehilangan etika dan ilmu pengetahuannya, dan menjadikan kehidupannya hampa dan bernasib malang dalam pelbagai sisi kehidupan di dunia ini.


Bahawa dalam risalah ini Kami ingin menyampaikan kepada seluruh umat dan bangsa untuk berhati-hati dari pelbagai tindak kemaksiatan dan yang sekutu dengannya; sehingga kelak mampu bangkit untuk memberikan penyelesaian penyelematan dari keruntuhan dan kebinasaan. Kami berharap kepada para cendekiawan dan pemikir umat serta pada pemimpin dan penguasa, untuk melakukan analisa terhadap fenomena yang menyedihkan dan mencemaskan ini yang sedang menimpa umat manusia, sehingga dapat memberikan penyelesaian dan berinteraksi secara baik dan pada akhirnya- dapat melakukan perubahan terhadap keadaan yang terjadi saat ini.


Bahawa sunnatullah dalam suatu perubahan akan muncul melalui keinginan manusia itu sendiri, namun hal tersebut tidak akan memberikan buahnya kecuali setelah difahami secara benar oleh seluruh umat; kerana itulah Islam menjadikan perubahan sebagai tanggungjawab bersama, Allah SWT berfirman:


وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً


“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu” (Al-Anfal: 25)
Kerana itulah perubahan dimulai dari dunia yang fana ini dan apa yang ada dalam jiwa. Dan setiap umat ini memiliki potensi untuk melakukan perubahan, oleh kerana Allah SWT memilih umat ini menjadi pewaris Al-Qur’an. Allah berfirman:


ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا


“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami”. (Fathir:32)


Allah juga berfirman:


إِِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ


“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’ad:11)


Tugas kita adalah memberikan keyakinan kepada masyarakat bahawa reformasi dan perubahan serta penentangan terhadap pelbagai perkara kemaksiatan adalah kewajiban bersama, dan umat Islam memiliki potensi dan kekuatan yang besar untuk dapat melakukan perubahan yang diinginkan. Dan proses melakukan perubahan memerlukan pengorbanan besar; kerana itu, kemerdekaan adalah barang yang mahal dan membangunkan masyarakat yang kuat dan bermartabat tidak dapat diraih kecuali dengan jihad yang terus menerus dan berlanjutan dalam pelbagai sisi dan bidangnya.


Dan dari sini pula kita fahami akan pentingnya komunikasi bersama bangsa dan mengerahkan segala potensi dan tenaga untuk meningkatkan nilai-nilai ruhiyah dan imaniyah sehingga mampu menghilangkan rasa takut dan perasaan hina di dalam jiwa, memancarkan cahaya cita-cita, perasaan tsiqah dan kemampuan daya guna dalam diri.


Sehingga ketika nilai-nilai positif ini mengungguli nilai-nilai negatif, mengutamakan maslahat umum (umat) daripada maslahat khusus (peribadi), maka pada hakikatnya kemenangan telah dekat, bahawa kita telah melintasi sepertiga jalan.
Salawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dan segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam.

Jalan Memperkuatkan Hubungan Dengan Allah

Sunday, November 9, 2008 0 comments



Tidak terdapat jalan lain untuk menimbulkan hubungan dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala melainkan satu sahaja. Seseorang insan hendaklah beriman dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala yang Esa sebagai Rab dan Ilah bagi dirinya dan untuk sekelian makhluk di langit dan di bumi serta mengimani sifat-sifat UluhiyyahNya. Tuntutan dan kelayakannya tidak boleh diberi kepada selain daripada Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Hendaklah saudara membersihkan hati daripada segala kekaratan syirik. Apabila manusia dapat menyempurnakan semuanya ini mengikut cara yang dituntut, akan terikatlah jalinan hubungan antaranya dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Adapun untuk mempererat dan menyuburkan hubungan ini tertakluk kepada dua jalan:-

i. jalan kefahaman dan berfikir
ii. jalan bekerja

Kaedah menyuburkan hubungan dengan Allah SWT melalui jalan kefahaman dan tadabbur ialah dengan cara saudara mempelajari Al-Quran dan Hadith Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam yang sahih dan sedaya upaya mengamatinya berulang-ulang kali dan seterusnya cuba memahaminya agar benar-benar faham. Langkah seterusnya ialah dengan mencuba sedaya upaya untuk mengamalkannya di dalam kehidupan. Apakah sudah terjalin hubungan di antara saudara dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dalam kenyataan hidup sehingga setelah saudara ketahui sudut-sudut ini, saudara akan cuba bentangkan dan bandingkan dengan hal keadaan saudara. Maka bertambah eratlah hubungan saudara dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Maka untuk itu, hendaklah saudara memperhatikan segenap sudut. Sampai ketahap manakah telah saudara laksanakan tuntutan-tuntutanNya? Apakah pula kekurangan-kekurangan pada diri saudara di dalam perkara ini? Sekadar mana dapat diperkuatkan perasaan ini di dalam diri saudara maka sekadar itulah hubungan saudara dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala.

Dalam konteks pertalian dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala, saudara adalah hamba manakalah Allah Subha Nahu Wa Ta’ala adalah Tuhan (Rabb). Saudara dijadikan sebagai khalifahNya di bumi. Kemudian, daripada Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dipindahkan nikmat-nikmat dan pemberianNya yang tidak terkira kepada saudara. Bertolak daripada sini, setelah saudara beriman maka Allah Subha Nahu Wa Ta’ala telah membeli jiwa dan harta saudara dengan syurga. Lalu daripada semua itu, saudara bertanggungjawab di hadapanNya. Allah Subha Nahu Wa Ta’ala tidak menghisab amal-amal itu daripada segi zahir pekerjaan saudara sahaja, tetapi juga dicatat bersama-sama dengan perbuatan zahir itu gerak-geri, diam, niat dan kehendak saudara. Inilah antara banyak contoh-contoh pertalian yang telah sedia ada di antara saudara dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Berdasarkan kepada kefahaman ini, menjiwainya dan melaksanakan tuntutannya akan menentukan darjat hubungan dan taqarrub saudara denganNya. Sejauhmana saudara melalaikannya dan tidak memikirkan untuk menunaikan tuntutan-tuntutannya maka sekadar itulah saudara telah menjauhi Allah dan merenggangi hubungan denganNya. Semakin kuat saudara berjaga-jaga, berusaha untuk memelihara dan mengambil berat terhadap urusanNya, maka semakin teguh dan mendalamlah hubungan saudara dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala.

Namun, jalan berfikir ini tidak akan mendatangkan buahnya bahkan tidak mungkin kekal dalam jangka masa yang panjang sekiranya saudara tidak sandarkan kepada jalan amal iaitu ketaatan yang ikhlas terhadap hukum Ilahi serta membelanjakan jiwa dan harta kepada sebarang jalan yang obleh membawa mardhatillah Subha Nahu Wa Ta’ala. Makna ketaatan kepada hukum Ilahi ialah melakukan segala apa yang diperintahkan oleh Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dengan penuh kerelaan jiwa di waktu senang dan susah, sunyi dan terang tanpa menghiraukan keuntungan dunia, malah hanya menghitung keredhaan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala semata-mata. Ketaatan kepada hukum-hukum Ilahi juga bererti meninggalkan sesuatu yang dibenci oleh Allah Subha Nahu Wa Ta’ala di waktu sunyi dan terang dengan penuh rasa kebencian terhadap larangan itu. Jangan saudara jadikan desakan duniawi sebagai motif untuk meninggalkan larangan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Saudara tinggalkan setiap larangan itu adalah semata-mata kerana Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Inilah jalan yang mempertingkatkan darjat ketaqwaan saudara kepada Allah Subha Nahu Wa Ta’ala.

Dalam hal yang akan meningkatkan saudara ke darjat ihsan selepas darjat taqwa ialah dengan cara saudara berusaha mempertingkatkan setiap amal-amal keutamaan (fadhilat-fadhilat) yang dicintai oleh Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dan RasulNya. Menjauhi perkara yang tercela lagi dibenci oleh Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dan RasulNya. Janganlah saudara memandang ringan dan remeh di dalam hal membelanjakan apa yang dimiliki oleh saudara seperti jiwa, harta, masa, usaha, kekuatan fikiran dan kekuatan hati. Di samping itu, sentiasalah di dalam keadaan beringat, penuh keinsafan supaya tidak tumbuh di dalam hati saudara rasa sombong serta ujub dengan amal dan pengorbanan yang telah saudara lakukan sehingga melupai diri sendiri lalu terlintas di dalam hati perasaan seolah-oleh saudara telah berbakti dan berbudi kepada orang. Sebaliknya mestilah saudara rasai bahawa saudara terlalu sedikit dan terlalu kurang di dalam melaksanakan semua yang diwajibkan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala.

Hubungan Dengan Allah SWT.

Saturday, November 8, 2008 0 comments


Beberapa Peringatan Untuk Para Da’ie, S.Abul A’la Maududi

Satu perkara yang paling utama, yang sentiasa diperingatkan oleh para anbiya’, khulafa ar-Rashidin dan orang-orang yang soleh pada semua keadaan ialah supaya pengikut-pengikut mereka bertaqwa kepada Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Menyemarakkan hati sanubari mereka dengan kecintaan dan taqarrub kepada-Nya dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada-Nya. Tidak syak lagi, inilah perkara yang mesti diutamakan daripada perkara-perkara yang lain.

Beriman dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala adalah persoalan yang paling pokok dalam aqidah. Berhubungan dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dan bertaqarrub dengan-Nya mendahului persoalan-persoalan yang lain dalam ibadah. Takut kepada Allah Subha Nahu Wa Ta’ala apabila bersendirian di tempat sunyi dan juga ketika di khalayak ramai mendahului perkara lain dalam akhlak, muamalat dan amalan. Segala usaha kita tidak mungkin berhasil kecuali setelah kita mengembalikan hubungan kita dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Kuat atau lemahnya kita adalah bergantung kepada sejauh mana hubungan kita dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Kita menjadi kuat apabila hubungan kita dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala kuat, dan kita lemah apabila hubungan kita dengan-Nya lemah.

Makna Hubungan Dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala, mengikut keterangan Al-Quran Al-Karim bermaksud supaya manusia menjadikan hidup, mati, solah dan segala ibadah semata-mata untuk-Nya.
“Katakanlah: Sesungguhnya solahku, ibadahku, kehidupanku dan kematianku bagi Allah, Tuhan sekalian alam.” [Al-Anaam: 162]

Hendaklah seseorang itu menyembah Allah Subha Nahu Wa Ta’ala dengan penuh keikhlasan. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam telah berulang kali menerangkan pengertian hubungan hamba dengan Rabbnya sehingga tiada setitik debupun yang menutupi pengertian ini. Jadi, mengertilah kita akan hakikat hubungan dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala iaitu:
“Takut akan Allah di tempat sunyi dan tempat yang terang.” [Hadith]
“Hendaklah engkau yakini bahawa yang ditangan Allah itu lebih terjamin daripada apa yang ada di tangan engkau.” [Hadith]
“Hendaklah engkau menuntut keredhaan Allah dengan kemarahan manusia.” [Hadith]

Kita tidak pula mencari keredhaan manusia dengan kemurkaan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala. Setelah terjalin rapi hubungan ini, kecintaan seseorang, perseteruan, pemberian dan tegahannya semuanya demi Allah Subha Nahu Wa Ta’ala semata-mata tanpa dicemari oleh tujuan-tujuan lain. Inilah pengertian kesempurnaan hubungan dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala.

“Sesiapa yang cintakan Allah, memberi kerana Allah dan mencegah kerana Allah, sesungguhnya telah sempurnalah imannya.” [Hadith]

Kemudian hendaklah saudara memperbaharui do’a saudara pada tiap-tiap malam dalam rakaat terakhir solah witir saudara. Tidakkah saudara sering ucapkan:-

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami minta pertolongan daripada Engkau, minta hidayat daripada Engkau, beristighfar kepada Engkau, beriman kepada Engkau dan bertawakkal kepada Engkau. Kami memuji kepada Engkau atas kebaikan, kami berterima kasih dan tidak kufur kepada Engkau, kami menyingkir dan menjauhkan sesiapa yang derhakakan Engkau. Ya Allah, Dikaulah yang kami sembah dan akan Dikaulah kami sembahyang dan sujud, kepada Engkaulah kami berusaha dan maju. Kami mengharapkan rahmat Engkau, kami takut akan azab Engkau. Sesungguhnya azab Engkau tetap menimpa orang-orang kafir.”

Hendaklah saudara merenungi maksud do’a ini. Apakah setiap daripada malam-malam saudara membenarkan dan mempersetujui ikatan saudara dengan Allah Subha Nahu Wa Ta’ala? Sudah terukir gambaran hubungan ini dalam doa yang dilafazkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam apabila baginda bangun mengerjakan sembahyang di tengah malam, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sentiasa menyebut doa berikut ini, bermunajat dengan Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Tinggi:-
“Ya Allah, Ya Tuhanku, kepada Engkaulah aku berserah, dengan Engkaulah aku beriman, di atas Engkaulah aku bertaubat, kepada Engkaulah aku kembali, bersama Engkaulah aku bermusuh dan kehadapan Engkaulah aku berbicara.”

Empat Golongan Objek Dakwah

Monday, November 3, 2008 0 comments


Pertama, Golongan Mukmin
Mereka adalah orang-orang yang meyakini kebenaran dakwah kami, percaya kepada perkataan kami, mengkagumi prinsip-prinsip kami, dan menemukan padanya kebaikan yang kebaikan yang menenangkan jiwanya. Kepada orang seperti ini kami mengajak untuk segera bergabung dan bekerja bersama kami agar jumlah para mujahid semakin banyak, dan agar dengan tambahan suara mereka, suara para da'i akan semakin meninggi.


Iman takkan punya arti bila tidak disertai dengan amal. Akidah tak akan memberi faedah bila tidak mendorong penganutnya untuk berbuat dan berkorban demi menjelmakannya menjadi kenyataan. Begitulah yang terjadi pada generasi terdahulu umat ini, dimana Allah melapangkan dada mereka untuk menerima hidayah-Nya. Mereka mengikuti jejak para Nabinya, beriman kepada risalahnya, dan berjihad dengan jihad yang benar dalam menegakkan misi suci itu. Kami berharap agar Allah swt. berkenan memberikan pahala yang banyak kepada para pendahulu ini, ditambah dengan pahala orang-orang yang mengikuti jejak mereka, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti itu.


Kedua, Golongan orang yang ragu-ragu
Boleh jadi mereka orang-orang yang belum mengetahui secara jelas hakikat kebenaran dan belum mengenal makna keikhlasan serta manfaat di balik ucapan-ucapan kami. Mereka bimbang dan ragu. akan halnya golongan ini, biarkanlah mereka bersama keraguannya, disarankan agar mereka tetap berhubungan dengan kami lebih dekat lagi, membaca tulisan-tulisan kami dan apa saja yang terkait dengan kami –baik dari jauh mauhpun dari dekat–, mengunjungi persatuan dan institusi kami, dan berkenalan dengan saudara-saudara kami. Setelah itu, insyaAllah hati mereka akan tenteram dan dapat menerima kami. Begitulah juga tabiat golongan manusia peragu, yang menjadi pengikut para rasul zaman dahulu.



Ketiga, Golongan yang Mencari Keuntungan
Boleh jadi mereka adalah kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui keuntungan kebendaan yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya. Kepada mereka ini kami hanya ingin mengatakan, "Menjauhilah! Disini hanya ada pahala dari Allah jika kamu memang benar-benar ikhlas, dan syurga-Nya jika ia melihat ada kebaikan dalam hatimu. Adapun kami, kami adalah orang-orang yang miskin harta dan populariti. Semua yang kami lakukan adalah pengorbanan dengan apa yang ada di tangan kami dan dengan segenap kemampuan yang ada pada kami, dengan harapan bahawa Allah akan meridhai. Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong."


Bila kelak Allah menyingkap tabir kegelapan dari hati mereka dan menghilangkan kabut keserakahan dari jiwanya, niscaya meraka akan tahu bahawa sesungguhnya apa yang ada disisi Allah itu jauh lebih baik dan lebih kekal. Kami percaya, hal itu akan mendorongnya bergabung dengan barisan Allah. Saat itu, dengan segala kemurahan hati mereka akan mengorbankan seluruh hartanya demi memperoleh balasan Allah di akhirat kelak. Apa yang ada padamu (manusia) akan habis musnah, dan apa yang ada di sisi Allah akan abadi. Andaikan tidak demikian, sungguh Allah tidak memerlukan orang yang tidak melihat bahawa hak Allah-lah yang pertama harus ditunaikan, pada diri, harta, dunia, akhirat, hidup, dan matinya. Begitulah yang pernah terjadi, ketika sekelompok orang enggan berba'iat kepada Rasulullah saw. Kecuali jika nantinya beliau bersetuju memberikan posisi kekuasaan setelah Islam menang. Pada waktu itu Rasulullah saw. hanya menyatakan bahawa bumi ini adalah milik Allah, yang ia wariskan kepada siapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya kemenangan akhir selalu menjadi milik orang-orang yang bertaqwa.


Keempat, Golongan yang Berprasangka Buruk
Barangkali mereka adalah orang-orang yang selalu berprasangka buruk kepada kami dan hatinya diliputi keraguan atas kami, mereka selalu melihat kami dengan kacamata hitam pekat, dan tidak berbicara tentang kami kecuali dengan pembicaraan yang sinis. Prasangka buruk telah mendorong mereka terus berada pada keraguan, kesinisan, dan gambaran negatif tentang kami.


Bagi kelompok seperti ini, kami bermohon kepada Allah swt., agar berkenan memperlihatkan kepada kami dan kepada mereka kebenaran sebagai kebenaran dan memberi kekuatan kepada kami untuk mengikutinya, serta memperlihatkan kebatilan sebagai kebatilan dan memberi kekuatan kepada kami untuk menjauhinya. Kami memohon kepada Allah swt. agar berkenan menunjuki kami dan mereka ke jalan yang lurus.


Kami akan selalu mendakwahi mereka jika mereka mahu menerima, dan kami juga berdoa kepada Allah swt. agar berkenan menunjuki mereka. Memang, hanya Allah-lah yang dapat menunjuki mereka. Kepada Nabi-Nya Allah berfirman tentang segolongan manusia,


“Sesunguhnya, kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang kamu suka, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki." (Al-Qashash: 56).


Walaupun begitu, kami tetap mencintai mereka dan berharap bahawa suatu saat mereka akan sedar dan percaya pada dakwah kami. Terhadap mereka kami menggunakan semboyan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw.,


"Ya Allah ampunilah kaumku kerana sesungguhnya mereka tidak mengetahui."


Kami menginginkan ada salah satu dari keempat golongan tadi yang bergabung bersama kami. Kini tiba saatnya bagi setiap muslim untuk memahami tujuan hidupnya dan menentukan arah perjalanannya. Ia harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menempuh jalan tersebut agar dapat mencapai tujuannya. Adapun mereka yang lalai dan terus dalam kebingungan, yang suka bersantai-santai, yang hatinya buta dan perpesona dengan pujuk rayu dunia semata, maka tidak ada tempat bagi mereka di jalan panjang orang-orang yang beriman.

 
Tarbiyah Pewaris © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum