Video

3 Kategori Manusia

Tuesday, September 23, 2008 0 comments


Mujahid Fathi Yakan di dalam kitabnya, Maza Ya’ni Intima-i Li al-Islam, telah menyatakan bahwa di dunia terdapat tiga katagori manusia.

Kategori Pertama
Golongan yang hidup hanya untuk dunia semata-mata. Mereka dinamakan sebagai golongan ad-Dahriyyun. Sikap mereka jelas seperti yang dinyatakan di dalam al-Quran:

“Dan tentu akan mereka katakan: “Hidup hanyalahkehidupan kehidupan kita di dunia sahaja dan kita sekali-kali tidak dibangkitkan” .- Surah al-An’am: ayat 29

“Dan mereka berkata: “Kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” - Al Jatsiyah: ayat 24

Kategori Kedua
Golongan yang telah hilang pedoman, terombang-ambing, aqidahnya telah terkontaminasi , mereka melakukan kesesatan dan menyimpang dari jalan Allah SWT dalam kehidupan duniawi. Namun mereka masih menyangka mereka membuat kebaikan. Meskipun mereka mempunyai kepercayaan kepada Allah SWT dan Hari Qiyamah tetapi aqidah mereka hanyalah gambaran semata-mata yang terputus hubungan dengan aktivitasatau amalan hidup mereka. Mereka itu pada hakikatnya berfahaman materialistis walaupun kadangkala mereka melakukan kerja-kerja yang berbentuk kerohanian.

Kategori Ketiga
Golongan yang menganggap bahawa dunia ini sebagai ladang tanaman untuk mendapat atau memungut hasilnya di akhirat kelak.Golongan ini benar-benar beriman dengan Allah SWT. Mereka mengetahui hakikat hidup serta memahami nilai dunia berbanding dengan Hari Akhirat. Allah SWT membandingkan mereka seperti dalam FirmanNya:

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini selain daripada bermain-main dan bersenda gurau belaka. Dan sungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya.”- Surah al-An’am: ayat 32

Mereka yang benar-benar beriman menganggap dunia sebagai medan perlombaan untuk mentaati Allah SWT dan mencari keredhaanNya. Seluruh bidang hidupnya (ilmu, perniagaan, kekayaan, rumah, masa dan fikiran) diarahkan kepada jalan Allah SWT

GENERASI AL-QURAN YANG UNIK

Monday, September 22, 2008 0 comments

Assalamu'alaikum wbth,

Saya teringat kata-kata yang sentiasa diulang-ulang oleh veteran dalam dakwah & tarbiah setiap kali pertemuan dengannya iaitu :


` Kita adalah satu kaum yang diturunkan iman, sebelum diturunkan Al -Quran'.


Kata-kata ini adalah slogan yang diucapkan oleh generasi sahabat Rasul SAW dahulu. Generasi dahulu hebat kerana mereka ada ciri-ciri yang istimewa yang melayakkan mereka menjadi ustaziah al 'alam. Jika kita ingin jadi hebat, jadi berjaya; maka kita pun perlu mencontohi mereka.


Berikut saya kongsikan ringkasan pembacaan saya dari kitab Milestone karangan Sayyid Qutb. Semoga bermanfaat.


At one time, this message created a generation – the generation of the companions of the prophet SAW. No comparison in the history of Islam, even in the history of man. After this, no other generation of this caliber was ever again to be found.

We look therefore for some other reasons, and for this purpose we look at clear spring from which the first generation of Muslims quenched their thirst. Perhaps something has been mixed with that clear spring. We should look at the manner in which they received their training. Perhaps some changes have found their way into it.

[1] The spring from which the companions of the prophet saw drank was the holy Quran; only the Quran. As someone ask Aisha rha about the character of prophet Saw, she replied:

His character was the Quran’.
An-Nasai.
The holy Quran was the only source from which they quenched their thirst, and this was the only mold in which they formed their lives. This is the only guidance for them even though there are other civilizations or culture or science or schools such as Roman civilization, Persian civilization, Chinese and Indian Jewish and Christian were settled in the heart of Arabia. Thus we believe that this generation did not place sole reliance on the book of Allah for the understanding of their religion because of any ignorance of civilization and culture, but it was all according to a well thought out plan and method.


In fact Prophet SAW intended to prepare a generation whom pure in heart, pure in mind, and pure in understanding.

[2] There is another basic cause, which has operated in creating this difference. That difference is in THE METHOD OF LEARNING of this unique generation. They of the first generation did not approach the Quran for the purpose of acquiring culture and information , nor for the purpose of taste or enjoyment. None of them come to the Quran to increase his sum total of knowledge for the sake of knowledge itself or to solve some scientific or legal problem, or to remove some defect in his understanding.


He rather turned to the Quran to find out what Allah SWT has prescribed for him and for the group in which he lived, for his life and for the life of the group. He approached it to act on what he heard immediately, as a soldier on battlefield reads `todays bulletin’ so what he may know what is to be done. He did not read many verses of the Quran in one session, as he understood that this would lay an unbearable burden of duties and responsibilities on his shoulder. At most he would read ten verses, memorize them, and then act upon them, as reported by Abdullah bin Mas’ud.

This understanding, i.e. the understanding that INSTRUCTION IS FOR ACTION opened the doors to spiritual fulfillment and to knowledge.

Indeed, this Quran does not open its treasures except to him who accepts it with this spirit. The spirit of knowing with the intention to act upon it. It did not come to be a book of intellectual content, or a book of literature, or to be considered as a book of stories or history, although it has all these factes. It came to become a WAY OF LIFE. Thus Allah SWT imparted it to them in a gradual manner, to be read at intervals:

‘We have revealed to this Quran little by lithe so that you may recite it to people at intervals, and we revealed it gradually.’
17: 106


[3] The third cause is he would immediately cut himself off from JAHILIYYAH..
When he stepped into the circle of Islam, he would start a new life, separating himself off completely from his past life under ignorance of the divine law. He will look upon the deeds of his life of ignorance with mistrust and fear. With these feeling, he would turn toward Islam for new guidance, and if at any time temptations overpowered him, or old habits attracted him, he would become restless with a sense of guilt and would feel the need to purify himself of what had happened, and would turn to the Quran to mold himself according to its guidance.



Rujukan:


Maalim fit toriq, jil quran farid
http://manhajqurani.blogspot.com.

Iman Senjata Utama dan Taqwa Bekalan Utama

Monday, September 15, 2008 0 comments


RISALATUL-IKHWAN,

Bil. 29, Jumaat 29 Ramadhan 1417, (7 feb. 1997)

Dari pena Mustafa Masyhur

IMAN SENJATA UTAMA DAN TAQWA BEKALAN UTAMA

Iman dan Pertolongan Allah

Sesungguhnya keadaan umat Islam menimbulkan rasa belas dan takut .. kelemahan, perselisihan, penguasaan musuh dan tipu daya mereka terhadap Islam dan Muslimin …. semua faktor-faktor ini mungkin menimbulkan sedikit rasa putus asa atau kecewa di dalam jiwa, tetapi keimanan kepada Allah dan merasa mulia dengan agamanya, jihad pada jalannya serta cinta kepada mati syahid tetap menimbulkan harapan yang besar terhadap pertolongan Allah. Adapun Allah adalah maha suci, maha kuat lagi berkuasa. Dialah penolong bagi hamba-hambanya yang beriman dan penunduk orang orang yang bongkak daripada musuh-musuhNya. Adapun kita di dalam bulan Ramadhan ini yang merupakan bulan kemenangan di mana peperangan Badar adalah sebaik-baik saksi terhadap pertolongan Allah bagi hamba-hambaNya yang beriman walaupun mereka sedikit. Allah berfirman


“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah berserta dengan orang-orang yang sabar” (al-Baqarah: 249)

dan lagi


“(yang sebenarnya) bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar” (al Anfal: 17)


Benar, sesungguhnya musuh zionis bermegah-megah dan mengiklankan permusuhannya serta niatnya yang keji terhadap orang-orang Palestin bahkan terhadap Muslimin seluruhnya, dan apa yang disembunyikan di sebalik hati-hati mereka adalah lebih besar. Sesungguhnya ia telah merampas satu cebisan yang begitu mulia daripada tanah air Islam kerana padanyalah al Masjidil Aqsa, qiblat yang pertama dan “Haram” yang ketiga. Berita-berita tentang penyambungan terowong di bawah masjidil Aqsa menunjukkan niat mereka untuk mendedahkan kepada kemusnahan. Dia juga berterusan untuk menyahudikan al Quds dan mengeluarkan orang-orang Palestin daripada timur al Quds. Mereka juga menuduh Siria membantu Hizbullah di Lubnan yang mempertahankan bumi Lubnan yang terjajah. Begitulah mereka bertindak seolah-olah merekalah tuan punya tanah dan tuan-tuan yang sebenar merupakan perampas. Kita juga mendapati Amerika dan beberapa negara barat menyokongnya dalam pencerobohannya dan kesombongannya. Begitu juga kita melihat perangkap ke atas Muslimin pada berbagai penjuru, dan kelemahan bumi Islam serta tiadanya bantuan terhadap saudara-saudaranya sesama Islam yang terdedah kepada perangkap dan penderitaan ini. Tapi disebalik gambaran yang menyedihkan ini kita mestilah memulakan dengan diri kita untuk menjadi mukmin yang sebenar serta melazimkan diri kita dengan sifat-sifat mukmin, mendokong hak-hak ukhuwwah di antara kita dan memohon pertolongan daripada Allah niscaya Allah akan menolong kita ke atas semua musuh-musuh. Adapun masa depan adalah untuk Islam.


“Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah” (al Anfal: 39).


dan benarlah Allah berfirman:


“Dialah yang mengutuskan RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci” (as-Saff: 9)


ke atas Muslimin seluruhnya perlulah membetulkantawakal kepada Allah kerana Allahlah sebaik-baik pelindung dan pemberi pertolongan. Dan hendaklah mereka menjadi seperti mereka yang telah disifatkan oleh Allah dalam firmannya:


“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah lepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan kurnia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar” (Ali Imran: 173-174).


Fenomena Penyembahan Syaitan (berita di Mesir: pent)


Sesungguhnya fenomena ini perlu kita selidik dan analisa maka kita berpendapat sesungguhnya Allah swt memberi amaran pada kita terhadap tipu daya syaitan dan perangkapnya seperti firman Allah:


“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), kerana syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala” (Faathir: 7)


dan firmannya lagi: “Bukankah Aku telah memerintahkan padamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. dan hendaklah kamu menyembahKu. Inilah jalan yang lurus” (Yasin: 60 61)


Oleh itu ia menjadi satu kewajiban terhadap Muslimin untuk berpesan-pesan dengan kebenaran dan berpesan-pesan dengan kesabaran serta tolong menolong di dalam perkara kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong di dalam perkara dosa dan permusuhan. dan firmannya lagi: “Inilah jalanKu yang lurus, maka hendaklah kamu ikuti. Janganlah kamu ikut jalan-jalan (cara hidup) yang lain, kelak kamu akan bercerai berai dari JalanNya. Inilah yang dipesankan oleh Tuhanmu kepada kamu mudah-mudahan kamu bertaqwa” (al-An`am: 153).


Sepatutnyalah kita mengambil tahu sebab-sebab munculnya fenomena yang buruk ini agar kita dapat melindungi pemuda-pemuda kita daripada tergelincir ke dalamnya. Adapun saya mengira bahawa sebab utama berpuncanya daripada musuh zionis dan barat dan sesungguhnya Camp David telah membantu membawa penyakit ini. Zionism telah membawa kerosakan ini kepada negara kita. Mereka telah membantu kemasukan dadah dan kaset-kaset yang mengandungi penyelewengan serta lucah. Kita juga tidak lupa bahawa Yahudilah bertanggungjawab disebalik atisme yang lahir di dalam sosialisme dan merekalah yang memerangi selain daripada Yahudi terutamanya Islam. Dan merekalah manusia yang paling kuat permusuhannya terhadap orang-orang mukmin.


Di antara sebab-sebab yang membantu kewujudan fenomena ini kerana tiadanya perasaan kewatanan di kalangan para pemuda dan keadaan kelemahan politik, kemewahan yang tidak syari dan kekosongan masa serta ketiadaan matlamat yang boleh menyibukkan pemuda-pemuda untuk membina masa depannya dan memperbaiki watannya serta banyak mengembara keluar negara lalu terpengaruh dengan fasad ini. Dan di antara faktor yang lain adalah tindakan kerajaan memerangi semangat keugamaan dan gambaran mereka terhadap setiap Muslim adalah seperti Rahib (meninggalkan dunia) di samping penyempitan ini, dan begitu juga pemenjaraan dan mahkamah tentera dsbnya. Juga kosongnya silibus-silibus pelajaran daripada bekalan spritual dan pendidikan agama serta penambahan media-media yang merosakkan yang membantu menyesatkan dan membentangkan budaya-budaya asing untuk menjadi contoh kepada pemuda dan pemudi. Begitu juga galakan beberapa buku puak sekular dan kiri terhadap memerangi agama dan tujuan mereka untuk mengasingkan agama dari negara. Semua ini menggalakkan kepada penyelewengan. Di samping toleransi dalam memerangi dadah dan kekejian dan meninggalkan masyarakat menjadi mangsa pada media-media kerosakan dan undang-undang juga tidak menjanjikan balasan yang boleh menghalang perkara tersebut.


Beberapa Tanggungjawab Keluarga dan Kerajaan


Di sana terdapat satu tanggungjawab yang besar ke atas institusi keluarga dan pentarbiahan terhadap anak-anak. Setiap penjaga (ibubapa) adalah bertanggungjawab terhadap penjagaannya serta wajiblah ke atas ayah dan ibu untuk mengambil berat terhadap didikan anak-anak, bukan untuk membantu mereka melakukan kerosakan dengan memberi mereka harta benda, kereta, dan kurangnya pengawalan terhadap tindak tanduk mereka. Para bapa hendaklah mengetahui bahawa Allah akan mempersoalkan mereka tentang penjagaan.


Wajiblah ke atas kerajaan untuk mendidik bangsanya melalui tauladan dan amalan yang serius serta produktif, di samping mengembeling tenaga pemuda ke arah pengeluaran yang produktif dan mendidik mereka berjihad dan menjaga tanah air daripada sebarang pencerobohan. Kami berharap daripada pemuda-pemuda untuk mengambil iktibar daripada fenomena ini. Maka janganlah mereka mengabaikan urusan agamanya dan hendaklah mencari benteng pertahanan dariapada tergelincir kedalam jurang yang bahaya ini. Hendaklah mereka mempersenjatakan diri dengan senjata iman dan taqwa serta mengambil berat terhadap masa depan yang hakiki agar mereka berjaya di hari akhirat dengan syurga dan nikmatnya serta selamat daripada neraka dan apinya. Sesungguhnya kami melihat bahawa fenomena penyembahan syaitan adalah satu fenomena sosial dan pendidikan pada peringkat yang pertama sebelum dia menjadi satu jenayah.


Oleh itu mestilah setiap ahli masyarakat dan pendidikan untuk mengkajinya dan meletakkan jalan penyelesaian yang sesuai untuk mengubatinya serta membersihkan masyarakat daripadanya dan kesannya. Media massa terutamnya television hendaklah mengadakan topik-topik perbincangan untuk memperingatkan para pemuda dan ketua-ketua serta tunggak negara kepada faktor faktor yang membawa kepada fenomena tersebut serta cara yang boleh menutup jalan yang membawa para pemuda jatuh ke dalam jurang ini. Metod-metod kekerasan sahaja bukanlah metod yang terbaik untuk penyembuhan tetapi hendaklah khidamt peranan pasukan keamanan serta kehakiman untuk menumpukan perhatian terhadap siapa yang telah sabit jenayahnya dan memberi balasan yang sepatutnya.

Ramadhan: Pakej Latihan Jasadi, Intelektual, Emosi, Spiritualiti & Jatidiri

Tuesday, September 9, 2008 0 comments



Dalam tamadun kemanusiaan, manusia sentiasa berhadapan dengan tuntunan untuk peningkatan jati diri menuju kebaikan, keindahan dan kesempurnaan; generasi yang memerlukan adanya latihan dan pembinaan pada kekuatan dan kehendak, kesabaran, keupayaan dalam memikul beban dan terhindar dari hawa nafsu serta kejahatan yang merosak dan rasa rendah diri, manusia memerlukan kekuatan hubungan dengan sang penciptanya dan hubungan yang baik antara manusia sesama manusia. Justeru dalam Isam, Puasa merupakan medan terbaik bagi membina semua kekuatan tersebut.


Puasa adalah ibadah yang merupakan pusat pembinaan umat yang ingin tegak berjalan dan bergerak diatas manhaj Allah dan syariat-Nya. Dan puasa juga merupakan keistimewaan dan kemuliaan bagi orang-orang beriman disepanjang sejarahnya, sehingga dengan keutamaan puasa tersebut diharapkan umat Islam menjadi lebih upaya dan lebih kuat dalam menyebarluaskan beban dakwah yang berat dan lebih bersabar dalam menjadi pemimpin serta menjadi tauladan umat lain dan jauh dari ketergelinciran hawa nafsu dan maksiat durjana.


Puasa merupakan keperluan tubuh dan jiwa sehingga memiliki kekuatan dan ketangguhan serta perasaan sensitiviti terhadap orang-orang yang mahrum (orang miskin yang tidak mendapat bahagian; maksudnya adalah orang miskin yang tidak meminta-minta), dan juga sebagai pusat pembelajaran bagi seorang mu’min bagaimana caranya menyingsingkan tangannya untuk membantu orang-orang yang menderita kelaparan; dari orang-orang yang mahrum dan tertimpa musibah; iaitu dengan selalu berlapar-lapar pada siang hari dan makan pada malam harinya, walaupun sebahagian mereka ada yang berlapar-lapar pada malam dan siang hari atau bahkan berhari-hari dan berbulan-bulan.


Puasa juga merupakan pusat pembinaan yang di dalamnya seorang mu’min belajar untuk memiliki kekuatan kehendak dan tujuan yang mulia dan kemampuan dalam memikul beban berat, kemampuan bersabar, kemampuan membangun kebersamaan dan saling nasihat menasihati serta kemampuan membangun jiwa yang bersih dan masyarakat yang bersih. Yang demikian akan terwujud ketika mampu menunaikan puasa secara maksima sebagaimana yang disampaikan oleh Aisyah ra:


“Jika seseorang selamat –secara baik- dalam ibadah ramadhan maka akan selamatlah satu penuh setelahnya”.


Sementara itu orang-orang yang beriman sepanjang masa dan tempat merupakan para pelaksana kebaikan dan pembawa bendera kebaikan kepada seluruh umat manusia. Kerana itulah Allah mewajibkan mereka berpuasa sebagai penghormatan kepada mereka akan peranannya sebagai pembawa kebaikan di dunia ini dan untuk menempatkan mereka pada kenikmatan abadi di akhirat kelak.


Taujihat Rabbaniyah tentang puasa merupakan kelembutan, kerinduan sekaligus taklif, hiburan dan arahan terhadap suatu pandangan dan misi nun agung; Allah SWT berfirman:


“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana diwajibkan atas umat sebelum kalian, agar kalian menjadi orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)


Allah SWT memanggil kita semua dengan penuh kelembutan dan penghormatan serta kemuliaan. Memanggil kita dengan panggilan paling mulia dari panggilan-panggilan lainnya. Memanggil kita dengan sifat yang paling indah dari sifat-sifat yang lainnya. Allah SWT menyeru dengan untaian kata “Wahai orang-orang yang beriman” sebagai seruan terhadap jiwa yang memiliki kesiapan untuk menerima syariat yang akan ditentukan setelahnya; baik perintah ataupun larangan, untuk mengambil yang halal atau menjauhi yang haram, untuk menggapai keredhaan Allah atau menghindar dari kemurkaan-Nya, untuk mengajak pada yang hak atau mencela pada yang bathil, serta untuk mengarahkan umat pada yang ma’ruf atau mencegah yang mungkar.


Dan melalui seruan ini Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman akan adanya taklif yang memberikan kebaikan, kemaslahatan dan keihsanan; iaitu “Diwajibkan atas kalian berpuasa” dengan menahan hawa nafsu dari makan, minum dan senggama serta perbuatan yang melanggar aturan Allah. Dan Allah menyediakan perintah dalam satu bulan yang penuh keberkahan; bulan ramadhan untuk memberikan keuntungan yang berlipat, kebaikan yang banyak dan kemaslahatan yang berlimpah serta ganjaran yang berlipat ganda. Seharusnya bagi penerima taklif ini terasa ringan dengan seruan ini dan menyenangkan malah dirindukan, sebagaimana yang selalu dirindukan oleh para salafusshalih sebelum kita dan bahkan jauh sebelum nabi Muhammad dibangkitkan. seperti firman Allah “sebagaimana yang telah diwajibkan sebelum kalian” iaitu umat-umat sebelum nabi Muhammad saw diutus”. Seperti Nabi Nuh yang juga diperintah untuk berpuasa ramadhan, nabi Ibrahim, nabi Musa dan nabi Isa serta nabi-nabi lainnya yang juga diperintah untuk berpuasa.


Jadi puasa kita di bulan ramadhan tidak berjalan sendiri namun merupakan kesinambungan dari umat sebelumnya yang mana ada banyak umat yang melakukan perintah tersebut; iaitu mereka-mereka yang telah mendapatkan hidayah dari Allah dan berjalan di atas jalan yang lurus. Dan begitupun ungkapan “sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian” juga merupakan hiburan dan motivasi sehingga bagi seorang mukmin tidak merasakan adanya taklif dalam puasa, kerana ia merupakan kewajiban yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kita semua.


Kemudian dari setiap perintah dan kewajiban pasti ada misi dan tujuan; dan tujuan tersebut tidak lain kecuali darjat yang paling mulia, dan tidak ada kemuliaan setelah kemuliaan ini; iaitu Taqwa. Allah SWT berfirman ”La allakum tattaqun” (agar kalian bertaqwa). Taqwa yang bererti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana taqwa juga bererti perasaan bahawa Allah melihat segala tindak tanduk dan perilaku kita; bila dan dimana saja kita beraada; dalam sembunyi dan terang-terangan, saat ramai dan sendirian. Dan taqwa juga merupakan wasiat Allah paling utama terhadap hamba-hamba-Nya; baik ahlul kitab dan lain-lainnya :


“Dan sungguh Kami telah mewasiatkan (memerintahkan) kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah”. (An-Nisa:131).


Selain dari puncak ibadah puasa pada bulan ramadhan iaitu taqwa, Allah juga memberikan ganjaran lain yang berlimpah, iaitu kecintaan Allah terhadap orang yang berpuasa sangatlah besar sehingga bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah dari minyak kasturi sekalipun. Dan ganjaran orang yang berpuasa itu berbeza dengan ganjaran yang diberikan kepada setiap hamba yang melakukan ibadah lainnya, kerana puasa bagi Allah adalah milik-Nya dan Diri-Nya sendiri yang berhak memberikan ganjaran; kerana puasa merupakan simbol dari kerja keras dalam melakukan ketaatan kepada Allah sehingga ganjarannya akan diberikan langsung oleh Allah kepada si pelakunya, yang ganjaran tidak di ketahui oleh siapapun kecuali Allah, dan sekiranya Allah memberikan seisi dunia ini emas maka tidak akan sebanding dengan ganjaran yang akan diterima oleh orang yang berpuasa.

Renungan Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna

0 comments



Hadith Tsulasa*’: Renungan tentang Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna


Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa sahaja yang menghidupkan & meneruskan perjuangan dakwahnya hingga hari kiamat.


Saudara & saudari yang mulia. Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah, assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya’ban, kita hentikan slot kajian kita tentang Al-Qur’anul Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka slot baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.

Ramadhan adalah bulan ruhi, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafus-soleh mengucapkan selamat tinggal sesame mereka & bertemu semula ketika solat hari raya. Kerena mereka rasakan ini adalah bulan untuk menggandakan ibadah, bulan untuk melaksanakan puasa dan qiyam dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.


Saudara & saudari sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk meneruskan pengajian Selasa ini pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur’an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apatahlagi, ramai di antara kita yang melaksanakan solat tarawih dan memanjangkannya, serta mengejar & mengambil pelunag untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi saw. Sekali dalam setahun.


Nabi saw. mempunyai sifat dermawan, dan sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau. Beliau lebih dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an ini terus berlangsung sampai pada tahun ketika Rasulullah saw dipanggil menghadap kepada Ar-afiq Al-A’la (Allah swt.), maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau dua kali. Ini merupakan isyarat bagi Nabi saw. bahwa tahun ini merupakan tahun terakhir beliau hidup di dunia.


Saudara & saudari sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafa’at untuknya. ‘Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat. ” (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani)


Wahai saudara & saudari, dalam diri saya terdetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Kerana kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.


Saudara & saudari sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu kesannya yang paling terasa adalah wujudnya pertemuan ini kerana Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam satu tempoh masa, maka bukan bererti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan kerana Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majlis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa ia akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita biasa berjumpa kembali setelah masa percutian ini (kuliah selasa malam yang biasa Hassan al Banna sampaikan di’cutikan’ sempena meraikan ramadhan), insyaAllah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan solat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini selama minggu-minggu tersebut, maka saya ingin Anda semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih tinggi, iaitu hubungan dengan Allah swt., yang merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi dirinya, di dunia maupun akhirat.


Kerana itu, saudara & saudari sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. Pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya sendiri. “Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. la untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.”


Ini mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan solat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak solat sebagai hak bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan zikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai hak bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan menangis kerana takut kepada Allah, maka ia ingin banyak rnenangis kerana Allah sebagai memberi hak bagi dirinya. Adapun puasa, dalamnya tidak terkandung apa pun selain larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak masa kerana bermunajat kepada Allah swt. Dan berdiri di hadapan-Nya, khusus-nya ketika melaksanakan solat tarawih.


Saudara& saudari sekalian, hendaklah sentiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa kerana melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)


Saudara & saudari, pada akhir ayat ini Anda mendapati: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)


Dengan penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini dalam rangka mentaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut disyukuri. “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.” (Al-Baqarah: 185)


Kemudian, lihatlah kesan dari semua ini. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah; 186)


Saudara & saudari, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini. Allah swt. telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang sangat istimewa. Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw. bersabda, “Jika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan akan dibelenggu, kemudian datang seorang penyeru dari sisi Allah Yang Mahabenar swt “Wahai pencari kejahatan, berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!”


Saudara & saudari, pintu-pintu surga dibuka, kerana manusia berlumba-lumba melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat. Syaitan-syaitan dibelenggu, kerana manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga syaitan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karnia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.


Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Kerana itu, Allah swt. menyebutkannya dalam kitab-Nya.” (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)


Ada kaitan antara turunnya Al-Qur’an dengan bulan Ramadhan. Kerana puasa ertinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakiki dalam diri manusia. Ini bererti bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerana itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.


Pada kesempatan ini, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas.


Saudara & saudari yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:


1. Perbaiki Aqidah

Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia mampu mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahawa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhirat, agar setiap jiwa dihisab tentang apa sahaja yang telah dikerjakan dan ditinggalkannya. Jika kita menamati ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, nescaya kita mendapati bahawa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah,

“Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)


Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun,

“Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)


Allah swt. juga berfirman “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)


Allah swt. juga berfirman,

“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)


Allah swt. Berfirman lagi,

“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4)


Saudara & saudari, ayat-ayat ini menjelaskan hari akhirat dengan pen-jelasan yang jitu yang mampu mengetuk dan melembutkan hati yang keras.


2. Pengaturan Ibadah


Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43) “…diwajib-kan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183) “…mengerjakan haji adalah kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali-Imran: 97) Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah.


3. Pengaturan Akhlak


Mengenai pengaturan akhlak, Anda biasa membaca firman Allah swt.

“Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 7-8)

“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11)

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar kerana mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),’ maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 19-24)


Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangatlah keras.

“Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (Ar-Ra’d: 25)



Inilah peraturan-peraturan tersebut, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat.



Saudara & saudari tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada kita. Insya Allah kita akan mendapatkan manfaat darinya.



Buat akhirnya, kuntuman salawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Kenali Syed Qutb

Sunday, September 7, 2008 0 comments


Nama sebenar beliau ialah Sayyid ibn Qutb Ibrahim; lahir pada tahun 1906 di Kampung Musyah, daerah Asyut, Mesir dalam sebuah keluarga yang mentaati ajaran agama serta punya kedudukan yang baik dalam masyarakat.

Kedua orang tuanya mempunyai peribadi yang baik. bapanya sangat disegani khalayak kerana banyak berbakti kepada fakir miskin, menghidupkan hari-hari kebesaran Islam melalui majlis-majlis jamuan dan tilawah al-Quran. Ibunya seorang yang solehah dan mencintai al-Quran. ini mempunyai kesan yang mendalam kepada Syed Qutb apabila dia pernah berniat dan bercita-cita untuk mempunyai suara yang lunak dan merdu seperti para qari yang memperdengarkan alunan al-Quran kepada ibunya, yang amat mencintai al-Quran. namun, taqdir Allah tidak menentukan jalan hidupnya untuk menjadi seorang qari, tetapi seorang mufassir yang agung di zamannya.

Kecerdasan minda dan akalnya menjadi tarikan dan tumpuan kepada para guru dan pendidiknya. dia, sebelum berumur 10 tahun sudah menghafal al-Quran, turut mempunyai minat membaca yang sangat tinggi, malah berani mengemukakan pertanyaan dan mengemukaka pendapat yang bernas.

Beliau seorang yang senantiasa mendampingi al-Quran sehingga berjaya memasuk kuliah Darul 'Ulum yang merupakan sebuah institusi pengajian tinggi Islam telah berjaya membentuk kefahaman Quraniyyah dan pemikiran Islam yang cemerlang. selesai pengajian, dia menceburkan diri dalam bidang keguruan dan kemudian akhirnya dipindah ke bahagian Pentadbiran Kementerian Pelajaran di Kaherah.

Apa yang tidak diketahui kebanyakan umum ialah, beliau membesar dengan sastera, termasuklah sastera Yunani dan lain-lainnya, ini juga mempengaruhi corak pemikiran beliau ketika mana membesar. malah bidangnya di Kementerian Pelajaran turut berkait rapat dengan sastera. dengannya dia menjadi terkenal sebagai seorang penulis yang prolifik bukan sahaja dalam akhbar, malah majalah-majalah sehingga beberapa pihak penerbitan terasa terancam dengannya.

Tulisan beliau pernah suatu ketika mencetuskan kontroversi di mana beliau yang terpengaruh dengan sastera Yunani mengajak orang ramai untuk mengikut budaya Yunani tidak berbaju dan berbogel. tulisan ini menyebabkan beberapa anggota ikhwan bertemu dengan Hassan al-Banna untuk diambil tindakan, namun ditegah. Hassan al-Banna mengatakan dia (Syed Qutb) mempunyai potensi.

1948, beliau dihantar oleh Kementeriannya, untuk melanjutkan pelajaran ke Amerika untuk melanjutkan pengajian dan pembelajaran di negeri yang kononnya termaju itu. Selama hampir dua tahun melakukan kajian yang mendalam dalam bidang yang berkaitan dengan pendidikan dia mendapati bahawa kehidupan di Amerika banyak mengecewakannya. dia menulis kepada sahabatnya Taufik al-Hakim, dalam suratnya; 'Amerika mempunyai segala sesuatu kecuali roh'.

1949, beliau dimasukkan ke dalam hospital kerana sakit. Suatu ketika semasa berada di dalam wad, dia mendapati orang ramai berpesta dan bersorak-sorai dengan gembira. Dia mendapati bahawa semua orang yang berpesta itu adalah orang Yahudi, lalu dia bertanya mengapa mereka berpesta. dia diberitahu bahawa, mereka (orang Yahudi) berpesta kerana seorang lelaki arab bernama Hassan al-Banna telah mati dibunuh. peristiwa itu meninggalkan impak yang mendalam ke dalam hati Syed Qutb dan membuatkannya berfikir dalam.

Apabila beliau pulang ke Mesir, beliau meletakkan jawatannya di Kementerian dan menyertai Ikhwanul Muslimin.

1951-1964 ialah suatu era kecemerlangan peralihan beliau kepada penulisan Islami yang serius di mana karya-karya agung yang menjadi warisan yang penting pada zamannya dan zaman yang mendatang. antaranya ialah Tafsir fi Zilalil al-Quran, Ma'ani fit Thariq dan sebagainya.

Penulisan tafsir fi zilalil Quran dibuat ketika mana beliau berada di dalam penjara. Beliau ditangkap oleh kerajaan kerana tuduhan yang tiada asas yang kukuh. Pagi dan petangnya beliau disiksa, dipukul dan disabotaj, malamnya beliau menyambung penulisan fi zilal. namun, meskipun penulisannya diterbitkan, ia perlu melalui pemeriksaan pihak penjara terlebih dahulu, ini menyebabkan bahasa yang digunakan oleh Syed Qutb dalam tulisannya memerlukan pemahaman dan penelitian yang rapi serta teliti. Tulisannya turut diubah oleh pihak penjara kerana dengkinya mereka.

1959, beliau dibebaskan dan mendapati bahawa tulisan beliau sudah banyak disunting dan diedit. Lalu dia membuat kajian semula terhadap penulisan tafsir fi zilalil Quran. semakan semula yang dibuat beliau hanya sempat dibuat sehingga surah Ibrahim, dan selebihnya tidak sempat disiapkan kerana kerajaan yang angkuh sekali lagi menangkap beliau.

Isnin, fajar 13 Jamadil Awal 1386 hijriyyah bersamaan 29 Ogos 1966 menjadi hari di mana beliau menemui ajalnya di tali gantung setelah disabitkan bersalah (dengan cara yang zalim) oleh mahkamah tentera yang ditubuhkan oleh kerajaan revolusi ketika itu. Hukuman tersebut dijalankan tanpa mengira bantahan dunia Islam dan menolak dengan tidak sopannya rayuan peribadi Raja Saudi, al-Marhum Faisal ibn Abdul Aziz meskipun baginda menawarkan apa sahaja yang dituntut oleh kerajaan Mesir.

nota kaki
* beliau dihukum gantung kerana kenyataan yang disalah tafsir (kerana kurangnya ilmu) dalam bukunya 'Ma'ani fit Thariq' oleh kerajaan dengan anggapan bahawa beliau (Syed Qutb) berniat untuk menggulingkan kerajaan.
* beliau disabitkan salah dan dihukum gantung dengan tuduhan di atas tanpa mendengar sebarang penjelasan daripada pihaknya, cuma dengan bertanya 'adakah ini buku anda?' dan 'adakah ini tulisan anda?' Syed Qutb rah. digantung.


Al-Fatihah buat beliau. Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkati ruh beliau yang sedang berehat di alam barzakh.

 
Tarbiyah Pewaris © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum