Video

Risalah Ikhwan untuk Para Pemuda di Bulan Ramadhan

Monday, October 1, 2007 0 comments


Risalah Ikhwan untuk Para Pemuda di Bulan Ramadhan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada penghulu para nabi, nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabat seluruhnya, selanjutnya… semoga sepanjang tahun antum dalam keadaan baik, dengan datangnya bulan ramadhan yang penuh berkah, semoga Allah mengembalikan kita dan umat dengan kebaikan, anugerah dan berkah, dan telah terwujud cita-cita kita dalam meraih kebebasan, keadilan, kemerdekaan dan kejayaan dalam berdakwah, meraih kemenangan untuk syariat Islam dalam menghadapi kekuatan jahat, kejam, dzalim dan keji..amin.

Bahawa dunia dengan segala isinya bukan umat Islam sendiri, muncul melalui beberapa prinsip, dijaga oleh nilai-nilai, dan para penyeru tauhid pemelihara keadilan dan kebebasan, sungguh kedzaliman telah merajalela, kekacauan telah meluas, dan kekerasan, permusuhan dan kediktatoran telah menyebar, sementara kerosakan, tasusila dan penggugat ketenangan dan keamanan telah kian banyak terjadi, sementara dunia seluruhnya memantau umat yang baru dan selalu baru, umat Al-Quran yang mengabdikan diri kepada Allah dengan penuh penghambaan, berjalan mengikuti jejak langkah panutan yang dicintai Muhammad saw, menumbuhkan prinsip-prinsip dan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak-anaknya.

Inilah bulan ramadhan yang penuh berkah, pusat pendidikan rabbaniyah dan imaniyah, pendidikan Al-Quran dan ketaatan, Allah telah menganugerahkan nikmat ini kepada kita, melimpahkan rahmat dan banyak kenikmatan lainnya melalui bulan ini.

Bulan ramadhan yang penuh berkah adalah pusat pendidikan iman yang integral, mencakup pelajaran-pelajaran, prinsip-prinsip dan nilai-nilai tarbiyah, hakikat yang diperlukan oleh setiap muslim dalam kehidupan kontemporer, dan yang diperlukan oleh umat dalam menuju kebangkitan yang diidamkan dan dinanti-nanti, maka ramadhan merupakan bulan peningkatan keimanan, taqwa dan pendekatan diri kepada Allah, bulan ibadah, tadharru’ (ketundukan), istighfar, taubat dan do’a, ramadhan juga merupakan bulan infaq, berkorban, memberi, kebaikan dan berbuat baik serta memelihara orang-orang fakir, miskin dan yatim, kaum muslimin memberikan kenikmatan di dalamnya dengan bergotong royong dan tolong menolong di antara mereka.

Ramadhan juga merupakan bulan diwajibkan berpuasa, bersungguh-sungguh, kesabaran dan tahan memikul beban, bulan kemenangan atas jiwa, hawa nafsu dan syaitan, di dalamnya seorang muslim dilatih menahan keinginan, memperkukuh cita-cita, azimah dan intilaq (bergerak) guna mencapai perubahan yang positif.

Demikian pula bulan ramadhan merupakan bulan Al-Quran al-Karim, kaum muslimin selalu membacanya sepanjang malam dan sepanjang hari, agar dapat dipelajari dari pelajaran-pelajaran dan ayat-ayatnya, mentadabburkan apa yang terkandung di dalamnya dari taujihat dan ma’aninya, mentelaah manhaj dan uslub-uslubnya sehingga menjadi undang-undang yang kekal, petunjuk jalan dalam hidup dan manhaj dalam kebangkitan serta rahsia dan azimah.

Demikianlah madrasah imaniyah, taman pembinaan, kurnia Allah yang selalu hadir setiap tahun, kurnia dari Allah atas umat ini, nikmat yang sangat besar dan kurnia yang agung, kita membuka pintu seluas-luasnya menuju kebangkitan yang baru ini, mengembalikan kaum muslimin akan kemuliaan dan izzah mereka yang telah redup dalam kurun yang lama dan tahun yang panjang.

Keperluan kita terhadap ramadhan

Madrasah rabbaniyah ini, kita sangat memerlukan akan pelajaran-pelajaran yang terdapat di dalamnya, khususnya para pemuda umat yang menginginkan kebangkitan, khususnya pula para pemuda ikhwanul muslimin, yang kita berharap banyak dari mereka akan kesungguhan dan memberi, dari kerja keras dan berkorban, dari keikhlasan, kejujuran dan kesabaran, keinginan yang kuat, himmah yang tinggi dan tujuan yang mulia, sehingga kita dapat melakukan perubahan dari krisis yang memilukan saat ini, dan sehingga kita dapat membangkitkan cita-cita dalam jiwa yang sedang bingung yang selalu diiringi oleh fajar setelah lama menunggu.

Risalah saya ini kepada syabab (para pemuda) di bulan ramadhan, merupakan seruan untuk berbekal dengan api keimanan “Dan berbekallah, kerana sebaik-baik bekal adalah taqwa” (Al-baqarah : 197). Dan memanfaatkan dari kebaikan, keberkahan dan anugerahnya dari menghidupkan hari-hari dan malam-malamnya dengan Al-Quran, dzikir, do’a, istighfar, tahajjud dan ibadah, melakukan dakwah kepada Allah di masjid-masjid, organisasi-organisasi, rumah-rumah dan tempat-tempat kerja, ikut berperanan serta dalam amal sosial dan kebaikan, seperti mengagihkankan zakat dan sedekah, pakaian-pakaian untuk siswa dan siswi sekolah, mengunjungi orang sakit yang dirawat di hospital dan rumah sakit dan meringankan beban orang yang memperlukan bantuan, begitupun berbekal dengan keimanan menjalin silaturrahim keluarga, kerabat dekat, memperbaiki hubungan keluarga dan mendamaikan antara dua orang yang sedang bertikai.

Umat juga memperlukan kesungguhan pemuda muslim yang baik, yang digerakkan oleh iman, didorong oleh akidah, didisiplinkan oleh hukum-hukum syariah, dan perilaku yang dihiasi oleh akhlak Islam… kesungguhan ini diharapkan dapat membuka pintu harapan untuk bangkit, memerangi keputus-asaan, merendah diri dan memperkukuh mana’ah (dayatahan) untuk menghadapi kelemahan, kerosakan dan keruntuhan moral. Menolak kedzaliman, tekanan dan penindasan.

Kami yakin bahawa iman yang benar adalah merupakan fokus utama untuk membangun masyarakat muslim yang soleh, dasar utama untuk kebangkitan umat dan kemajuan negeri. Umat saat ini tidak akan mengalami kelemahan, kemunduran dan tertinggal dari umat lainnya, menyerah pada sebab-sebab kelemahan dan kehinaan, kecuali kerana jauh dari hidayah Allah, kurang pemahannya terhadap ajaran-ajaran agama dan prinsip-prinsip syariah, tidak memiliki ghirah (cemburu) terhadap maharimullah (hukum-hukum Allah) dan hak-hak-Nya, dan agar umat dapat bangkit harus menjadikan iman sebagai pemimpinnya serta tauhid sebagai penuntunnya, al-Quran sebagai dusturnya, jihad sebagai jalannya, rasul sebagai pemimpinnya dan mati di jalan Allah sebagai cita-cita tertingginya.

Ilmu yang bermanfaat

Melalui iman akan hadir ilmu yang bermanfaat, baik ilmu agama atau ilmu dunia, ilmu dengan berbagai cabangnya merupakan kewajiban umat, dan tidak akan ada kebangkitan dan terwujud cita-cita di masa depan, jika tidak menjadikan ilmu sebagai keutamaan, perhatian utama. Jika pemerintah dan negara mahu menghormati sebab-sebab dan sarana-sarana yang memberikan kesempatan untuk belajar dan perkembangan uslub-uslub dan metod-metodnya, menggerakkan sebab-sebab dihadapan para pelajar dan ulama untuk mencapai tujuan, kerana itu kewajiban para pemuda menerima pelajaran, gigih dan sungguh-sungguh di jalan untuk menggapai dan memahami ilmu, meraih tingkat dan darjat yang tinggi, muslim yang benar memajukan semua dalam menggapai ilmu, muslim yang sedar dengan risalah dan tujuannya, tidak acuh terhadap kewajibannya, bahkan memajukan contoh nyata terhadap nikmat komitmen terhadap Islam menggapai prestasi ilmu dan akhlak yang mulia, ijtihad yang konsisten dalam ruang lingkup pelajaran, baik dalam berinteraksi dengan guru-guru, pengajar-pengajar dan murid-muridnya, semangat yang istiqamah terhadap peranan ilmu dan lembaga-lembaga pendidikan, demikianlah seharusnya pemuda muslim yang soleh, demikian pula seharusnya pemuda ikhwanul muslimin.

Umat yang sungguh-sungguh dalam menuju kemajuan dan peningkatan, memperlukan ulama, guru dan para pendidik, yang memiliki keikhlasan, berjuang dengan penuh semangat dalam membina anak-anak dengan penuh kecintaan memelihara dan mendidik mereka, kerana itu umat harus berterimakasih kepada para ulama, tok guru, muallim dan murabbi dan menghargai mereka dengan penghargaan yang tinggi, menggerakkan kepada mereka sebab-sebab untuk mendapat kehidupan yang mulia, membantu mereka bekerja, memberi, membina dan mengarahkan, ilmu merupakan sarana dan jalan untuk bangkit dan maju, para ulama berjuang keras siang malam kebangkitan umat dan kemajuan.

Keperluan kami kepada syabab mu’min

Kita sangat memperlukan kepada syabab mu’min, yang memiliki senjata dengan ilmu yang bermanfaat, memiliki keinginan yang dapat mendorong kepada jiwa berkorban dan memberi demi kebangkitan umat, mengembalikan izzah dan kemuliaan serta kemasyhurannya… syabab merupakan harapan dalam memurnikan nilai-nilai yang mulia, memerangi kecurangan, penipuan dan korupsi, menghancurkan kedzaliman dan penindasan, menghentikan budaya korup dan kerendahan moral, menumbuhkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebebasan dan syura, memperkukuh akhlak dan prinsip-prinsip, mendukung sikap kasih sayang dan mengasihi antara manusia.

Terakhir… kami sampaikan risalah yang berada di balik jeruji besi, ikhwan kami yang ditawan oleh penjara penjajah, kepada mereka yang sedang tertekan, dengan penuh keikhlasan kami ucapkan selamat akan hadirnya bulan ramadhan yang penuh keberkahan, memohon kepada Allah SWT agar membebaskan mereka, memberikan kenikmatan kebebasan dan kemerdekaan, mengembalikan mereka kepada keluarga dan sanak famili dengan sihat dan selamat, memperkukuh (mengikat) hati mereka dan melapangkan dada mereka, serta menganugerahkan kesabaran, ketegaran dan keteguhan, memberikan kepada mereka petunjuk dan menjadikan mereka sebagai penyeru yang penuh semangat dan gigih, mengangkat kedzaliman atas mereka dan mendapat naungan dengan pertolongan dan ri’ayah Allah, menganugerahkan limpahan nikmat dan menolong mereka dengan pertolongan yang pasti dan menyeluruh, kerana Dialah Allah sebaik-baik Pelindung dan Penolong, dan akhir dari seruan kami bahawa segala puji hanya milik Allah Tuhan Semesta Aalam, shalawat dan salam kepada nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya.

(Taujih Mursyid, 13-09-07)


Tarbiyyah dan Kepentingannya

0 comments

Dalam kitab Thariqud-da’wah; bainal ashalah wal inhiraf, Syekh Musthafa Masyhur mengatakan:“Peribadi muslim adalah batu bata asasi dalam al bina’ (pembinaan), baik pembinaan al bait al muslim (keluarga muslim), atau al mujtama’ al muslim (masyarakat muslim), atau al hukumah al muslimah dan ad-daulah. Sesuai dengan kadar yang diterima oleh peribadi dalam hal tarbiyah, sesuai itu pula kekukuhan bina’ (bangunan)-nya.

Aqidah dan iman yang kuat adalah asas bina’ syakhshiyyatul fardi al muslim (asas pembentukan peribadi muslim), kerananya, taqshir (kelonggaran) di bidang tarbiyah terhitung sebagai kelemahan dalam al asas, dan menghadapkan bangunan kepada keruntuhan, cepat atau lambat.

Tidak memberikan ihtimam (perhatian) yang layak kepada tarbiyah juga akan berwujud kepada menurunnya mustawal afrad, sehingga tidak melepasi syarat afrad ‘alal mustawal mas-uliyah wa tahammuli amanaatil ‘amal (peribadi-peribadi yang tidak setahap dengan tingkat tanggung jawab dan daya tahan dalam memikul pelbagai amanah ‘amal), dimana seharusnya mereka meringankan beban-beban dakwah, malahan menimbulkan berbagai musykilah dan khilafat (permasalahan dan pertentangan-pertentangan), dan jadilah mereka itu beban dan penyibuk yang merugikan ‘amal, produktiviti dan da’wah.

Tarbiyah mempunyai pengaruh yang sangat panjang sepanjang hari-hari yang ada, dan juga dalam menghadapi berbagai peristiwa serta memenuhi mutathallabil ‘amal (tuntutan-tuntutan amal) di atas jalan da’wah, baik saat terjadi mihnah (cubaan) dan menghadapi tipu daya musuh, atau saat muncul tuntutan jihad, tadh-hiyah (pengorbanan) dan tugas-tugas lainnya.

Sangat penting juga untuk kami jelaskan bahawa tidak shahih tarbiyah hanya terbatas pada mubtadi-in (pemula) yang tidak berlaku lagi bagi al mutaqaddimin (para senior), akan tetapi, tarbiyah harus istimrar terus menerus, dan untuk berbagai peringkat serta berbagai tangga senioriti, sebab, tidak ada seorangpun kecuali memerlukan zad (bekal) dan tadzkiri (pengingatan)”.

(Musthafa Masyhur, dalam min fiqhid-dawah, Dar at-tauzi’ wa an-nasyr al islamiyah 1415 H – 1995 M, jilid 1 hal 187).

Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang asbab ihmal at-tarbiyah (sebab-sebab diabaikannya tarbiyah). Dalam bab ini beliau menjelaskan bahawa asbab ihmal at-tarbiyah adalah:

  1. Dominannya aspek siyasah dalam harakah atas aspek tarbiyah. Banyaknya waktu-waktu yang dihabiskan kepada syakliyyat (aspek-aspek formal), munaqasyat (diskusi-diskusi) dan lain-lain.

  1. ‘Adam I’dad Murabbiin yastau’ibuunal qadimin (tidak menyiapkan murabbi-murabbi baru yang sanggup meng-isti’ab (membina) pendatang-pendatang baru, dari sinilah mustawa tarbiyah turun. Demikian juga kerana adanya ihtimam az-zaidi (perhatian berlebih) terhadap nasyr ad-da’wah (penyebaran da’wah) yang kelihatan kepada banyaknya pendatang baru tanpa diimbangi oleh keseriusan untuk meng-isti’ab mereka dengan tarbiyah. Kerananya, menjadi sebuah keharusan untuk ihtimam bi i’dad murabbiin (perhatian dalam menyiapkan para murabbi) dan menselaraskan antara nasy ad-da’wah dan tarbiyah, maksudnya: antara marhalah ta’rif (peringkat pengenalan) dan marhalah takwin (pembentukan).

  1. Berubahnya halaqoh menjadi fashlin tsaqafi thok yang sekadar ma’rifah (tahu) dan tahshil (dapat pelajaran), padahal seharusnya ia menjadi bautaqah lish-shaqli (bingkai tempat dituangkannya bahan baku), takwin (pembentukan), dan taqwimul akhlaq (pelurusan akhlaq). Atau secara umum, inhiraf (pengabaian) dalam hal ini adalah tafrigh wasa-il at-tarbiyah min jauhariha (pengosongan sarana-sarana tarbiyah dari mutiara intinya), sehingga sarana-sarana itu hanya mazh-har (tapilan luar) semata, baik dia itu halaqoh, atau ta’lim.

  1. Ketersibukkan oleh bidang-bidang kegiatan tertentu, kerana situasi dan keadaan yang muncul sehingga menyebabkan terabaikannya tarbiyah. Tidak shahih (benar) kalau sampai ada sesuatu hal yang menyebabkan ditinggalkannya tarbiyah kerana kesibukan mengurusi sesuatu, apapun dia, termasuk jihad dan memerangi musuh, bahkan, tarbiyah dalam situasi dan keadaan yang sangat sulit dan genting itu justeru menjadi urusan yang paling utama, sebab, unsur iman adalah sebab yang paling utama untuk dipenuhi dalam rangka mendapatkan ta’yid (dokongan), ‘aun (pertolongan) dan nashr (kemenangan) dari Allah swt.

Dalam buku tersebut Syekh Musthafa Masyhur juga menyebutkan berbagai bentuk inhiraf (penyimpangan), diantaranya adalah:

  1. Qillatul ‘Ilm (sedikit ilmu).
  2. Al Ihtimam bil Mazh-har dunal jauhar, wa taghlibul jidal wan-niqasy ‘alal ‘amal (perhatian hanya kepada aspek tampilan yang melupakan mutiara isinya dan dominasi debat dan diskusi yang mengalahkan amal).
  3. Al Irtijal wa ‘adamut-takhthith (asal jalan dan tidak ada perencanaan).

Tarbiyah dzatiyah adalah pelbagai jenis program, aktiviti dan kegiatan yang dilakukan oleh peserta tarbiyah secara mandiri dalam rangka meningkatkan kualiti dirinya, baik pada sisi aqidah imaniyah, ibadah sya’airiyah, khuluqiyah adabiyah, nafsiyah, ilmiah tsaqafiyah, jasadiyah, iqtishadiyah, mihariyah maupun ijtima’iyah. Dari definisi ini dapat diketahui bahawa tarbiyah dzatiyah mencakupi berbagai aspek, iaitu:

1. Aqidiyah imaniyah. Maksudnya adalah program-program, dan kegiatan-kegiatan yang disusun untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualiti aqidah imaniyah dirinya.

2. Ibadah sya’airiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusn untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kuantiti dan kualiti ibadah-ibadah ritualnya.

3. Khuluqiyah adabiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusun aturkan untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji.

4. Nafsiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusun untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka memperkukuh kejiwaannya agar sesuai dengan kehendak Allah swt.

5. Ilmiah tsaqafiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusun untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka ilmu pengetahuan dan wawasannya.

6. Jasadiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusun untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga dan memelihara kesihatan jasmani dan tubuhnya serta menyiapkannya untuk menjadi pendukung da’wah.

7. Iqtishadiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusun untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka melatih dirinya agar mampu memberi khidmat dan tidak menjadi beban bagi sesamanya.

8. Mihariyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang dicadangkan agar dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menyuburkan, menjaga, mengarahkan dan meningkatkan bakat, kecenderungan dan modal-modal dasarnya.

9. Ijtima’iyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang disusun untuk dilaksanakan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menyuburkan, menjaga, memelihara, mengarahkan dan meningkatkan syakhshiyyah ijtima’iyah (kemasyarakatan, keorganisasian, kebersamaan) yang ada pada dirinya.

Jalan Dakwah

0 comments

Jalan Dakwah

Jalan dakwah hanya satu. Jalan inilah yang dilalui oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat baginda. Demikian juga kita dan para pendokong dakwah, sama-sama melaluinya berpandukan taufik dari Allah s.w.t. Kita dan mereka melaluinya berbekalkan iman, amal, mahabbah (kasih sayang) dan ukhuwwah (persaudaraan). Rasulullah s.a.w. menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar mahabbah dan ukhuwwah. Berpadulah kekuatan iman, kekuatan akidah dan kekuatan persatuan. Jadilah jamaah mereka jamaah yang ideal sebagai model. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya pasti menang walaupun ditentang oleh seluruh penghuni muka bumi ini.

Penjelasan Umum Mengenai Jalan Ini

Dakwah Ikhwanul Muslimin merupakan satu suara dakwah dari siri dakwah dan seruan Rasulullah s.a.w. yang pertama, yang tersemat kukuh di hati mukminin dan berulang kali menjadi sebutan di lidah mereka. Mereka berusaha bersungguh-sungguh untuk menanam keimanan di hati umat Islam supaya mengamalkannya dalam setiap kegiatan hidup mereka, supaya hati-hati mereka berpadu di atasnya. Sekiranya mereka dapat berbuat demikian Allah akan menolong dan membantu mereka serta menunjukkan mereka jalan yang benar dan lurus. Marilah kita beriman dan beramal. Marilah kita berkasih sayang dan bersaudara.

Hala Tuju: Inilah setinggi-tinggi hala tuju yang kita harus berusaha kepadanya. Lantaran itu, Allahlah tujuan kita. Tidak ada suatu yang kita tuju kecuali Allah. Kita beriman kepadaNya. Kita melihat segala sesuatu untuk Dia di dalam hidup kita. Kita beribadah kepadaNya dengan sepenuh hati. Kita mencari keredhaanNya dalam setiap usaha kita dari sekecil-kecil perkara hingga kepada sebesar-besarnya dalam setiap kegiatan hidup kita dengan penuh ketulusan dan keikhlasan yang sempurna serta benar-benar yakin bahawa disitulah terletaknya kebahagiaan yang sejati, hidayah yang hakiki dan kejayaan yang sebenar.


"Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu " (AzZaariyat: 50)

Tugas dan Kepentingannya adalah besar dan agung iaitu memimpin dunia, mengajar seluruh manusia kepada sistem Islam, cara hidup Islam dan ajaran yang baik di mana manusia tidak mungkin bahagia tanpanya. Tugas ini bukan tugas juz 'iah, bukan separuh-separuh dan bukan sebahagian-bahagian. Bukan hanya untuk mencapai tujuan-tujuan terbatas di dalam jurusan politik, sosial dan ekonomi sahaja. Bukan juga hanya untuk satu tempat atau satu daerah tertentu. Bukan juga terbatas kepada satu bangsa dan tanahair yang tertentu. Tetapi ia satu tugas agung yang meliputi setiap aspek kehidupan demi kebaikan yang paling sempurna dan paling bahagia kepada seluruh manusia dan manusia sejagat, bahkan bagi seluruh makhluk Allah kerana sesungguhnya Rasulullah itu diutus untuk membawa rahmat ke seluruh alam. Balasannya sangatlah besar. Selain daripadanya adalah kecil belaka. Segala yang ada dalam kehidupan kita di dunia, semua nikmat, harta benda, kekuasaan, kesenangan dan kemewahan semuanya kecil belaka. Balasannya di sana adalah syurga yang seluas langit dan bumi. Di dalamnya disediakan apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh fikiran. Di sana kita akan bersama dengan para anbiya', para siddiqin, para syuhada' dan para salihin kerana merekalah sebaik-baik sahabat. Kita akan terselamat dari azab neraka yang bahan bakarnya terdiri dari batu dan manusia. Kemuncak dari itu semua ialah 'keredhaan Allah'.

"Dan keredhaan Allah adalah lebih benar, itu adalah keberuntungan yang besar.”

(At Taubah :72)

1.1 Tabiat Jalan Dakwah:

"Aliif Laam Miim. Adakah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji. Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Lantaran itu Allah mesti mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdusta”. (Al-Ankabut:1-3)

Jalan dakwah tidak ditaburi dengan bunga-bunga, tetapi merupakan satu jalan yang susah dan panjang. Kerana sesungguhnya antara yang hak dengan batil ada pertentangan yang nyata. Ia memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul bebanan yang berat. Ia memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang berterusan dan hasilnya terserah kepada Allah di waktu yang dikehendakiNya. Mungkin anda tidak akan dapat melihat natijah serta hasilnya ketika anda masih hidup. Sesungguhnya kita hanya disuruh beramal dan berusaha, tidak disuruh melihat hasil dan buahnya.

Sesungguhnya apa yang akan ditemui oleh para duat di jalan Allah adalah gangguan dan tekanan dari golongan taghut dan musuh-musuh Allah yang mahu menghapuskan mereka, memusnahkan dakwah mereka atau menghalang mereka dari berdakwah. Itu adalah lumrah yang telah berlaku berulang kali di zaman ini. Semuanya didorong oleh rasa takut golongan taghut. Mereka takut kuasa mereka yang berdiri di atas dasar kebatilan akan musnah apabila yang hak bangun dan tegak untuk menghapuskan kebatilan.

"Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap." (Al-Anbiyaa': 18)

Bagi menghalakan terkaman dan cengkaman kuku besi mereka ke atas dakwah al-hak dan para pendokong dakwah, mereka terlebih dahulu akan mereka-reka pelbagai tuduhan yang paling keji dan dusta itu kemudianya dilemparkan kepada para pendokong dakwah. Mereka gambarkan kepada manusia bahawa para pendokong dakwah adalah musuh negara dan musuh orang ramai supaya orang ramai bangun menentang mereka seperti apa yang dilakukan oleh Firaun dan para pembesarnya terhadap Nabi Musa.

"Dan berkatalah Firaun (kepada pembesar-pembesarnya): Biarlah aku membunuh Musa dan hendaklah dia memohon kepada Tuhannya, kerana sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerosakan dimuka bumi".(Al-Mukmin: 26)

Subhanallah, Maha Suci Allah. Demikianlah sikap Firaun dan pembesar-pembesarnya, sikap pengikut-pengikut Firaun di zaman itu ataupun di zaman ini. Nabi Musa dituduh sebagai perosak dan Firaun dianggap sebagai pembela bangsa dan memelihara kepentingannya. Pembesar-pembesar Firaun menghasut Firaun supaya menentang Musa dan kaumnya serta menakut-nakutkan Firaun

akan perbuatan Musa. Lalu Firaun menenangkan fikiran mereka dengan menyatakan bahawa dia akan mengawasi Musa:

"Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerosakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?. Firaun menjawab : Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka, sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka". (Al-A'raaf: 127)

1.2 Balasan Baik Bagi Orang-orang Yang Bertakwa:

Namun, semua itu tidak melemahkan iman Musa dan kaumnya. Musa mewasiatkan kepada mereka supaya bersabar dan memohon pertolongan dari Allah s.w.t. dan menggembirakan mereka serta menenangkan hati mereka dengan mengingatkan bahawa bumi ini kepunyaan Allah. Dia pasti akan

mempusakakannya kepada hamba-hambanya yang bertakwa.

"Musa berkata kepada kaumnya: Mohonlah pertolongan dari Allah dan bersabarlah, sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah, dipuskakannya kepada sesiapa yang dikhendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (Al A'raaf: 128)

Jadi jalan dakwah, walau bagaimana pun susahnya, deritanya dan pahit akibatnya, tetapi terjamin hasilnya.

"Kami selalu berkewajipan menolong orang-orang yang beriman " (Ar-Rum: 17)

1.3 Inilah Marhalah (Peringkat) Dari Jalan Dakwah

Islam di Timur telah berjalan di atas dakwah Islam, telah membangun satu kebudayaan yang tiada tolok bandingnya, kemudian tidur nyenyak lalu kehilangan mutiara dakwah di dalam hidup manusia. Lantaran itu mereka kehilangan segala kekuasaan dan segala kehebatannya. Bumi mereka telah dijajah oleh bangsa-bangsa jahiliah. Kekayaan mereka telah dirampas dan dirompak. Jihad dan perundangan Islam telah disembunyikan. Lebih dari itu, akhlak Islam telah disorokkan. Hancur berderailah segala kemuliaan lalu diganti dengan ananiah (individualistik) dan kekacauan. Mudahlah kekufuran dan keingkaran mengambil jalannya tanpa rintangan dan halangan. Tetapi Allah Taala yang Maha Suci telah menyediakan sebab musabab untuk kebangkitan Islam di Timur itu dari lena, kebangkitan Islam yang baru di zaman baru ini.

Dalam kebangkitan arus Islam yang kuat ini maka lahirlah 'Jamaah Ikhwanul Muslimin' dan beberapa jamaah Islam di seluruh dunia terutamanya di dunia Islam. Imam As-Syahid Hassan Al- Banna dengan Ikhwanul Muslimin melalui jalan yang telah dilalui Rasulullah s.a.w. Alangkah banyaknya persamaan di antara marhalah-marhalah dakwah yang dihayati oleh Islam di zaman sekarang dengan marhalah permulaan dakwah Islam di zaman Rasulullah s.a.w.

Islam telah menjadi asing dan dagang dan jahiliah terus berleluasa. Para pendokong dakwah ditindas, diperkotak-katikkan serta dikepung dari segenap penjuru untuk dihancur leburkan.

Samalah keadaannya dahulu di mana musuh-musuh dakwah Islam dipimpin oleh golongan musyrikin di Semenanjung Tanah Arab, para penyembah api di negara besar seperti Parsi (Iran) di sebelah Timur dan kerajaan raksaksa Romawi di sebelah Barat bersama Yahudi.

Demikian juga halnya musuh-musuh dakwah Islam di hari ini yang dipimpin oleh golongan komunis di sebelah Timur dan golongan Kristian dan Zionism dari negara sebelah Barat yang sekular. Jahiliah moden ini disertai pula oleh boneka-boneka dari kalangan muslimin yang telah diracuni hati dan fikiran mereka oleh jahiliah moden. Malah mereka lebih kejam dan lebih sesat dari

jahiliah di zaman permulaan dakwah Islam di zaman Muhammad s.a.w. Ini semua memberi peringatan kepada kita bahawa muslimin di zaman Rasulullah s.a.w itu sentiasa bertahan dan bersabar sehinggalah Allah menolong mereka, menghina para pendokong syirik, kufur dan jahiliah serta mengalahkan mereka. Lalu berkibar dan berkuasalah kalamullah. Jatuh dan lemahlah kalimah kufur.

Demikianlah yang kita harapkan dan kepadanyalah kita berusaha InsyaAllah.

Sesungguhnya kita akan melihat kebangkitan dakwah Islam setelah ia menurun. Pada masa yang sama, budaya materialistik dan jahiliah mula menurun setelah naik. Tanda-tanda yang nyata menjelma di dalam kesedaran Islam yang baru, yang mengambil tempat di hati umat Islam seluruhnya, terutamanya di kalangan pemuda-pemudi Islam. Kebangkitan Islam kembali semula dan arus dakwah Islam menjalar di kalangan generasi baru di kalangan putera-puteri Islam untuk menghayati Islam dengan minat yang sungguh-sungguh dan benar di dalam usaha-usaha Islam, dengan Islam dan untuk Islam. Tanda-tanda keruntuhan budaya jahiliah yang kafir itu semakin nyata dan terang apabila kita

memerhatikan bagaimana gelombang keruntuhan akhlak melanda pemuda-pemuda para pendokong budaya kebendaan yang jahiliah itu. Ini adalah merupakan berita baik dan menggembirakan di mana peralihan pimpinan manusia akan berlaku. Pimpinan jahiliah yang bertuhankan manusia akan tamat dan pimpinan dunia akan dikembalikan kepada Islam sekali lagi. Daulah Islam sejagat akan bangkit kembali dengan izin Allah Taala yang Maha Kuasa supaya dunia berbahagia dengan agama yang hakiki dan lurus itu.

1.4 Wasilah dan Langkah-langkah:

Wasilah-dan langkah-langkah umum dalam dakwah tidak berubah, tidak bertukar ganti dan tidak melampui tiga perkara ini:-

1) Iman yang amiq; (Iman yang mendalam.)

2) Takwin daqiq; (Pembentukan yang rapi dan teliti)

3) Amal mutawasil; (usaha dan amal yang berterusan).

Dengan wasilah-wasilah inilah, amal dan usaha yang berterusan tetapi beransur-ansur mewujudkan serta membentuk individu, rumahtangga dan masyarakat yang muslim. Dari situ dapatlah disediakan dasar dan asas Islam yang teguh dan kuat untuk menegakkan pemerintahan Islam (daulah Islam) di sebuah negara umat Islam lalu dicantumkan dengan daulah-daulah Islam di

seluruh dunia untuk membangunkan daulah Islam sedunia iaitu kerajaan Islam yang merangkumi seluruh dunia Islam yang bersatu di bawah satu Khilafah Islamiah. Ia bertanggungjawab untuk memimpin seluruh dunia, menjadi guru dunia dan mengarahkan perjalanannya demi kebahagiaan seluruh manusia dengan ayat-ayat Allah sehingga tiada lagi fitnah dan agama itu seluruhnya hanya untuk Allah.

"Sehingga tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka " (Al-Baqarah: 193)

Sebagaimana berjalannya wasail iman, takwin, pembentukan dan amal usaha itu, berganding bahu antara satu sama lain, begitu jugalah setiap langkah awal dalam penyediaan ke arah pembentukan individu muslim, pembangunan rumahtangga-rumahtangga Islam dan penyebaran dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat manusia, semuanya mestilah berjalan serentak dan berganding bahu.

Melalui jalan dakwah, tidak sah dan tidak benar kalau kita mengambil jalan ringkas lalu kita menghadkan wasilah dan langkah-langkah kita atau kita mengambil sebahagian dengan anggapan bahawa yang sebahagian itu sudah memenuhi tujuan kita dan dapat menyempurnakan tugas kita.

Sesungguhnya tidak ada iman tanpa amal dan pembentukan. Tidak ada masyarakat tanpa anggota yang muslim dan rumahtangga-rumahtangga Islam. Merekalah tiang-tiang yang akan membangunkan pemerintahan Islam.

Sebarang kecuaian atau kegopohan di dalam mengukuhkan dasar dan memancangkan asas-asas yang teguh dan tiang-tiang yang kuat itu merupakan satu tindakan yang membahayakan, yang mungkin membawa kepada keadaan yang terbalik atau songsang. Setiap waktu dan usaha yang dicurahkan untuk meletakkan asas sebuah bangunan tidak boleh dianggap sia-sia dan tidak boleh

dihentikan selagi belum nampak sebarang hasil di permukaan bumi, kerana bangunan yang besar memerlukan waktu yang panjang dan usaha yang gigih untuk menyiapkan asas dan konkritnya.

Adakah di sana sesuatu yang lebih besar dari usaha membangunkan daulah Islam sedunia yang mampu memimpin dunia memandu seluruh manusia kepada nur dan cahaya Islam yang sempurna dan menyempurnakan itu ?.

Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh Imam as-Syahid Hassan Al-Banna tatkala beliau mengarahkan ucapannya kepada golongan yang gopoh, yang cepat ingin memetik buah dakwah sebelum masak;

"Hai Ikhwanul muslimin terutama yang gopoh dari kamu. Dengarkanlah daripadaku satu kalimah yang tinggi yang berkumandang dari atas mimbar ini di dalam muktamar umum ini. Sesungguhnya jalan kamu ini adalah yang telah digariskan langkah-langkahnya, ditentukan batas-batasnya dan aku tidak mahu

melanggar batas-batas itu. Aku telah yakin dengannya. Keyakinan yang sebenar-benarnya, bahawa itulah jalan yang paling selamat untuk mencapai tujuannya..

.

Ya... boleh jadi ia satu jalan yang panjang, tetapi di sana tidak ada jalan lain selain itu. Sifat kelakian tidak akan lahir kecuali dengan keberanian, ketekunan, kesungguhan dan amal usaha yang serius dan berterusan. Barangsiapa dari kalangan kamu yang hendak cepat dan gopoh memetik buah sebelum masak atau hendak memetik hasil sebelum masanya, maka aku tidak bersama dengannya sama sekali dan lebih baik baginya meninggalkan dakwah ini dan carilah dakwah yang lain. Barangsiapa yang bersabar bersama aku sehingga berkembang dan membesar benih itu lalu tumbuh pokoknya, baik buahnya sehingga tiba waktunya untuk dipetik dan diambil, maka ganjarannya terserahlah kepada Allah semata-mata. Kita dan dia tidak boleh lari dari dua kebaikan ini. Sama ada kita menang dan berkuasa atau mati syahid dan berbahagia".



GENERASI AL-QURAN YANG UNIK

0 comments

GENERASI AL-QURAN YANG UNIK


Dakwah Islamiyah telah melahirkan satu generasi manusia, generasi sahabat Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam, Ridwanullahi alaihim, iaitu satu generasi yang paling istimewa dalam sejarah Islam dan sejarah kemanusiaan keseluruhannya. Generasi itu tidak pernah muncul dan timbul lagi sesudah itu, walaupun terdapat juga beberapa peribadi dan tokoh tertentu di sepanjang sejarah, tetapi tidaklah lahir satu golongan besar manusia, di satu tempat yang tertentu, seperti yang telah muncul di zaman Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam.

Ini adalah satu hakikat yang sememangnya berlaku dan di sebaliknya terkandung maksud-maksud yang tertentu yang perlu kita perhatikan dan renungkan dengan bersungguh-sungguh, agar kita dapat menyelami rahsianya.

Al-Quran yang menjadi sumber dakwah ini masih berada bersama-sama kita. Hadis Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam dan petunjuk-petunjuk daripada perjalanan hidup dan sirahnya yang mulia itu juga masih ada di samping kita, seperti yang telah ada bersama-sama dengan generasi yang terdahulu itu, tidak terjejas oleh perjalanan sejarah dan tidak lapuk oleh perkembangan zaman; hanya diri peribadi Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam sahaja yang tiada bersama-sama kita sekarang. Adakah ini rahsianya?

Kalaulah wujudnya peribadi Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam itu menjadi syarat mutlak untuk kejayaan dakwah ini, maka sudah tentu Allah Subha Nahu Wa Ta'ala tidak menjadikan dakwah ini meliputi seluruh umat manusia dan tidak dijadikannya (Nabi Muhammad SallaLlahu 'alaihi Wasallam) sebagai utusan-Nya yang terakhir, serta tidak diserahkan hal ini (menegakkan Islam) untuk diurus oleh manusia hingga ke akhir zaman. Tetapi Allah Subha Nahu Wa Ta'ala telah mewafatkan Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam setelah 23 tahun baginda menjalankan tugas berdakwah dan menyampaikan perutusan Ilahi, dan Allah Subha Nahu Wa Ta'ala telah memberi jaminan untuk memelihara Al-Quran dan menegaskan akan memelihara agama-Nya hingga hari kiamat. Ini adalah kerana Allah mengetahui bahawa dakwah ini boleh tegak selepas zaman Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam dan juga boleh membuahkan hasil yang baik Dengan demikian, ketiadaan peribadi Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam itu tidak boleh dijadikan alasan di atas kegagalan dakwah di zaman ini.

Maka, kita perlu menyelidiki sebab lain yang menjadi punca kegagalan itu. Mari kita lihat kepada sumber pengambilan generasi pertama itu. Kemudian kita lihat pula kepada program dan jalan yang telah dilalui mereka, barangkali ada sesuatu yang berlainan dan berbeza.

Sumber pokok yang dicedok oleh generasi pertama itu ialah Al-Quran, dan HANYA Al-Quran sahaja. Hadis Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam dan petunjuk-petunjuk beliau adalah merupakan penafsiran kepada sumber utama itu. Ketika Saidatina Aisyah Radhiallahu'anha ditanya mengenai kelakuan, perangai dan perjalanan hidup Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam, maka beliau menjawab; (yang bermaksud); "Akhlak baginda itu ialah Al-Quran." [Riwayat An-Nasai]

Bukanlah disebabkan ketiadaan tamadun dan kebudayaan duniawi pada zaman tersebut yang menyebabkan generasi pertama itu hanya mencedok daripada Al-Quran sahaja sebagai sumber didikan mereka, tetapi ialah justeru penyusunan yang telah ditentukan dan program yang telah diatur oleh Allah Subha Nahu Wa Ta'ala. Dalil yang terang tentang hal ini ialah kemurkaan Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam ketika melihat Sayyidina Umar Al-Khattab r.a. memegang sehelai kitab Taurat. Sabda baginda; "Demi Allah, sekiranya Nabi Musa masih hidup bersama-sama kamu sekarang, tidak ada pilihan baginya melainkan mesti mengikut ajaranku." [Riwayat Abu Ya'la]

Tetapi apakah yang berlaku kemudiannya? Sumber panduan bagi generasi kemudian rupanya telah bercampur baur! Sumber mereka telah dicemari oleh falsafah Yunani (Greek), cara berfikir dan logiknya, dongeng-dongeng Parsi dan pandangan hidupnya, cerita-cerita Israiliat Yahudi dan juga telah dimasuki oleh saki baki peninggalan tamadun zaman lampau. Inilah faktor utama yang menyebabkan generasi berikutnya berlainan sama sekali dengan generasi yang pertama yang unggul itu.

Di sana ada satu lagi faktor asas selain daripada percampuran sumber, iaitu berbezanya cara menerima pengajaran antara generasi para sahabat Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam dengan generasi-generasi kemudiannya.

Generasi pertama para sahabat Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam tidak mendekatkan diri mereka dengan Al-Quran dengan tujuan mencari pelajaran dan bahan bacaan, bukan juga dengan tujuan mencari hiburan dan berpanglipur lara. Tiada seorang pun daripada mereka yang belajar Al-Quran dengan tujuan menambah bekal dan bahan ilmu semata-mata untuk ilmu dan bukan juga dengan maksud menambah bahan ilmu dan akademi untuk mengisi dada mereka sahaja. Tidak juga dipelajari Al-Quran untuk mencari pengetahuan tambahan ataupun arahan tambahan dalam satu majlis pengajian atau suatu majlis taklimat. Tetapi dipelajari Al-Quran itu dengan maksud hendak belajar tentang arahan dan perintah Allah dalam urusan hidup peribadinya dan hidup masyarakat mereka. Dan dia belajar untuk dilaksanakan serta merta, seperti seorang perajurit yang menerima arahan.

Dasar "belajar untuk melaksanakan terus" merupakan faktor utama membentuk generasi pertama dahulu, manakala dasar "belajar untuk membuat kajian dan bahan panglipur lara" merupakan faktor penting yang melahirkan generasi-generasi kemudian. Dan tidak syak lagi bahawa faktor kedua inilah yang merupakan sebab utama mengapa generasi-generasi yang terkemudian berlainan sama sekali dengan generasi pertama para sahabat Rasulullah SallaLlahu 'alaihi Wasallam.

Al-Quran ini tidak diturunkan sekaligus, malah ia diturunkan mengikut keperluan-keperluan yang sentiasa berubah, mengikut perkembangan fikiran dan pandangan hidup serta suasana tertentu dan peristiwa khusus dan untuk membongkar isi hati manusia, untuk menggambarkan urusan yang mereka hadapi, dan menggariskan program kerja mereka, juga untuk memperbetulkan kesilapan perasaan dan perjalanan hidup, supaya mereka sentiasa merasa terikat dengan Allah Subha Nahu Wa Ta'ala setiap masa dan dalam semua keadaan dan suasana. Al-Quran diturunkan secara beransur-ansur bagi mengajar mereka mengenal Allah Subha Nahu Wa Ta'ala melalui sifat-sifatNya dan juga melalui bukti-bukti perkembangan dan perubahan alam. Dengan demikian, mereka akan merasakan bahawa diri mereka sentiasa terikat kepada Allah Subha Nahu Wa Ta'ala dan tertakluk kepada pemerhatian Ilahi. Pada ketika itu, mereka merasakan bahawa mereka sedang hidup di bawah pengawasan Allah Subha Nahu Wa Ta'ala secara langsung.

Di sana ada satu lagi faktor yang mesti diperhati dan dicatat dengan sebenar-benarnya.

Seorang yang telah menganut Islam itu sebenarnya telah melucutkan daripada dirinya segala sesuatu dari zaman lampaunya di alam jahiliyah. Dia merasakan ketika dia mula menganut Islam bahawa dia memulakan episod baru di dalam hidupnya; memisahkan dirinya sejauh-jauhnya daripada hidupnya yang lampau di zaman jahiliyah. Dia merasakan bahawa segala sesuatu di zaman jahiliyah dahulu adalah kotor dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dengan perasaan inilah dia menerima hidayah dan petunjuk Islam yang baru itu. Sekiranya pada ketika-ketika yang tertentu, dia terdorong oleh nafsunya, atau merasa tertarik dengan kebiasaannya yang lama, atau merasa lemah di dalam menjalankan tugas dan kewajipan keIslamannya, nescaya dia akan merasa amat bersalah dan berdosa, dan dari lubuk hatinya merasakan perlu untuk membersihkan dirinya daripada apa yang berlaku; lalu berusaha sedaya upaya untuk mengikuti panduan yang digariskan oleh Al-Quran.

PEMUDA ISLAM & AMANAH DAKWAH

0 comments

PEMUDA ISLAM & AMANAH DAKWAH

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk

(Surah al-Kahfi 18: 13)

Kaum muda merupakan lapisan masyarakat yang paling kritis. Mereka memiliki wawasan ke depan dan tidak pernah puas dengan kondisi yang ada. Sikap pemuda sentiasa idealis, penuh cita-cita dan harapan. Baik terhadap sesuatu yang baik ataupun yang buruk.

Lantaran itu pula anak-anak remaja, bakal pemuda, menjadi sasaran orang-orang yang ingin merubah kondisi suatu masyarakat menjadi buruk. Mereka dihidangkan dengan kebatilan yang menjadikan mereka jauh dari agama ALLAH. Mereka diberikan racun melalui media massa, berupa televisyen, radio, majalah, filem-filem, komik, novel dan sebagainya. Itulah racun sekularisme, pembaratan serta penurunan moral dengan berbagai bentuknya.

Maka lihatlah anak-anak remaja yang membuat masalah di tengah-tengah masyarakat. Mereka hidup untuk mengganggu orang lain, bermabuk-mabukan, berpesta dan berdisko, berpeleseran di waktu malam tanpa tujuan dan lain-lain. Keadaan ini disedari atau tidak merupakan hasil perusakan terhadap generasi muda melalui media massa yang terancang. Yang lebih berbahaya adalah perusakan pola fikir melalui orang-orang yang mengaku dirinya intelek, yang rata-rata lulusan barat yang canggih dengan ilmu dan pengetahuan serta falsafah yang membingungkan. Dan sasaran mereka ini pun adalah para pemuda, kerana mereka pun ingin diikuti oleh para pemuda. Mereka-mereka itu sebenarnya generasi muda yang berpotensi. Hanya saja situasi lingkungan yang buruk dan menyesatkan, membuatkan mereka hanyut dibawa program syaitan dan iblis.


Dakwah Islam dan Pemuda

Perubahan masyarakat dari buruk menjadi baik, dari jahiliyyah menjadi Islam merupakan sasaran dakwah Islam. Islam merupakan agama yang mengajak umatnya berfikir dinamis, kritis dan kreatif… tapi bukan untuk merusak. Islam tidak menyetujui sikap jumud (statik) dalam segala hal. Kerana sifat dakwah Islam seperti di atas, maka dakwah ini mudah diterima dan dicerna oleh kalangan muda… tidak membingungkan dan meragukan.

Semangat dan cita-cita yang tinggi para pemuda hanya dapat ditampung dan disalurkan oleh Islam. Sebab Islam adalah ajaran ALLAH yang sempurna, tanpa cacat dan cela. Islam adalah agama yang mengajak manusia kepada kebaikan di dunia dan akhirat.

Ajaran Islam mengarahkan dan membimbing pemuda untuk beribadah, mengabdi, dan berbakti kepada Dzat yang Maha Tinggi, Agung dan Mulia… iaitu ALLAH SWT. Islam melatih mereka agar selalu menghubungkan diri kepada Penguasa Tunggal alam semesta. Dengan ini, mereka menjadi orang-orang yang akan menyebarluaskan rahmat dan kasih sayang ALLAH ke tengah-tengah umat manusia. Islam tidak rela para pemuda yang berpotensi itu terjerumus dalam kebejatan moral yang akan membuat mereka menjadi musuh ALLAH dan sampah masyarakat.

Tidak menghairankan, ketika Islam muncul, para pendukungnya kebanyakkan terdiri dari kaum muda yang haus akan kebenaran dan keadilan. Rasulullah SAW selama 13 tahun pertama berdakwah di Makkah tidak banyak menghasilkan jumlah pengikut. Kerana penduduk Makkah kebanyakan orang-orang tua yang sangat kuat memegang tradisi dan adat istiadat jahiliyyah.

Tetapi ketika Islam di bawa ke Madinah, sambutan meriah dan positif pun mengalir bagai ombak yang bergulung. Penduduk Madinah melihat Islam sebagai atauran hidup yang benar. Hati mereka diterangi cahaya petunjuk ALLAH. Maka dengan ikhlas mereka tinggalkan semua adat kebiasaan jahiliyyah dan merubahnya menjadi Islam. Mereka tukar kekufuran dan kedurhakaan dengan iman dan ketaatan. Hal ini disebabkan penduduk Madinah umumnya terdiri dari kaum muda.

Di sisi lain, Rasulullah SAW pun menjadikan pemuda sebagai anasir taghyir (unsur-unsur perubah). Mereka dilatih dan dibimbing untuk menjadi pemimpin dan juru dakwah. Mereka dibentuk menjadi kader-kader Islam yang tangguh dan cekal. Mereka antara lain Ali bin Abi Talib, Mus’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqash, Zaid bin Haritsah, Umar bin Khattab, Usamah bin Zaid, juga kebanyakan para sahabat Nabi.

Sebagai contoh, da’ie dan duta Islam pertama yang diutus Rasulullah SAW di kota Yathrib adalah Mus’ab bin Umair. Dahulunya, dia adalah pemuda yang perwatakan kemas dan selalu berpakaian cantik. Setelah menerima Islam dan dikader Rasulullah SAW, Mus’ab berubah menjadi pemuda sederhana, tetapi aktif di jalan dakwahdan jihad Islam. Sehingga wafatnya Mus’ab, Rasulullah menitiskan air matanya melihat Mus’ab yang dahulunya mewah, hanya dikafani kain yang buruk. Beruntunglah Mus’ab sebagai pemuda dakwah yang telah menjalankan amanahnya.

Kendatipun masih muda belia, prestasi Mus’ab dalam dakwah sangat hebat. Dalam tempoh waktu kurang dari setahun, dia berjaya mengIslamkan kurang lebih 70 orang penduduk Yathrib. Mereka itulah yang datang kepada Rasulullah SAW untuk berbai’ah (berjanji setia sehidup semati) di bukit Aqabah.

Sifat Pemuda Dakwah

Dengan pemuda sebagai hujun tombak untuk dakwah, maka Islam pun meluncur bagai anak panah. Potensi tenaga muda mereak diarahkan untuk hal yang positif dan membangun (jiwa Islam), iaitu menegakkan DinuLLAH. Al-Quran mengambarkan pemuda yang aktif dalam dakwah Islam pada kisah Ashhabul Kahfi.

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (Surah al-Kahfi 18: 13 – 14)

Dari ayat yang mulia ini dapat kita fahami bahawa para pemuda dakwah memiliki tiga karakter utama yang mendasar, iaitu:

1. Iman kepada RABB mereka (ALLAH)

Mereka merupakan pemuda-pemuda yang meyakini ALLAH, Rasul, Malaikat, Kitab, Hari Akhir dan Qadha dan Qadar. Nilai keimanan pemuda jauh lebih tinggi dari nilai keimanan orang yang sudah tua. Sebab para pemuda beriman di tengah-tengah gejolak nafsu muda yang masih berkobar, sementara orang-orang yang sudah tua melakukan ketaatan tanpa halangan kerana sudah mendekati akhir hayat.

Para pemuda dakwah sentiasa meningkatkan dan mempertahankan iman yang menyala dalam hati mereka. Mereka tidak rela sedikitpun iman itu berubah atau berkurang. Mereka berupaya menghidupkan api iman ini di tengah-tengah masyarakat. Kerana menyedari bahawa manusia tanpa iman tiada nilainya di sisi ALLAH.

2. Selalu mengikuti petunjuk ALLAH

iaitu para pemuda yang tahu arah perjalanan dan sentiasa berjuang menegakkan kebenaran denagn petunjuk bimbingan ALLAH. Mereka selalu berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sebagi hidayah ALLAH yang diyakini akan menyelesaikan segal persoalan dengan adil dan bijaksana. Mereka ingin masyarakat diatur oleh Pencipta alam semesta dan tidak diatur oleh mereka sendiri atau dikendalikan oleh hawa nafsu segolongan manusia tertentu.

3. Bersikap Furqan

Para pemuda dakwah mampu membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang batil (salah). Mereka mengerti betul, mana yang membawa keimanan dan Islam dan mana yang membawa kekufuran dan kesesatan. Setelah itu, mereka menolak segala hal yang membawa kepada kekufuran dan menerima keimanan dengan penerimaan yang total. Sikap furqan merupakan pancaran keimanan dan kefahaman terhadap TauhiduLLAH yang diajarkan Islam. Mereka meyakini bahawa ALLAH adalah satu-satunya sumber hidup yang harus ditaati dan sumber ilmu agar diri tidak merasa sombong serta dijadikan tujuan akhir. Beserta itu, mereka menolak hak ALLAH ini diberikan pada selain ALLAH.

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surah al-Anfaal 8: 29)

Selain itu, beberapa karakter yang lain juga menjadikan para pemuda mampu untuk mengemban tugas dakwah. Di antaranya:

4. Bersikap kritis menghadapi masyarakat

Para pemuda dakwah mengerti betul kondisi masyarakat yang menjadi medan dakwahnya. Mereka tahu bagaimana menghadapi situasi itu secara benar dan kritis. Kekritisan mereka tidak menjadikan mereka anarkis atau membuat mereka ekstrim. Mereka memahami jalan menuju perubahan umat dan bekerja untuk itu secara hati-hati dan teliti.


5. Berbeda dalam prinsip dan sikap hidup, tetapi bergabung di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat

Para pemuda dakwah menyedari kekeliruan yang ada pada masyarakat dan sanggup untuk menghindarkan diri mereka dari kekeliruan tersebut. Sementara mereka tetap hidup dan bercampur di tengah-tengah masyarakat itu dengan prinsip dan akhlaq yang berbeda. Mereka tidak tertipu dengan kondisi masyarakat yang membuat-buat kedustaan terhadap agama ALLAH. Hal ini tampak dalam kenyataan mereka di ayat berikut:

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (Surah al-Kahfi 18: 15)

Akhirul kalam, Imam As-Syahid Hassan al-Banna pernah menyatakan bahawa umat Islam dewasa ini tidak ada lagi mempunyai kekuatan. Sumber alam yang ada di bumi umat Islam semuanya habis terkuras oleh tangan-tangan asing. Kualiti umat Islam bagaikan buih-buih di lautan walaupun mereka ramai. Tapi ingatlah, bahawa ada satu kekuatan tersembunyi dari tubuh umat Islam iaitu para pemuda (as-Syabab). Bangunlah wahai pemuda! Dakwah amat memerlukan jiwa-jiwa yang cekal untuk mengembannnya. Kamu amat diperlukan untuk mengembalikan umat Islam dari kehinaan kepada kemuliaan! Jadilah junduLLAH yang akan memperjuangkan agama ALLAH hingga akhir hayatmu seperti Mus’ab bin Umair atau Zaid bin Khattab.

SYAIKH UMAR TILMISANI

0 comments

SYAIKH UMAR TILMISANI

(Mursyid III IkhwanulMuslimin, 1322-1406 H/1904-1986M)


Syaikh Umar Tilmisani adalah salah seorang daripada tokoh-tokoh dai dan murabi. Nama penuhnya ialah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mushthafa Tilmisani. Beliau pernah menjawat jawatan sebagai Mursyidul Am Ikhwanul Muslimin setelah wafatnya Mursyidul 'Am kedua, Hasan Al-Hudhaibi,pada bulan November 1973.

Tempat, Tanggal Lahir dan Masa Kecil Syaikh Umar Tilmisani.

Garis keturunan Syaikh Umar Tilmisani berasal dari Tilmisan, Al-Jazair. Beliau dilahirkan di kota Cairo pada tahun 1322 H/1904, di Jalan Hausy Qadam, Al-Ghauriyah. Ayah dan datuknya merupakan pedagang kain dan batu permata. Datuk kepada Syaikh Umar Tilmisani merupakan

seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kerana itu, beliau membesar dalam suasana hidup yang jauh dari bid'ah.

Syaikh Umar Tilmisani mendapat pendidikan awal di sekolah yang dikelolai oleh yayasan sosial tingkatan menengah dan atas di Madrasah Ilhamiyah, kemudian melanjutkan pelajaran dalam bidang Fakulti Perundangan.

Pada Tahun 1933, Syaikh Umar Tilmisani tamat pengajian dalam bidang Fakulti Perundangan, kemudian mewujudkan sidang peguam di Syabin Al-Qanathir dan bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani merupakan peguam pertama yang bergabung dengan Ikhwan, mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya. Beliau termasuk salah seorang orang kuat Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna. Beliau sering menyertai Al-Banna dalam

beberapa lawatan, baik di dalam mahupun di luar Mesir. Bahkan, Al-Banna sering meminta bantuannya dalam menyelesaikan beberapa masalah.

Syaikh Umar Tilmisani berkahwin ketika masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Isterinya wafat pada bulan Ogos 1979, setelah menyertainya selama setengah abad lebih. Dari pernikahan ini mereka dikurniakan empat orang anak; Abid, Abdul Fattah, dan

dua orang puteri.

Kesibukan Syaikh Umar Tilmisani sebagai peguam tidak membuatnya lupa memperkayakan diri dengan ilmu pengetahuan. Beliau banyak menelaah berbagai-bagai ilmu, seperti tafsir, hadits, fiqh, sirah, tarikh, dan biografi para tokoh.

Syaikh Umar Tilmisani selalu mengikuti perkembangan berbagai-bagai konspirasi musuh Islam, baik di dalam mahupun di luar negeri. Beliau amat berwaspada, mengkaji, menentukan sikap, menentang konspirasi dengan bijaksana dan nasihat yang baik, membantah tuduhan-tuduhan, mentahkikkan ungkapan-ungkapan, dan mengikis syubhat-syubhat yang dibuatnya, dengan kepercayaan diri orang mukmin yang tahu ketinggian nilai agamanya kehinaan selain Islam. Sebab, tiada penolong setelah Allah ta’ala dan tiada agama yang diredhai Allah selain Islam.

Saya mula mengenali Syeikh Umar Tilmisani pada tahun 1949, ketika saya baru pertama

kali tiba di Mesir untuk meneruskan pengajian di peringkat tinggi. Ketika itu ada perhimpunan yang dihadiri oleh para tokoh ikhwan, setelah syahidnya Imam Hasan Al Banna dan sebelum terpilihnya Mursyidul Am Kedua, Hasan Al Hudhaibi. Ketika itu kami sedang mendengar nasihat dan kajian yang dibuat oleh mereka. Dari situ, kami mengenali ketulusan hati budi, sopan santun, tawaddhuk, murah senyuman, serta kasih sayangnya pada setiap ahli ikhwanul muslimin, terutamanya generasi muda yang bercita-cita tinggi memetik buah sebelum gugur dan membalas perlakuan musuh setaraf dengan perlakuannya terhadap jamaah.

Komitmen Diri Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani meninggalkan kesan positif pada orang-orang yang mengenali

atau berhubungan dengannya. Beliau dikurniai kejernihan hati, kebersihan jiwa, kehalusan ucapan, kepetahan ungkapan yang keluar dari lisannya, lidah yang fasih dengan teknik berdebat, dan dialog yang sangat tersusun. Syaikh Umar Tilmisani menceritakan komitmen dirinya, ". Kerana itu, saya tidak bermusuhan dengan siapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak menerapkan Kitab Allah Ta 'ala. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar, meskipun tidak setuju dengan kebijakannya, atau bahkan ia menyakitiku. Kerana itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang kerana masalah peribadi."

Tidak berlebihan kalau saya simpulkan bahawa siapa pun yang keluar dari majlisnya,

pasti mengagumi, menghormati, dan mencintai dai unik yang menjadi murid Imam Hasan Al-Banna ini, lulus dari madrasahnya, dan bergabung dengan jamaahnya sebagai dai yang tulus dan ikhlas.

Akhlak dan Sifat Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani sangat pemalu, seperti diketahui orang-orang yang melihatnya

dari dekat. Orang yang sering duduk dan berdialog dengan Syaikh Umar Tilmisani merasakan betapa keras dan lamanya ujian yang beliau alami di penjara, malah mensterilkan dirinya, hingga tiada tempat di dalam dirinya selain kebenaran. Ia mendekam di balik jeruji besi selama hampir dua puluh tahun. Beliau masuk

penjara pada tahun 1948, dan masuk lagi pada tahun 1954. Penguasa Mesir memenjarakannya untuk ketiga kalinya tahun 1981. Namun, ujian-ujian itu tidak mempengaruhi dirinya, dan justeru menambah ketegasan dan

ketegarannya.

Dalam wawancara dengan majalah Al- Yamamah Arab Saudi, edisi 14 Januari 1982,

Syaikh Umar Tilmisani berkata, "Tabiat yang membesarkanku membuatku benci kekerasan, apa pun bentuknya. Ini bukan hanya sekadar sikap politik, tapi sikap peribadi yang berkait dengan struktur keberadaanku. Bahkan, andai dizalimi, saya tidak akan menggunakan kekerasan. Mungkin, saya menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, tapi tidak untuk kekerasan."

Surat Untuk Presiden

Dalam surat terbuka untuk Presiden Mesir yang dimuatkan dalam surat khabar Asy-Sya'b Al- Qahiriyahn, edisi 14 Mac 1986, Syaikh Umar Tilmisani berkata,

"Wahai presiden yang mulia, yang terpenting bagi kami, kaum muslimin Mesir, adalah menjadi bangsa yang aman, stabil, dan tenang di bawah naungan syariat Allah Ta'ala.

Sebab kemaslahatan umat ini terletak pada penerapan syariat-Nya. Tidak berlebihan bila saya katakan, bahawa penerapan syariat Allah Ta'ala di Mesir akan menjadi pembuka kebaikan bagi seluruh wilayahnya. Dengan itulah, penguasa dan seluruh rakyat mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan."

Nasihat-nasihat Syaikh Umar Tilmisani

Dalam untaian nasihat yang disampaikan kepada generasi muda, dai Ikhwan, dan

lainnya, Syaikh Umar Tilmisani berkata, "Tentangan yang dialami dai sangat berat dan

sukar. Kekuatan material berada di tangan musuh-musuh Islam yang bersatu untuk memerangi umat Islam, meskipun mereka memiliki kepentingan berbeza. Jamaah Ikhwanul Muslimin sekarang menjadi sasaran tembak mereka.

Menurut logik dan akal manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu melawan Jalut dan tenteranya. Tapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan itu datang dari Allah Ta'ala, bukan hanya bergantung pada jumlah dan kelengkapan persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan pasukan Jalut dengan izin Allah Ta'ala.

Saya tidak meremehkan kekuatan peribadi, juga tidak meminta dai selalu membisu, zikir dengan menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri, memukulkan telapak tangan, dan menongkatkan dagu, kerana itu semua bencana yang membahayakan dan mematikan.

Sesungguhnya, yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu Allah Ta'ala,

berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan gangguan, menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap satria, istiqomah, dan yakin bahwa Allah Ta'ala pasti menguji hamba-bamba-Nya dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan siapa yang munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab kemenangan. Kisah-kisah

di dalam Al-Qur'an merupakan argumen paling baik dalam masalah ini. Semangat pemuda yang diiringi pemahaman mendalam tidak memerlukan banyak eksperimen,tetapi sangat memerlukan kesabaran,kekuatan dan komitmen pada aturan Quranul Karim, dan mengkaji sirah generasi pendahulu yang telah menerapkannya di setiap aktiviti mereka.Itu penting, agar Allah Ta'ala mengurniakan kemenangan, kemuliaan, dan kekuasaan yang hampir dianggap mustahil."

Istiqamah dan Keberanian Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani dikenali sebagai seorang yang tegas di dalam mahupun di luar penjara. Beliau tidak pernah tunduk pada ancaman atau intimidasi. Beliau juga dikenali sebagai seorang yang zuhud, iffah (menjaga kehormatan, pent.), hanya takut kepada Allah Ta'ala, dan mengharapkan keredhaan-Nya. Syaikh Umar Tilmisani berkata, "Saya tidak pernah takut kepada siapa pun selama hidupku, kecuali kepada Allah Ta'ala. Tidak ada yang dapat menghalangku mengucapkan kebenaran yang saya yakini, meskipun orang lain merasa berat dan saya mendapat kesusahan kerananya.

Saya katakan apa yang ku yakini dengan tenang, mantap, dan sopan, agar tidak menyakiti pendengar atau melukai perasaannya. Saya juga berusaha menjauhi katakata yang mungkin tidak disukai lawan bicaraku. Dengan cara seperti itu, saya mendapatkan ketenangan jiwa. Andai cara ini tidak dapat merekrut banyak kawan, maka berdiam diri

menjagaku dari kejahatan lawan." Sikap tulus, ucapannya, serius bekerja, berani menghadapi persoalan, istiqomah, dan teguh menghadapi tentangan dari dalam mahupun dari luar adalah ciri-ciri khas Ustadz Umar Tilmisani.

Dalam dialog terbuka di kota Isma'iliyah yang dihadiri Ustadz Umar Tilmisani dan disiarkan secara langsung di radio dan televisyen, Presiden Anwar Sadat menuduh Jamaah Ikhwanul Muslimin sebagai dalang fitnah sekretariat. Anwar Sadat juga melontarkan tuduhan palsu lainnya kepada Ikhwan. Tidak ada pilihan bagi Ustadz Tilmisani kecuali berdiri menjawab tuduhan Anwar Sadat, "Siapa pun yang berlaku zalim kepadaku, maka biasanya saya laporkan (adukan) kepada Anda. Kerana Anda rujukan tertinggi - setelah Allah Ta'ala— buat orang-orang yang mengadu. Sekarang, kezaliman itu datang dari Anda, kerana itu saya adukan Anda kepada Allah Ta'ala."

Mendengar itu semua, Anwar Sadat terkejut dan gementar, kemudian meminta agar Ustadz Umar Tilmisani menarik kembali pengaduannya. Ustadz Tilmisani menjawab dengan tegas, sopan, dan menegaskan, "Saya tidak mengadukan Anda kepada pihak yang zalim, tapi kepada Zat Yang Maha Adil. Dialah yang mengetahui segala yang saya katakan!"

Gaya Hidup Syaikh Umar Tilmisani

Gaya menawan dalam dialog yang mewarnai setiap tindakan Syaikh Umar Tilmisani bukanlah tindakan yang dibuat-buat. Itulah ciri khas yang melekat pada ucapan, perilaku, akhlak, dan interaksinya; baik dengan individu, jamaah, pemimpin, penguasa, dan majoriti manusia, tanpa membeza-bezakan orang kecil atau orang besar, orang miskin atau orang kaya.

Syaikh Umar Tilmisani sangat meyakini prinsip Ikhwanul Muslimin yang

diambil dari Al-Qur'an, As-Sunah, dan ijma’ para ulama’.

Jamaah Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani berpendapat, Jamaah Ikhwanul Muslimin adalah gerakan

Islam yang tulus dan murni. Syaikh Umar Tilmisani berkata, "Orang yang menghayati langkah-langkah Ikhwanul Muslimin, semenjak penubuhannya pada tahun 1347 H./I928 hingga hari ini, tidak akan menjumpai sesuatu pun kecuali serangkaian

pengorbanan berkesinambungan untuk menegakkan aqidah, potensi optimum yang

produktif di semua sektor kegiatan sosial, berkeupayaan mengukuhkan ikatan persaudaraan antara berbagai-bagai bangsa muslim, dan usaha menyebarkan perdamaian di seluruh negara. Ikhwanul Muslimin diperangi berbagai

aliran; baik dari dalam mahupun luar negara. Meskipun demikian, Ikhwanul Muslimin tidak pernah sekali-kali berusaha menyebarkan fitnah, memecah-belahkan persatuan, menghancurkan lembaga-lembaga lain, berdebat secara anarkis, atau menbuat fitnah untuk menjatuhkan seseorang."

Ciri khas lain Syaikh Umar Tilmisani ialah menyejukkan, membangunkan aktiviti, dan dasar interaksinya yang setia, meskipun terhadap orang yang tidak pernah mahu sepakat, bahkan memerangi Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani berwasiat, "Muslim tidak mengenal istilah 'agama milik Allah Ta'ala dan tanah air milik semua orang." Setiap muslim meyakini segala yang ada di alam ini milik Allah Ta'ala semata. Siapa yang berusaha mengubah makna ini merupakan penipu yang ingin menrampas sumber kekuatan negara, agar mudah

dikhianati. Orang muslim tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara. Mereka yakin sepenuhnya pemerintah tidak mempunyai hak bersama Allah Ta'ala., sebab apabila diyakini pemerintah mempunyai hak bersama Allah Ta 'ala, maka pemerintah menjadi sekutu bagi-Nya. Sedang muslim tidak mengakui kemusyrikan dalam bentuk apa pun."

Sifat Zuhud, Tawadhu, dan Sederhana Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani adalah dai, murabi, dan pemimpin yang hidup secara tulus dengan Allah Ta 'ala, berjuang untuk menegakkan agama- Nya, aktif dalam dunia dakwah, bersabar, selalu meningkatkan kesabaran, berjaga, berjihad, berpegang teguh pada tali agama Allah Ta'ala yang kukuh, dan bekerjasama dengan mujahid yang tulus, baik ketika menjadi perajurit atau pemimpin, di penjara atau di luar penjara.

Beliau tidak pernah mengubah sikap, pembohong, menyimpang, tamak terhadap keindahan dunia dan kuasa. Beliau meninggalkan kehidupan yang penuh dengan bunga-bunga dunia, untuk menghadap Allah Ta 'ala.

Beliau tinggal di apartment yang sangat sederhana dan bersyukur dengan hidupnya, tanpa memaksakan diri. Saya sedih hingga air mataku ingin keluar membasahi pipi, tapi saya berusaha menahannya kerana khuatir beliau menyedarinya. Apalah ertinya kita jika dibandingkan dengan orang-orang yang telah dibebaskan imannya dari penyakit cinta dunia, dan mengorbankan apa saja untuk memperjuangkan agama! Apartment Syaikh Umar Tilmisani berada di lorong sempit Komplek Al-Mulaiji Asy-Sya'biyah AI-Qadimah, wilayah Ath-Thahir Kairo. Tangga menuju ke kediamannya sudah tua dan usang, dan perabotnya sangat sederhana. Padahal beliau berasal dari keluarga yang kaya-raya dan berstatus tinggi. Ini semua mencerminkan kezuhudan, kesederhanaan, dan ketawadhuannya.

Syaikh Umar Tilmisani dicintai pemuka masyarakat Mesir di semua lapisan. Orang-orang Qibthi juga mencintai dan menghormatinya. Bahkan ahli kerajaan pun amat menyeganinya dan mengakui sifat-sifat mulianya.

Seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menganggapnya sebagai contoh teladan, berlumba-lumba untuk menimba ilmunya, dan berebut untuk melaksanakan seruannya. Ini kerana cinta kepada Allah Ta 'ala merupakan landasan interaksi mereka, penerapan syariatNya merupakan target mereka, dan keredhaanNya tujuan mereka.

Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke berbagai-bagai negara Islam; baik Arab maupun

non-Arab, dan kaum muslimin di tempat pengasingan, adalah penglipur lara luka-luka

umat, sekaligus memberi bimbingan untuk kaum muslimin dalam melakukan apa yang

seharusnya dilakukan untuk agama, umat, dan tanah air mereka.

Seluruh kajian, ceramah, dialog, nasihat, bimbingan, dan ucapan Syaikh Umar Tilmisani

memberi motivasi kepada umat, terutama para pemuda, intelektual, dan golongan ulama, agar memikul tanggungjawab dan menunaikan peranan dalam mengembalikan kejayaan Islam, sesuai dengan posisi dan bakat masing-masing. Inilah tugas dai di setiap masa dan tempat, sebab inilah risalah yang dibawa oleh para rasul yang diwariskan kepada ulama, aktivis pergerakan, dai yang tulus, dan kaum mukminin yang ikhlas.

Karya-Karya Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani menyumbangkan khazanah pemikiran Islam menerusi beberapa karya tulisan dalam beberapa tema. Antara karyanya yang paling terkenal ialah:

1. Syahidul Mihrab 'Umar Ibnu Al-Khathab.

2. Al-Khuruj Minal Ma'zaqil Islamir Rahin.

3. Al-Islamu wal Hukumatud Diniyah.

4. Al-Islamu wal Hayah.

5. Araa Fid Din Was Siyasah.

6. Al-Mulhimul Mauhub Hasanul Banna; Ustadzul Jil.

7. Haula Risalah (Nahwan Nur).

8. Dzikrayat La Mudzakkirat.

9. Al-Islam wa Nazhratuhus Samiyab Lil Mar'ah.

10. Ba'dhu Ma 'Allamanil Ikhwanul Muslimun.

11. Qalan Nasu Walam Aqulfi Hukmi 'Abdin Nasir.

12. Ayyam Ma'as Sadat.

13. Min Fiqhil I'lamil Islami.

14. Min Sifatil 'Abidin.

15. Ya Hukkamal Muslimin, Ala Takhafunallah?.

16. Fi Riyadhit Tauhid.

17. La Nakhafus Salam, Walakin

.

Ditambah lagi karya tulisan berupa prakata redaksi didalam majalah Ad-Dakwah Al-Qahiriyah, makalah tentang persoalan Islam yang dimuatkan dalam berbagai-bagai majalah dan surat khabar, ceramah di seminar; baik di negara-negara Arab, Islam, maupun Barat, kajian, dan bimbingan yang disampaikan dalam program-program Ikhwan.

Komentar Umum tentang Syaikh Umar Tilmisani

Dalam bukunya, 'Umar Tilmisani Al- Mursyid Ats-Tsalis Lit Ikhwan Al-Muslimun,

Ustadz Muhammad Said Abdur Rahim menyatakan, " Thaghut (penguasa zalim;

Abdun Naser) meninggal dunia, lalu para tahanan yang meringkuk di dalam penjara

selama bertahun-tahun dikeluarkan, Ujian yang menimpa mengukuhkan jiwa, dan menguatkan tekad mereka. Fizikal mereka memang menjadi lemah, tetapi ruh mereka semakin rindu kepada apa yang ada di sisi Allah Ta 'ala dan menganggap dunia tidak ada ertinya. Bahkan, ketakutan hilang dari hati mereka. Mereka keluar dari penjara menjadi manusia yang istiqomah dan kukuh, laksana gunung-ganang kerana di penjara mereka menghafal AI-Qur'anul Karim dan menimba ilmu. Dalam penjara, mereka berjaya menundukkan syahwat dan mengenal watak asli manusia. Benar, penjara menjadi madrasah dan guru yang memberi lebih banyak kepada mereka, daripada yang diminta dari mereka.

Di antara orang yang keluar dari penjara ialah Ustadz Umar Tilmisani. Allah Ta 'ala

menyiapkannya memimpin Jamaah pada fasa itu. Beliau merupakan pemimpin yang sanggup menakhodai bahtera yang sedang mengharungi gempuran badai samudra dengan bijaksana, sabar, tenang, dan lembut disertai keteguhan iman dan semangat waja.

Pada zaman kepimpinan Syaikh Umar Tilmisani, dakwah berkembang pesat melebihi masa-masa sebelumnya. Para pemuda yang ingin tahu kepada Islam, hingga semangat keislaman menjadi warna dominan di berbagai kampus dan persatuan, bahkan di Mesir secara keseluruhannya. Beliau mampu menakhodai bahtera secara piawai, tangkas, dan profesional.

Dan hasilnya, bahtera dapat melintasi berbagai-bagai perangkap dan gelombang bahaya, hingga akhirnya tiba di pantai yang aman. Umar Tilmisani rahimahullah- mengalami berbagaibagai ujian dan menghabiskan sekitar dua puluh tahun umurnya di penjara. Beliau tabah dan sabar menghadapi penyeksaan dari penjaga penjara. Meskipun mendapat siksaan keras dan perlakuan kasar dari penjaga penjara, lisannya tidak pernah bosan berzikir kepada Allah Ta 'ala dan mengajak saudara-saudaranya bersabar dan

istiqomah. Bahkan, lisannya tidak pernah mengucapkan kata-kata keji kepada penjaga penjara dan orang-orang yang menzaliminya. Beliau menyerahkan urusan mereka kepada Allah Ta 'ala kerana Dialah sebaik-baik pihak yang diserahi.

Kembali ke Rahmatullah

Ustadz Umar Tilmisani pulang ke rahmatullah pada hari Rabu, 13 Ramadhan 1406,

bersamaan dengan 22 Mei 1986 di rumah sakit, kerana menderita sakit, dalam usia hampir 82 tahun.

Syaikh Umar Tilmisani disolatkan di Masjid Jami' Umar Mukarram, Cairo, dengan

dihadiri pelawat yang jumlahnya mendekati seperempat juta manusia. Bahkan ada yang

mengatakan setengah juta manusia dari penduduk Mesir dan utusan yang datang dari luar Mesir.

Alhamdulillah, Allah Ta'ala memberikan kesempatan padaku untuk ikut melawat beliau

bersama beberapa Ikhwan dari negara-negara Arab. Inilah biografi ringkas Ustadz Umar

Tilmisani, Mursyidul Am Ketiga Ikhwanul Muslimin, Semoga Allah Ta 'ala menerima dan memasukkannya ke dalam golongan hamba-hamba- Nya yang shalih, serta menyertakan kita bersama mereka di sisi-Nya.

Sedutan dari buku:

Mereka Yang Telah Pergi – Mereka Yang Telah Pergi, ditulis oleh Al- Mustasyar Abdullah Al-Aqil, terbitan Al-I’tishom Cahaya Umat

 
Tarbiyah Pewaris © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum